Sedang Membaca
Perempuan dan Ketahanan Ekonomi Dusun Mancagar
Siti Rohmah
Penulis Kolom

Anggota puan menulis dan Jaringan kerja antar umat beragama (Jakatarub) saat ini aktif sebagai mahasiswa UIN SGD Bandung.

Perempuan dan Ketahanan Ekonomi Dusun Mancagar

petani perempuan

Permasalahan ekonomi bukan hanya terjadi pada sebuah wilayah atau Negara, namun juga pada lingkup keluarga. Dalam keluarga persoalan ini bukan hanya persoalan seorang suami atau ayah saja tetapi menjadi persoalan bersama antara suami dan istri karena pernikahan sejatinya dibangun oleh kedua belah pihak sehingga permasalahan di dalamnya harus diselesaikan secara bersama-sama.

Permasalahan ekonomi dalam sebuah keluarga bukan merupakan permasalahan yang terlalu sulit jika kedua belah pihak saling bekerja sama dan ikhlas untuk memperbaiki permasalahan tersebut guna keluar dari zona kemiskinan atau keterpurukan ekonomi. Salah satunya yang dilakukan oleh banyak perempuan di Dusun Mancagar Ciamis Jawa Barat.

Dusun Mancagar merupakan salah satu Dusun di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Mayoritas masyarakat di sana adalah pedagang dan petani, sisanya menjadi buruh serabutan yang tidak tetap penghasilannya. Tingkat pendidikan di Dusun Mancagar masih terbilang rendah, mengingat hanya sedikit yang melanjutkan sekolah ke jenjang SLTA dan Perguruan tinggi karena jumlahnya masih bisa dihitung jari.

Banyak faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya tingkat pendidikan di Dusun Mancagar, salah satunya adalah anggapan jika menyekolahkan anak hingga ke jenjang SLTA bahkan Perguruan tinggi sama saja dengan membuang uang apalagi jika menyekolahkan anak perempuan, karena mereka masih berasumsi bahwa takdir perempuan adalah sebagai istri yang mengurus rumah.

Baca juga:  Para Perempuan Berpengetahuan di Awal Islam: Tentang Sosok Hafsah Binti Sirin

Dengan rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan permasalahan ekonomi di Dusun Mancagar menjadi semakin kompleks terlebih tidak sedikit masyarakat yang menyelesaikan masalah perekonomian dengan meminjam kepada bank keliling atau bank emok yang mana pembayarannya dilakukan secara mingguan dan suku bunga yang tidak sedikit dengan penghasilan masyarakat yang tidak tetap menjadikan hal ini berdampak pada permasalahan baru.

Dengan kondisi tersebut menyebabkan banyak perempuan bahu membahu membantu perekonomian keluarganya. Bahkan tidak sedikit perempuan yang menjadi kepala keluarga yang diakibatkan oleh banyak hal salah satunya semangat kerja di Dusun Mancagar lebih diwarnai oleh perempuan.

Para perempuan bersemangat untuk memperbaiki perekonomian keluarga mulai dari bertani palawija, karena dinilai lebih mudah perawatannya dan lebih cepat memanenya sehingga perputaran uang akan lebih lancar dibandingkan menanam yang lain. Selain bertani perempuan disana juga banyak yang memproduksi cemilan seperti opak, kicimpring, keripik singkong, keripik kaca dan cemilan rumahan lainnya.

Disamping menjadi wirausaha dan petani ada juga perempuan yang masih semangat dan aktif menjadi buruh harian lepas seperti buruh bersih-bersih lahan petani yang garapannya luas untuk tetap bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Tidak sedikit dari mereka juga yang berharap kehidupan anak cucunya lebih baik dari mereka.

Baca juga:  Penguatan Hak-hak Perempuan dalam Islam

Rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya ilmu yang mereka dapatkan di bangku sekolah tidak membuat para perempuan di Dusun Mancagar kehilangan semangat dalam memperbaiki dan mempertahankan perekonomiannya. Justru dengan rendahnya tingkat pendidikan yang mereka capai menjadikan mereka melek financial. Ilmu boleh minim namun pengalaman harus mereka gali itulah semboyan mereka.

Bahkan ada beberapa perempuan yang terjun dalam wirausaha cemilan dan mencoba memanfaatkan digitalisasi yaitu dengan berjualan di marketplace dan media sosial seperti berjualan keripik kaca mentah atau opak singkong, keripik singkong, keripik pisang, combring yang dikemas dengan kemasan yang kekinian diberi merek dan label sebagai identitas usaha mereka.

Dengan kemandirian ekonomi yang diharapkan perempuan di Dusun Mancagar adalah permasalahan-permasalahan keluarga mereka tidak semakin kompleks terlebih di era pandemic yang menyebabkan pendapatan suami mereka berkurang bahkan ada yang kehilangan pekerjaan. Yang mana meskipun pandemic mereka tetap harus mengeluarkan banyak biaya seperti kebutuhan pangan, biaya sekolah, listrik dan lain sebagainya yang tidak bisa mereka hindari.

Melalui perjuangan perempuan di Dusun Mancagar kita sebagai perempuan muda sudah seharusnya mengadopsi semangat dan syukur mereka karena kemandirian finansial adalah suatu keharusan agar keberlangsungan hidup disertai dengan kelayakan dan perjuangan. Dengan mandiri financial kita mempunyai ruang gerak lebih dalam berbagi kepada saudara-saudara kita. Seperti ungkapan salah satu hadits Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.

Baca juga:  Jadi Perempuan Berdaya Harus Melek Politik

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top