Sedang Membaca
Air Beriak Tanda Tak Dalam
Nurul Khasanah
Penulis Kolom

Siswi SMK Muhammadiyah 1 Purbalingga Jawa Tengah. Hobi membaca dan bermain rebana, Ingin menjadi orang yang bermanfaat dan ibu yang baik bagi anakku kelak

Air Beriak Tanda Tak Dalam

Pengantar: Sejak 21 Januari 2019, kami menurunkan 20 esai terbaik Sayembara Esai Tingkat SMA/Sederajat yang digelar akhir tahun 2018. Setelah pemuatan lima besar,  15 tulisan berikutnya berdasarkan urutan abjad nama penulis. 

——-

Setiap manusia yang lahir ke dunia itu sama, sama-sama tidak membawa apa-apa. Namun selanjutnya manusia pasti mempunyai arah dan tujuan hidup, sehingga ia menganut agama tertentu serta meyakininya .

Lalu agama itu apa  sih? Menurut saya agama adalah keyakinan yang dimiliki setiap orang untuk menyembah Sang Maha Kuasa. Indonesia adalah negara yang beraneka ragam dan salah satu keanekaragaman itu adalah agama.

Agama di Indonesia sangat banyak, di antaranya adalah agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katholik, dan Konghucu yang di dalamnya masing-masing memiliki cara peribadatannya sendiri. Saya katakan sangat banyak karena memang banyak agama-agama lokal yang tidak termasuk enam agama tersebut.

Agama yang dipeluk mayoritas orang Indonesia adalah Islam, agama yang rahmaatan lil ‘alamin, seperti yang tertuang dalam QS. Al-Anbiya ayat 107. Islam berorientasi pada kebaikan, kebaikan sesama muslim yang satu dengan muslim yang lain ataupun dengan non muslim lainnya tanpa pandang bulu. Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw agar disampaikan kepada umatnya dan untuk menjadi pedoman hidup manusia. Dan, alhamdulillah, hingga saat ini islam memiliki pemeluk terbanyak.

Berbicara tentang Islam, di zaman modern ini banyak generasi muda yang salah mengartikannya. Mereka yang masih sangat haus terhadap ilmu Islam. Banyak dari kalangan muda yang hanya ingin dipandang baik dan paling pintar dari pada teman sebayanya, mereka nekat menyebarkan berita yang belum tentu akurat.

Banyak dari mereka mengambil ilmu dan mencontoh guru di Google yang tidak mereka ketahui latar belakangnya, karena wujud orangnya pun tidak diketahuinya. Memang miris anak muda jaman sekarang, banyak yang pada “sok” tahu tanpa menyaring perkataan yang akan dilontarkan tersebut.

Baca juga:  Semarakkan Filologi, Mahasiswa Ciputat Akan Gelar “Ngofi”

Bagaimana generasi ke depannya nanti, jika sikap seperti itu tidak segera dihilangkan. Imbasnya bangsa kita Indonesia tidak akan maju, karena adanya latar belakang tersebut. Kejadian tersebut telah banyak terjadi di sekolah, yang pelakunya adalah sekelompok siswa dari teman sekelasnya sendiri.

Contoh: Tahlilan 

Mereka menulis cerita tentang tahlilan, dan mereka menjelaskan di dalamnya bahwa tahlilan itu tidak disahkan dalam Islam. Bahwa tahlilan adalah merayakann kematian seseorang, yang biasanya dilaksanakan pada hari meninggalnya seseorang, lalu malam ke- 7, 40, 100, dan 1000 setelah meninggalnya orang tersebut.

Dikatakan, ada banyak sesi dalam perayaan tersebut, pertama adalah doa, doa yang dipanjatkan oleh keluarga, kerabat orang yang meninggal tersebut dan para tamu undangan. Setelah itu pemberian makanan, makanan tersebut biasanya disebut dengan berkat. Yang di dalam berkat tersebut terdapat juga amplop berisikan uang. Berkat itu dibawakan kepada keluarga, kerabat, para tamu undangan, dan tetangga di sekitar mereka tinggal. Ya memang betul,  tetapi bukan berarti hal itu tidak disahkan dalam Islam.

Menurut saya , jika di pikir dan dilogika, hal terpenting dan inti dari tahlilan adalah doa. Mendoakan orang yang telah meninggal pasti banyaklah pahala, dan diharapkan doa itu dipanjatkan  dengan hati ikhlas. Maka, almarhum atau almarhumah tersebut (insyaallah) diterima di sisi Allah SWT, dan tenang di akhirat.

