Sedang Membaca
Kisah Penjahit Miskin dan Ismail
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Kisah Penjahit Miskin dan Ismail

Tidak semua sufi miskin. Ada beberapa di antara mereka yang diberi limpahan kekayaan harta oleh Allah Swt. Misalnya Ismail Ubaid al-Anshari. Ia merupakan salah satu sufi yang kaya. Tentu saja ada perbedaan cara menggelola harta antara orang awam dengan orang yang dekat dengan Allah.

Dikisahkan di dalam kitab Riyadh al-Nufus ada seorang lelaki miskin yang berprofesi sebagai penjahit di daerah Qirwan. Sebut saja nama lelaki itu Fahri. Fahri memiliki banyak putri. Ketika malam Idul Fitri, di rumahnya tidak ada baju baru untuk keluarganya. Ia kasihan kepada putri-putrinya.

Hatinya tak sanggup membayangkan putri-putrinya akan tersayat hati menyaksikan gadis-gadis sebaya tetangga mereka mengenakan baju dan perhiasan baru Idul Fitri karena ayah-ayah mereka yang mampu. Fahri pun pergi ke luar dengan hati gundah.

Fahri terbujuk jiwanya untuk pergi keluar dari Qirwan sampai Idulfitri berlalu agar tak melihat kesedihan anaknya. Di tengah perjalanan ia melewati masjid Ismail Ubaid Al-Anshari. Fahri melaksanakan shalat Isya berjamaah di masjid tersebut. Ketika jamaah bubar, ia tinggal seorang.

Ketika Ismail, sang imam, memandang Fahri, beliau mengerti keadaan Fahri yang sedang bersedih. Ismail pun iba lalu mengajak Fahri mampir ke rumahnya, meminta ia mengikutinya, dan mempersilakannya masuk rumah.

Baca juga:  Mengakali Kematian: Kisah Abu Nawas

“Monggo mampir ke rumahku, Kang.” Ismail.
“Injih, Syekh.” Fahri pun mengikuti ajakan Ismail.

Ismail lalu bertanya tentang keadaan Fahri dan tentang permasalahan yang sedang dihadapi sehingga membuat hatinya tampak muram. Fahri pun menceritakan kisah dirinya. Mendengar kisah tersebut, Ismail amat sedih. Beliau sampai menangis.

“Berapa jumlah putrimu, Kang?” tanya Ismail.
“Lima, Syekh.” Jawab Fahri.

Lalu Ismail memanggil ibu-ibu dari putri-putrinya. “Tolong berikan padaku perhiasan-perhiasan putri-putri kalian, juga baju dan perhiasan yang kalian sudah persiapkan untuk Idul Fitri.”

Mereka pun memberikannya. Ismail berkata, “Tolong berikan juga padaku hidangan untuk Idul Fitri” Mereka pun memberikannya, terdiri dari aneka makanan dan manisan.

“Berikan juga padaku parfum dan pacar milik kalian.”

Ismail lalu memberikan semua itu kepada lelaki penjahit. Juga memberinya banyak dinar dan berkata: “Mintalah putri-putrimu mengenakan pakaian dan perhiasan dan parfum ini. Makanlah bersama mereka hidangan ini. Lapangkan dirimu dan putri-putrimu dengan dinar-dinar ini.”

Ismail menyuruh budak-budaknya mengantarkan semua itu ke rumah penjahit. Lelaki itu lalu mengetuk pintu rumahnya. Ketika putri-putrinya membuka pintu, rumah masih gelap. Budak-budak itu memasukkan semua bawaan, lalu pulang.

Bergembiralah semua putri-putrinya. Gembira begitu rupa. Rumah itu tiba-tiba diliputi kebahagiaan. Putri-putrinya mengenakan perhiasan berharga dan baju baru. Mereka berkumpul menyantap hidangan. Mereka juga dibagi dinar yang tidak sedikit.

Baca juga:  Sa’idah binti Zaid

Betapa dermawannya hati Ismail. Tentu saja tidak mudah menjadi orang yang dermawan jika tidak karena Allah. Orang berhati bersih seperti Ismail mampu memberikan hartanya dengan mudah sebab dia tahu bahwa memberikan barang kesukaan kepada orang lain bisa mendatangkan pahala yang besar. Dan, bisa membuat hati orang lain senang.

Bagi orang yang tak mengerti tentang konsep sedekah beserta pahala bagi yang mengeluarkannya seperti memberikan baju, uang dan makanan sebagaimana Ismail, akan terasa sangat susah. Apalagi bila di dalam hatinya tidak ada kepedulian kepada orang lain.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top