Sedang Membaca
Pentingnya Pendidikan Sosial Keagamaan dalam Keseharian
Nur Tata
Penulis Kolom

Siswi SMK Maarif Almunawwir. Insyaallah, pada tahun 2035 menjadi manusia yang cermat dalam tindakan, sukses menggapai cita-cita. Selain itu ingin menjadi penulis, ingin jadi pendengar yang baik dalam berkehidupan dan bernegara

Pentingnya Pendidikan Sosial Keagamaan dalam Keseharian

Pengantar: Sejak 21 Januari 2019, kami menurunkan 20 esai terbaik Sayembara Esai Tingkat SMA/Sederajat yang digelar akhir tahun 2018. Setelah pemuatan lima besar,  15 esai berikutnya dimuat sesuai urutan abjad nama penulisnya. 

___________

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu usaha yang dapat membentuk karakter, watak seseorang yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran. Sedangkan sosial itu sendiri pada dasarnya adalah sesuatu yang selalu berkaitan atau berhubungan erat dengan masyarakat.

Bagaimana dengan pendidikan sosial keagamaan? Saya mengartikannya sebagai suatu usaha yang dapat membentuk karakter atau watak seseorang melalui pendekatan sosial kemasyarakatan yang mempunyai hubungan atau implikasi dari ajaran agama. Keagamaan dalam konteks tulisan ini adalah Islam, sesuai dengan agama yang saya anut dan saya mengerti.

Mengapa pendidikan sosial keagamaan ini begitu penting? Karena perlu diketahui pada saat ini banyak orang yang hanya melakukan syariat Islam dengan benar namun tidak memperhatikan lingkungannya, sosial kemasyarakatannya. Padahal di dalam agama Islam juga bukan hanya diajarkan bahwa hidup ini hanya berhubungan dengan Allah (hablum minallah), namun Islam mengajarkan hubungan manusia dengan manusia (hablum minannaas) yang terkait erat dengan kegiatan sosial.

Berbicara tentang pendidikan sosial keagamaan, hal itu haruslah ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan agama Islam saja. Agama-agama lain juga pasti menanamkan keyakinan bahwa agama membawa kehidupan kita menjadi lebih damai. Harus tersadar dalam pikiran kita bahwa Indonesia negara dengan semboyan ​“Bhineka Tunggal Ika” ​ yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu.

Semua agama mengajarkan persatuan, semua agama mengajarkan bagaimana cara kita bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Bila semua masyarakat Indonesia menanamkan pendidikan sosial keagamaan maka negara Indonesia akan menjadi negara yang penuh kedamaian.

Mahdhah dan Ghairu Mahdhah

Mengapa pendidikan sosial terkait erat dengan keagamaan? Jawabannya adalah karena dalam agama Islam kita diajaraan sebuah ibadah. Ibadah pertama adalah ibadah mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. Contohnya seperti sholat, puasa, dan haji.

Namun diajarkan pula ibadah ghairu mahdhah (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Contohnya seperti sedekah, menolong orang lain yang kesusahan, wakaf, aqiqah, dan kurban.

Baca juga:  Merayu Tuhan

Agama Islam mengenal ada huquq Allah (hak-hak Allah) dan huquq al-adamy (hak-hak manusia). Sedangkan hak-hak manusia pada hakikatnya adalah kewajiban-kewajiban atas yang lain. Manfaat melakukan hak dan kewajiban tersebut adalah terciptanya solidaritas sosial (al-takaaful al-ijtima’i), toleransi (al-tasamuh), mutualitas/kerjasama (al-ta’awun), tengah-tengah (al-i’tidal), dan stabilitas (al-tsabat). Inilah ajaran aswaja.

Sikap-sikap itu adalah disiplin sosial yang sangat erat hubungannya dengan ajaran Islam dan  mempunyai cakupan luas, seluas aspek kehidupan. Ini berarti bahwa  Islam sebenarnya mampu menjadi sumber referensi nilai bagi bentuk-bentak kehidupan sosial. Lebih dari itu, mengaktualisasikan sikap-sikap itu dengan motivasi ajaran dan perintah agama, berarti melakukan ibadah.

Disiplin sosial dapat juga identik dengan ibadah dalam Islam (dengan amal). Nah dalam hak-hak manusia inilah yang dimaksud dengan pendidikan sosial, karena kita beragama islam jadi selalu dikaitkan dengan keagamaan.

Allah SWT berfirman:

