Sedang Membaca
Khutbah Jumat: Video Syur dan Tantangan Revolusi Akhlak
Noor Sholeh
Penulis Kolom

Penulis pernah mengajar di SMKN 2 Jepara, dan mengabdi di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kabupaten Jepara. Pernah juga diamanahi menjadi Ketua MWC NU Kota Jepara. Kolom Khutbah Jumat adalah kumpulan naskah-naskah yang pernah disampaikan oleh almarhum dalam mimbar Jumat. Naskah itu kini diketik ulang supaya bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Lahu-alfaatihah..

Khutbah Jumat: Video Syur dan Tantangan Revolusi Akhlak

Hadirin yang berbahagia.

Setiap amal yang kita lakukan di dunia pasti akan mendapatkan balasannya. Seseorang yang menanamkan kebaikan, pasti dibalas dengan kebaikan. Yang menanam kejelekan, pasti juga akan mendapatkan upah serupa.

Belakangan ini, melalui media sosial dan pemberitaan media mainstream, kita dihebohkan dengan pemberitaan video syur dari wajah yang diduga mirip artis tertentu. Darimana video itu berasal, pihak kepolisian yang bisa mengungkapnya.

Namun, dari kejadian tersebut kita bisa mengambil banyak pelajaran, bahwa bagaimana nanti kelak, dihadapan Allah Swt kita disidang, diperlihatkan amalan-amalan yang pernah kita kerjakan selama di dunia. Di dunia saja amal buruk kita ditonton banyak orang, kita malu. Bagaimana kelak di akhirat? di depan umum, amal kita dipertontonkan, padahal tidak ada satupun amal yang kita kerjakan selama di dunia yang luput dari penglihatan dan pengawasan-Nya.

Di dalam QS. al Zalzalah  ayat 7-8, Allah Swt berfirman

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.

Dalam ayat lain, QS. Al-Mujadilah ayat 6 Allah befirman.

Baca juga:  Khutbah Jumat: Kembali ke Jalan Allah

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا

Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.

أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

Kedua ayat di atas menjadikan peringatan bagi kita semua, untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan dan menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat menjerumuskan kita ke lembah kenistaan. Karena bumi dan seluruh anggota tubuh kita kelak akan berbicara, menjadi saksi terhadap apa yang kita kerjakan selama di dunia.

Di persidangan dunia, mungkin kita masih bisa melakukan pembelaan bahkan sampai melakukan penyuapan, memilih dipenjara atau tidak. Sementara di akherat kelak, tidak ada pilihan lain kecuali neraka dan surga atas apa yang kita kerjakan selama ini. Bagaimana kita bisa membela atau menyuap Tuhan? bila tangan, mata, kaki, telinga, dan seluruh anggota tubuh kita bisa berbicara sendiri.

Sidang Jumat yang berbahagia

Di era media sosial seperti sekarang ini, banyak sekali perilaku remaja kita yang tak terkontrol. Mengunggah segala hal tentang dirinya. Terkadang memperlihatkan foto yang semestinya kurang sopan dihadapan publik. Berciuman, berpelukan, bermesra-mesraan dengan pacarnya. Bagi orang tua, ini adalah bencana moral. Dan ini merupakan tantangan kita bersama. Perlu revolusi akhlak.

Baca juga:  Khutbah Jumat: Berqurban untuk Investasi Akhirat

Melalui mimbar ini, khotib sangat menyarankan kepada orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik, mengawasi pergaulan mereka, agar tidak terjebak pada hal-hal yang dapat merusak masa depannya.

Peran orang tua sangat menentukan baik-buruk serta utuh-tidaknya kepribadian anak. Untuk itu orang tua pasti akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Azza wa Jalla kelak di akhirat tentang anak-anaknya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. [HR. al-Bukhâri dan Muslim]

Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua sangat menentukan shaleh-tidaknya anak. Sebab pada asalnya setiap anak berada pada fitrah Islam dan imannya; sampai kemudian datanglah pengaruh-pengaruh luar, termasuk benar-tidaknya orang tua mengelola mereka.

Karena ketika anak itu baik, orang tualah yang akan dipandang. Begitu juga sebaliknya, ketika anak itu berbuat tidak baik, orang tua jugalah yang pertama dilihat. “itu anak siapa, bagaimana bapak-ibunya mendidiknya.”

Sidang jumat yang berbahagia

Dengan banyaknya tantangan di kehidupan ini, mari perkuat iman dan ketaqwaan kita dengan menebar kebajikan dan amal shaleh. Di mulai dari diri kita sendiri, keluarga kita, di lingkungan sekitar kita, sehingga menjadi cermin masyarakat sekitar. Semoga Allah Swt selalu memberikan kita kekuatan iman islam hingga nyawa terputus dari jasadnya. Amin ya rabbal’alamin.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top