Sedang Membaca
Cinta Rasulullah dan Penista Azan

Alumni Pesantren Krapyak, Jogjakarta Sekarang Ketua Program Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cinta Rasulullah dan Penista Azan

Pada suatu siang, ada seorang penggembala kambing bernama Abu Mahdzurah. Ia bersama ketiga orang temannya berada di sebuah perbukitan, tidak jauh dari Rasulullah dan para sahabatnya dalam sebuah peperangan.

Ketika tiba waktu salat Zuhur, maka Rasulullah memerintahkan Bilal radliyallahu ‘anhu untuk mengumandangkan azan. Pada saat azan dikumandangkan, Abu Mahdzurah menyahuti azan bilal dengan nada mengolok-olok.

Rasulullah melihat Abu Mahdzurah dan ketiga temannya yang berada tidak jauh dari dirinya, lalu memerintahkan sahabat Ali dan Bilal radliyallahu ‘anhuma untuk memanggilnya.

Saat mereka datang, Rasulullah bertanya kepada orang pertama, “Siapa tadi yang azan (Rasulullah tidak berkata: “siapa tadi yang mengolok-olok”) mengikuti azan Bilal?”

Tidak ada satupun di antara mereka yang berani menjawab pertanyaan Rasulullah karena rasa takut. Maklum Rasulullah disertai banyak sahabatnya (baca: pasukan perang).

Lalu, sejurus kemudian Rasulullah memerintahkan salah seorang di antara mereka untuk azan. Orang pertama pun azan, dan Rasulullah bergumam, “Ah bukan ini suara yang tadi aku dengar, ini tidak bagus suaranya.” (Baca tulisan menarik: Budi Pekerti Nabi)

Rasulullah lantas mengulangi perintahnya kepada orang kedua dan ketiga. Keduanya azan bergantian, dan Rasulullah kembali berkata, “Bukan ini, suara yang tadi aku dengar.”

Tibalah giliran Abu Mahdzurah, orang keempat, mendapatkan perintah untuk azan. Abu Mahdzurah pun azan dengan suara yang indah sebagaimana yang Rasulullah dengar saat Bilal azan. Rasulullah kemudian mendekat dan menghampirinya. Abu Mahdzurah ketakutan karena ia menganggap Rasulullah akan mencelakainya.

Baca juga:  Sejarah Peperangan dan Pergantian Penguasa Suriah

Namun ia salah sangka, Rasulullah melepas tutup kepala Abu Mahdzurah dan memegang kepala dan dada Abu Mahdzurah seraya berkata:

“Ya Allah, anugerahkanlah hidayah-Mu untuknya.” Dan Rasulullah juga mendoakan keberkahan untuknya tiga kali dan berkata, “Pergilah, Kau adalah muazin penduduk Makkah.”

Abu Mahdzurah kemudian masuk Islam dan sejak saat itu, Abu Mahdzurah dan keturunannya selama 300 tahun menjadi muazin di Masjidil Haram. Apa pelajaran yang wajib kita ambil? (Baca tulisan menarik: Maulid Nabi dan Seni

Kepada yang jelas-jelas mengolok-olok azan, menista agama saja, Nabi Muhammad memaafkan dan mendoakannya. Masa kepada orang yang belum tentu, belum pasti menghina atau mengolok-olok agama, kita menghukumnya?

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top