ِ ﺐِ ﱠ ﺎﺣ اﻟﺼ َ و ِ ﺐُ ﻨُ ﺠْ اﻟ ِ ﺎر َ ﺠْ اﻟ َ و ٰ ﻰَ ﺑْ ﺮُ ﻘْ ي اﻟ ِ ذ ِ ﺎر َ ﺠْ اﻟ َ و ِ ﯿﻦ ِ ﺎﻛ َ ﺴَ ﻤْ اﻟ َ و ٰ ﻰَ ﺎﻣ َ ﺘَ ﯿْ اﻟ َ و ٰ ﻰَ ﺑْ ﺮُ ﻘْ ي اﻟ ِ ﺬِ ﺑَ ﺎ و ً ﺎﻧ َ ﺴْ ﺣِ إ ِ ﻦْ ﯾَ ﺪِ اﻟ َ ﻮْ ﺎﻟ ِ ﺑَ و ۖ ﺎً ﺌْ ﯿَ ﺷ ِ ﻪِ ﻮا ﺑ ُ ﻛِ ﺮْ ﺸُ ﺗ َ ﻻَ و َﱠ وا اﷲ ُ ﺪُ ﺒْ اﻋ َ و اً ﻮر ُ ﺨَ ﻓ ً ﺎﻻ َ ﺘْ ﺨُ ﻣ َ ﺎن َ ﻦ ﻛ َ ﱡ ﻣ ﺐِ ﺤُ ﯾ َ ﻻ َﱠ ﱠ اﷲ نِ إ ۗ ْ ﻢُ ﻜُ ﺎﻧ َ ﻤْ ﯾَ أ ْ ﺖَ ﻜَ ﻠَ ﺎ ﻣ َ ﻣَ و ِ ﯿﻞ ِ ﱠﺒ اﻟﺴ ِ ﻦْ اﺑ َ و ِ ﻨﺐ َ ﺠْ ﺎﻟ ِ ﺑ

Baca juga:  Temali Sang Mahayogi: Tentang Aliran Kepercayaan

Artinya: “Sembah lah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. Annisaa’ : 36).

Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya pendidikan sosial keagamaan yang harus ditanamkan manusia di kehidupan sehari-hari.

“Lakukan semua ibadah, baik ibadah kepada Allah maupun ibadah sosial, karena kamu tidak tahu mana yang akan diterima Allah”. ​ Pendapat tersebut saya kutip dari guru saya Kyai Mahfudz Muhdlor yang pernah menuturkan dawuh (nasihat) seperti itu kepada para santrinya. Beliau menuturkan prinsip seperti itu berdasarkan dawuh dari gurunya yaitu K.H. Maimoen Zubair atau biasanya akrab di sapa Mbah Moen.

Mbah Moen selalu dawuh,  ​“Bila kamu melihat semut terpeleset dan terjatuh ke dalam air, maka angkat dan tolonglah, barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu”. Dawuh beliau diambil dari kisah seorang pelacur yang menyelamatkan seekor anjing yang sedang kehausan, dan ketika ia meninggal amal tersebut menjadi penyebab Allah mengampuninya.

Dari kisah tersebut kita juga dapat melihat manfaat dari ibadah sosial keagamaan. Maknanya luas sekali, bukan hanya sosial kita kepada manusia, tetapi juga kepada makhluk hidup seperti binatang, bahkan seekor anjing pun dapat menjadi amal yang nilainya sangat besar di mata Allah.

Pendidikan di Pesantren

Pendidikan sosial keagamaan dapat kita temui (contohnya) di lingkungan pondok pesantren. Mengapa demikian? Tentu jawabannya karena di pondok pesantren kita diajarkan untuk kerjasama, sikap keberagaman, sikap kebersamaan, saling tolong menolong, merasa kesulitan sama-sama, merasa bahagia juga sama-sama, sikap gotong royong. Tidak kalah penting adalah sikap adaptasi dengan lingkungan dan teman yang terdiri dari banyak karakter.

Baca juga:  Sinyal Kuota Kemendikbud (1): Ikhtiar untuk Menjamin Hak Belajar Anak

Bukan hanya itu, pendidikan sosial keagamaan di dalam pesantren juga harus diajarkan dan ditanamkan dalam jiwa para santri agar kelak ketika terjun di masyarakat bukan menjadi santri yang kaya akan ilmu namun dapat mengkafirkan orang lain seenaknya, menghujat sana-sini bid’ah. Tetapi yang diharapkan adalah menjadi santri di zaman milenial ini, yang cermat dalam bertindak, berilmu dan luas pandangannya, yang perduli dengan kondisi lingkungan dan masyarakatnya.

Saya pernah membaca artikel di blog Najm El Habeb’s. Dia menulis bahwa pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal santri. Atau juga kata sant dan tra yang berasal dari bahasa sansekerta, sant (manusia baik) dan tra (suka menolong). Maka pesantren berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Saya setuju, Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pondok pesantren berperan sangat penting dalam pendidikan sosial keagamaan. Namun, bila tidak tinggal di lingkungan pondok pesantren, lantas di mana kita bisa mendapatkan pendidikan sosial keagamaan?

Bisa di mana saja. Di sekolah, di rumah, di tempat bermain, di tempat kursus, di rumah kerabat atau teman, bahkan di jalan raya. Kita bisa melihat contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di sinilah tugas para orangtua yang harus menanamkan dalam jiwa anak-anaknya pendidikan sosial keagamaan, jika anak-anak tinggal bersama orangtuanya.

Maka itu sungguh beruntung mereka yang pernah atau sedang tinggal di lingkungan pondok pesantren. Menurut saya itu adalah suatu keistimewaan kita tinggal di lingkungan pesantren yang diajarkan nilai-nilai pendidikan sosial keagamaan. Meski jauh dari orangtua, kita setiap hari siang dan malam bersama para guru dan teman sepondok, namun harus mandiri dalam mengurus kebutuhan pribadi.

Pada akhirnya saya ingin menitip pesan. Jadilah remaja yang peduli dengan lingkungan sosial, cermat dalam bertindak. Mari kita bangun kepedulian agar masyarakat Indonesia menjadi yang aman dan damai. Insyaallah

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top