Sedang Membaca
Tujuh Nasehat Rumi Tentang Relasi Terhadap Sesama Manusia

Penulis bisa disapa via IG: rosyidahusn

Tujuh Nasehat Rumi Tentang Relasi Terhadap Sesama Manusia

Rumi Molana.soofi .1

Jejak-jejak karya Jalaluddin Rumi yang dielu-elukan sebagai cahaya cinta dan perdamaian, tidak hanya membekas di kalangan masyarakat muslim saja, namun juga diminati pencari kearifan barat.

Rumi selalu mengajak kita untuk menggunakan tangga cinta dalam menempuh perjalanan kehidupan. Sebagai manusia yang disibukkan untuk mencari, mencerna, dan bahkan mencintai kebenaran. Kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran itu kecuali dengan mencintai seluruh makhluk, tidak terkecuali sesama manusia.

Itu berarti manusia yang dalam hidupnya dipenuhi dengan kebencian, ia akan jauh dari kebenaran, dan jika ia jauh dari kebenaran maka ia akan sulit untuk mengenal Tuhannya- yang menjadi inti dari segala kehidupan.

Sebagaimana Rumi pernah berkata, “Selama kita tidak belajar mencintai makhluk, kita tidak akan bisa mencintai kebenaran dan kita tidak akan mengenal Tuhan.”

Diantara syair-syair Jalaluddin Rumi yang dinukil dari buku Mereguk Cinta Rumi karangan Haidar Bagir, ada 7 nasehat kebijaksanaan dari Rumi yang dapat kita petik darinya tentang relasi antar sesama.

1- “Dalam hal kedermawanan dan menolong orang, jadilah seperti sungai”

Ibarat sungai yang mengalir memberi manfaat tiada henti dan tanpa mengharap kembali. Kepada sesama kita harus saling menebar maslahat, tolong-menolong, dan ikhlas berbagi.

2- “Dalam kasih sayang dan berkah, jadilah seperti matahari.”

Rumi mengajarkan kita untuk tulus berbuat baik kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dengan kata lain kita tidak boleh pamrih, seperti matahari yang memberi kehangatan kepada siapa saja meski tidak diucapkan terima kasih.

Baca juga:  4 Pemikiran Kiai Afifuddin Muhajir Soal Tata Negara dalam Islam

3- “Dalam memaafkan, jadilah seperti malam.”

Ketika kita sudah memaafkan kesalahan orang lain, kita tidak boleh terbayang-bayang lagi, bahkan tidak ada dendam sedikitpun untuk membalas perbuatan salah mereka. Itu bagaikan malam saat kita terlelap sudah tidak mengingat apapun.

Kita diingatkan oleh kisah Badui yang dijamin sebagai ahli surga. Pada saat itu para sahabat dibuat penasaran, amalan apa yang dilakukan oleh orang Badui itu hingga dirinya disebut Rasulullah sebagai ahlu Jannah. Setelah ditelusuri oleh sahabat Abdullah bin Amr ternyata si-Badui sama seperti yang lain, hari-harinya diisi sebagaimana kebanyakan orang, tidak ada yang istimewa. Menghidupkan malam dengan shalat, tidak. Mendawamkan wirid hingga pagi hari, tidak juga. Dari waktu ke waktu ia juga tidak menjalankan puasa. Ternyata yang diamalkan oleh orang Badui itu, sehingga mengantarkan dirinya menjadi ahli surga tidak lain adalah ketika ia akan beranjak tidur ia selalu mendoakan kebaikan untuk orang-orang dan juga memaafkan setiap kesalahannya serta mengikhlaskannya.

4- “Dalam keadaan marah dan murka, jadilah seperti mayat.”

Rumi memperingatkan ketika dalam emosi amarah, “Diamlah, jangan lakukan apapun agar tidak menimbulkan kesalahan dan menyesal kemudian.” Karena biasanya ketika kita marah kepada orang, lisan kita akan mengeluarkan perkataan-perkataan yang kasar bahkan menyakitkan dan biasanya akan berujung pada permusuhan dan penyesalan.

Baca juga:  Gus Dur: Bapak Sosialisme dari Pesantren Abad ke-21 (1)

5- “Dalam hal kesederhanaan dan kerendah hatian, jadilah seperti bumi.”

Dalam situasi dan kondisi apapun jadilah pribadi yang selalu rendah hati.  seperti bumi yang menempatkan diri di bawah dan meninggikan yang lain. Kita mengetahui bumi didalamnya ada kandungan emas, berlian, ataupun batuan yang berharga, namun ia tidak pernah sekalipun congkak dan sombong karenanya. Sebaliknya, tiap kali ia diinjak-ijak, bumi tetap teguh menjadi dirinya sendiri.

6- “Dalam hal toleransi, jadilah seperti laut.”

Ibarat laut yang selalu sigap menampung seluruh air sungai dari penjuru muka bumi, kita diajak Rumi untuk toleran atau berlapang dada sepenuhnya dalam menerima perbedaan pandangan, prespektif, atau pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan kita.

7- “Jangan melihat keluar, lihatlah kedalam diri. Jadilah engkau apadanya.”

Rumi mendorong supaya kita menyadari hakikat diri yang apa adanya. “Bermainlah peran sebagai dirimu yang apa adanya, jangan terlalu banyak citra.” (Pencitraan) dalam berhubungan sosial kepada sesama, karena bisa jadi mengundang masalah datang yang malah membuat diri kita stress bahkan depresi.

Semoga kita dapat menginternalisasikan 7 nasehat dari Maulana Jalaluddin Rumi ke dalam laku hidup kita. Agar nantinya hubungan terhadap sesama berjalan rukun dan harmoni, bahkan satu sama lain saling menjadi rekan perjalanan untuk bersama-sama mendekat kepada Ilahi Robbi, sebagaimana yang diteladankan Rumi dan sahabat sekaligus gurunya yakni, Syams at-Tabrizi.

Baca juga:  Syekh Nawawi Al-Bantani, Pendidik Ratusan Ulama di Nusantara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top