Sedang Membaca
Syiah dan Perkembangan Tafsir Al-Qur’an
Wahyudi Wahyudi
Penulis Kolom

Santri Pondok Pesantren Tri Bhakti at-Taqwa Lampung Timur

Syiah dan Perkembangan Tafsir Al-Qur’an

Mengapa Cara Baca Alquran

Beberapa hari ini, media sosial digemparkan dengan peristiwa penyerangan sekelompok orang ke kediaman salah satu habib di Solo. Belum terdapat berita yang jelas alasan kelompok tersebut melakukan aksi ini. Berdasarkan “kicauan” warganet di twitter, peristiwa itu dilatarbelakangi ketidaksetujuan sekelompok orang terhadap acara yang diadakan, karena disinyalir merupakan acara Syiah.

Terjadi perdebatan sengit antar warganet menanggapi peristiwa ini. Sebagian mengutuknya, namun sebagian lain “seolah” membenarkan aksi sekolompok orang itu. Menariknya, mayoritas warganet yang membenarkan aksi ini berdalih karena acara tersebut adalah acara Syiah. Mereka menyakini bahwa Syiah bukan bagian dari Islam, sehingga harus diberi “pelajaran”. 

Terlepas dari perdebatan apakah Syiah masih tergolong kelompok Islam atau tidak. Namun secara faktual, Syiah turut memberikan warna dalam diskursus tafsir Al-Qur’an. Husayn al-Dhahabi dalam al-Tafsir wa al-Munfasirun mencantumkan beberapa bukti penafsiran ayat Al-Qur’an yang dilakukan oleh ulama-ulama Syiah. 

Di awal pembahasan, Husyain al-Dhahabi memberikan pengantar mengenai tipologi aliran Syiah. Dalam bagian ini  al-Dhabahi juga menjelaskan ikhtilaf yang terjadi di kalangan aliran Syiah. Menurutnya Syiah terbagi menjadi beberapa kelompok, di antaranya kelompok yang ghulah  atau yang sangat  berlebih-lebihan, sampai mengangkat Sahabat Ali ra ke derajat Ilahiyah. Menurut penilaian al-Dhahabi ini adalah kelompok yang telah kafir. 

Baca juga:  Filosofi Shalat

Terdapat pula kelompok Syiah al-mu’tadilin atau kelompok moderat, yang menyakini sahabat Ali ra merupakan sahabat Nabi yang paling utama dibanding dengan sahabat lainnya. Selain itu, kelompok ini juga menyakini, bahwa sahabat Ali ra-lah yang berhak atas kekhalifahan setelah Nabi Muhammad  saw wafat.  Kelompok ini tidak sampai  mengangkat sahabat Ali ra ke derajat Ilahiyah

Kembali ke diskursus tafsir Al-Qur’an yang dilakukan oleh kelompok Syiah.  Dalam beberapa kasus, penafsiran yang dilakukan oleh Syiah “terlihat” hanya menjadikan ayat Al-Qur’an sebagai legitimasi atas keyakinannya. Hal ini sebagaimana yang  dilakukan oleh al-bayaniyah, salah satu kelompok dalam aliran Syiah yang mendaku bahwa kehadirannya telah di isyarah-kan Allah melalui Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 138 : 

هَٰذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ

ini adalah bayan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. 

Menurut kelompok ini, term “bayan” dalam ayat di atas menunjuk Albayan, nama orang yang menjadi panutan kelompok ini. 

Mencari justifikasi atau memaksakan pemikiran ke dalam kitab suci,  dalam dunia keagamaan agaknya merupakan  sesuatu yang lumrah. Peter Werenfles sebagaimana yang dikutip Ignaz Goldziher dalam madzahib al-Tafsir menyatakan, “Setiap orang dapat mencari justifikasi ideologisnya dalam Kitab Suci dan setiap orang pasti akan menemukan apa yang dicari”. 

Baca juga:  Perjalanan Jilbab, dari Quraisy Shihab, Gus Dur, hingga Artis

Artinya, semua orang yang mencari legitimasi pemikirannya dalam kitab suci pasti akan mendapatkannya.  Terlepas apakah metode yang digunakan sesuai dengan kaidah ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan atau hanya “cocokologi”, yang pasti ia akan tetap memperoleh dasar legitimasi dalam kitab suci. Abdul Mustaqim menyebut model bernalar seperti ini dengan  “nalar afirmatif” yang umumnya muncul di era tafsir pertengahan.

Apa yang dilakukan oleh Husayin al-Dhahabi mencantumkan hasil penafsiran ulama-ulama Syiah dalam al-Tafsir wa al-Munfsirun, menjadi bukti kongkrit bahwa Syiah juga turut mewarnai sejarah perkembangan tafsir Al-Qur’an. Walaupun sebagian kalangan menilai al-Dhahabi sangat bias ideologis ketika membahas tafsir dari luar kelompok akidahnya. Akan tetapi, dengan mencantumkan Syiah  ke dalam bagian pembahasan kitabnya, cukup menjadi bukti pengakuan bahwa Syiah juga mengkaji Al-Qur’an. 

Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa ternyata kelompok Syiah memiliki klan-klan yang beragam. Dalam realitasnya kelompok ini juga masih mengkaji Al-Qur’an, terbukti dengan karya-karya yang disebutkan oleh al-Dhahabi dalam al-Tafsir wa al-Munfasirun.  Sehingga ketika bicara Syiah, kurang bijak rasanya kalau di gebyah uyah atau pukul rata semua kafir bukan termasuk kelompok Islam.  Kalaupun seandainya Syiah tidak masuk dalam kelompok Islam, tetap tidak membuat kita bisa semena-mena terhadap mereka di Negeri ini. Wallahu a’lam bi al-Sawab

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (1)
  • Mereka belum banyak dan menguasai.. Bila sudah mengusai lihat saja sunni akan dibantai. Waspadalah jauhi pahaman syi’ah dan wahabi mengelirukan dan menyesatkan

Komentari

Scroll To Top