Karena, sesungguhnya, salah satu doa yang paling afdol/muntajab adalah doanya orang banyak. Lalu pada sesi pembagian makanan berkat yang dilakukan kepada kerabat, tetangga, dan tamu ndangan tersebut adalah semata-mata untuk bersedekah. Dan pemberian amplop berisikan uang di dalam berkat tersebut mempunyai arti bahwa orang yang ditinggalkan dalam hal ini pemik rumah untuk tanda bahwa mereka berterimakasih atas kedatangannya dalam mendoakan si almarhum/almarhumah tersebut. Lagipula,  tidak semua orang memberi amplop. Berkat juga sesuai kemampuan.

Baca juga:  Perbedaan Bukan untuk Disatukan

Sebetulnya dengan adanya orang-orang yang ‘sok tau’ itu,  dampak negatifnya bisa jadi dirasakan oleh generasi mendatang. Mereka itu bisa diibaratkan seperti “air beriak tanda tak dalam”, yaitu orang yang berbicara tetapi tidak menggunakan akal pikirannya dengan baik atau dalam bahasa Jawa cumplung tok ora ana isine.

Jadi janganlah memandang orang hanya bungkusnya saja karena kemasan yang bagus belum tentu rasanya enak. Sebaiknya kapan saja dan di mana saja kita harus cermat, teliti dan tidak gampang percaya kepada orang lain.

Yang paling penting ialah menyeimbangkan segala keilmuan kita dengan perbuatan atau perilaku sehari-hari. Seperti pernah dikatakan Albert Einstein, “ilmu tanpa agama adalah lumpuh agama tanpa ilmu buta”.

Hal senada tertuang pula di dalam QS. Saba:28 yang artinya umat manusia sebagai pembawa berita yang baik.

Latar belakang mereka berpendapat bahwa tahlilan itu tidak ada aturannya dalam Islam adalah adanya perbedaan pendapat baik individu maupun kelompok masyarakat. Tidakb isa dipungkiri bahwa perbedaan memang banyak menumbuhkan konflik, tetapi sejatinya perbedaan itu indah, seperti yang tertuang pada lambang burung garuda Indonesia yaitu bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua”,

Perbedaan yang seringkali terjadi adalah perbedaan persepsi antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya. Sebenarnya mereka merasa mempunyai saingan, jadi mereka berani berargumen tanpa harus berfikir panjang. Padahal ketika Islam baru muncul ajarannya sama, tetapi setelah menyebar luas seperti sekarang ini barulah Islam tumbuh dengan berbagai latar belakang yang masing-masing dari itu mempunyai ciri khas tersendiri dalam mengamalkan ajaran.

Baca juga:  Gus Baha Ditanya Santri Madura Perihal Jihad

Ingatkah kalian dengan fastabiqul khairat ? Yakni berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya bersaing secara sportif dalam ranah kebaikan, bukannya malah bertutur tanpa adanya pengetahuan.

Pada Intinya di tangan generasi sekaranglah persatuan dijunjung, maka dari itu perbedaan jangan dijadikan pedoman untuk memecah belahkan agama Islam di Indonesia. Yakin dan percayalah bahwa semua Islam itu sama, yaitu sama-sama menyembah kepada Allah Swt. Sangat sedih sekali apabila pemeluk Islam terpecah-belah seperti sekarang ini, hanya mementingkan diri sendiri beserta organisasi yang diikutinya. Tanpa melirik kepentingan orang lain dan kepentingan bangsa kita.

Jika yang diinginkan adalah negara berorientasi Islam, jangan cari di Indonesia karena negara Indonesia adalah NKRI. Dengan tampilan-tampilan generasi Islam zaman sekarang ini, bagaimana dengan generasi Islam yang akan datang?

Jika tidak ada hasrat manusia untuk memecah-belah Islam, dan menghargai segala perbedaan, maka insyaallah hidup akan aman, tentram, nyaman, dan damai. Untuk meminimalisir orang yang “sok tau” itu, trik-riknya adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan orang tersebut bercerita sampai selesai dan jawab dengan senyuman saja, tidak usah ditanggapi

2. Apabila mampu sadarkanlah orang tersebut agar tidak mudah percaya terhadap berita yang belum valid. Karena belum tentu yang kamu pikir benar itu benar juga di mata orang lain. Dan apa-apa yang tidak kamu lihat bukan berarti tidak ada.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top