Sedang Membaca
Humor Madura yang Bikin Terenyuh
Raedu Basha
Penulis Kolom

Nama pena Badrus Shaleh. Menulis sejumlah buku sastra, Hadrah Kiai (2017), Matapangara (2014), dan buku etnografi, Ya’ahowu: Catatan Etnografis tentang Nias (2018)—pada 2019 akan menerbitkan buku Sastrawan Santri: Etnografi Sastra Pesantren—merupakan karya tesisnya di Antropologi UGM yang meraih Nusantara Academic Award 2019, sedang di tangan editor Prof. Sumanto Al Qurtubi, Ph.D.

Humor Madura yang Bikin Terenyuh

Sebuah obrolan khas Madura kontemporer yang nyaris muncul setiap bulan di ruang tamu:

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Ke Jakarta.”

“Mau apa di sana? Kuliah?”

“Bukan. Mau jaga toko.”

Ngetren. Menjaga toko menjadi tren tersendiri di Madura saat ini. Toko apa? Toko kelontong.

Setelah bertahun-tahun menjaga toko. Kemudian datang lagi ke ruang tamu.

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Mau menikah.”

Setelah menikah. Pasangan muda tersebut pamit lagi untuk berangkat ke Jakarta. Ngapain? Jaga toko. Toko apa? Toko kelontong.

Kemudian pasangan itu punya anak. Anaknya dititipkan ke pesantren di dekat rumahnya. Setelah lulus SLTA. Ia datang bersama anaknya ke ruang tamu yang sama, lalu mengucapkan:

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Ke Jakarta.”

“Mau apa di sana? Kuliah?”

“Bukan. Mau jaga toko.”

Setelah bertahun-tahun menjaga toko. Kemudian datang lagi ke ruang tamu.

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Mau menikah.”

Setelah menikah. Pasangan muda tersebut pamit lagi untuk berangkat ke Jakarta. Ngapain? Jaga toko. Toko apa? Toko kelontong.

Kemudian pasangan itu punya anak. Anaknya dititipkan ke pesantren di dekat rumahnya. Setelah lulus SLTA. Ia datang bersama anaknya ke ruang tamu yang sama, lalu mengucapkan:

Baca juga:  Humor: Tuhan Mengampuni Orang yang Lupa, Tapi Polisi Tidak

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Ke Jakarta.”

“Mau apa di sana? Kuliah?”

“Bukan. Mau jaga toko.”

Setelah bertahun-tahun menjaga toko. Kemudian datang lagi ke ruang tamu.

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Mau menikah.”

Setelah menikah. Pasangan muda tersebut pamit lagi untuk berangkat ke Jakarta. Ngapain? Jaga toko. Toko apa? Toko kelontong.

Kemudian pasangan itu punya anak. Anaknya dititipkan ke pesantren di dekat rumahnya. Setelah lulus SLTA. Ia datang bersama anaknya ke ruang tamu yang sama, lalu mengucapkan:

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Ke Jakarta.”

“Mau apa di sana? Kuliah?”

“Bukan. Mau jaga toko.”

Setelah bertahun-tahun menjaga toko. Kemudian datang lagi ke ruang tamu.

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Mau menikah.”

Setelah menikah. Pasangan muda tersebut pamit lagi untuk berangkat ke Jakarta. Ngapain? Jaga toko. Toko apa? Toko kelontong.

Kemudian pasangan itu punya anak. Anaknya dititipkan ke pesantren di dekat rumahnya. Setelah lulus SLTA. Ia datang bersama anaknya ke ruang tamu yang sama, lalu mengucapkan:

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Ke Jakarta.”

“Mau apa di sana? Kuliah?”

“Bukan. Mau jaga toko.”

Setelah bertahun-tahun menjaga toko. Kemudian datang lagi ke ruang tamu.

Baca juga:  Lukisan Misterius Gus Dur oleh Danarto

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Mau menikah.”

Setelah menikah. Pasangan muda tersebut pamit lagi untuk berangkat ke Jakarta. Ngapain? Jaga toko. Toko apa? Toko kelontong.

Kemudian pasangan itu punya anak. Anaknya dititipkan ke pesantren di dekat rumahnya. Setelah lulus SLTA. Ia datang bersama anaknya ke ruang tamu yang sama, lalu mengucapkan:

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Ke Jakarta.”

“Mau apa di sana? Kuliah?”

“Bukan. Mau jaga toko.”

Setelah bertahun-tahun menjaga toko. Kemudian datang lagi ke ruang tamu.

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Mau menikah.”

Setelah menikah. Pasangan muda tersebut pamit lagi untuk berangkat ke Jakarta. Ngapain? Jaga toko. Toko apa? Toko kelontong.

Kemudian pasangan itu punya anak. Anaknya dititipkan ke pesantren di dekat rumahnya. Setelah lulus SLTA. Ia datang bersama anaknya ke ruang tamu yang sama, lalu mengucapkan:

“Mohon doa restunya…”

“Mau ke mana?”

“Ke Jakarta.”

“Mau apa di sana? Kuliah?”

“Bukan. Mau jaga toko.”

HIDUP MUTER-MUTER, KAYAK DARMOLEN

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top