Sedang Membaca
Di Balik Mengangkat Tangan Saat Takbir
M. Ishom el-Saha
Penulis Kolom

Dosen di Unusia, Jakarta. Menyelesaikan Alquran di Pesantren Krapyak Jogjakarta dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Di Balik Mengangkat Tangan Saat Takbir

Mengangkat kedua tangan saat takbir hukumnya Sunnah haiat. Rasulullah mengangkat tangan pada waktu takbiratul ihram, takbir intiqal ketika hendak rukuk, dan sesudah bangkit dari rukuk. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibn Umar, beliau mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua pundak (khadw mankibaih).

Hanya saja cara Rasulullah mengangkat kedua tangannya itu dipahami secara berbeda diantara ummat Islam. Dibuktikan dengan adanya praktek mengangkat kedua tangan yang dilakukan secara berbeda-beda, seperti tampak dalam kebiasaan salat di mesjid atau musalla.

Ada yang melakukan Sunnah haiat “mengangkat” tapi kelihatan menarik tangan ke belakang agar jemarinya sejajar dengan pundaknya. Ada pula yang benar-benar mengangkat kedua tangan akan tetapi bagian yang sejajar dengan pundak bukan ujung jari jemari melainkan pergelangan tangannya. Otomatis posisi jari tangannya berada di atas pundak dan sejajar dengan telinga.

Perbedaan itu terjadi sebab cara pandang yang berbeda di antara ummat Islam tatkala memahami hadits fi’liyah bahwa “tangan Nabi diangkat sejajar dengan kedua pundaknya.”

Kebetulan saya pada pengajian pada malam ini sedang menjelaskan masalah Sunnah haiat. Ada seorang jamaah yang bertanya: cara mengangkat kedua tangan saat takbir dan batasannya seperti apa?

Dengan mempertimbangkan bahwa jemaah pengajian bukan dari satu golongan akan tetapi berlatar belakang banyak paham, saya mencoba menjawab pertanyaan jemaah itu bukan untuk menentukan yang paling benar, tetapi yang konsisten.

Baca juga:  Sangkan Paraning Dumadi ala Sunan Kudus

Dalam hadits Rasulullah disebut beliau mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua bahu pundaknya. Maksud kedua tangan itu, apa semua bagian tangan atau hanya lengan? Sebab kalau semua bagian tangan sejajar dengan bahu pundak, gerakannya bukan mengangkat melainkan menarik tangan.

Sementara jika yang dipahami adalah sebatas pergelangan tangan yang sejajar dengan pundak, maka gerakannya benar-benar mengangkat hanya saja bagian telapak tangan berada di atas pundak. Tak lupa saya minta jemaah mempraktekkannya.

Saya tidak bermaksud mensahehkan satu gerakan mengangkat tangan dan menyalahkan gerakan lainnya. Untuk itu saya geser ke pembahasan Sunnah haiat lainnya yakni bersedekah dengan cara “meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri”.

Lagi-lagi jemaah berbeda cara dalam bersedekap. Ada yang menumpukkan telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri, dengan posisi yang berbeda, yaitu sebagian di dada dan sebagian di bawah ulu hati bagian kiri.

Sementara banyak pula yang bersedekap dengan cara meletakkan telapak tangan kanan dalam posisi memegang pergelangan tangan kiri. Lagi-lagi saya tidak bermaksud untuk mensahihkan satu praktek salat yang biasa dilakukan jemaah, melainkan hanya untuk membuktikan bahwa masing-masing berpikir dan bertindak secara konsisten.

Saya kemukakan bahwa jamaah yang menarik tangan agar telapak tangannya sejajar dengan bahu pundaknya dianggap konsisten apabila praktek bersedekapnya ialah menumpuk telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri. Kenapa? mereka memahami tangan (al-yad) ialah bagian telapak tangan.

Baca juga:  Islam Jawa dan Budaya Indonesia yang Melekat

Begitu pula jemaah yang mengangkat telapak tangan tapi bagian yang sejajar dengan pundaknya adalah pergelangan tangan, mereka dinilai konsisten jika cara bersedekapnya ialah telepak tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri. Kenapa? Mereka pahami lafal al-yad (tangan) adalah ruas lengan tangan berikut telapak tangan.

Telapak tangan kanan mereka memegang pergelangan tangan kiri juga menggambarkan posisi sejajar. Kelebihannya lagi bahwa telapak tangan kanan mereka berada persis pada posisi letak jantung. Untuk membuktikan, saya minta mereka untuk menarik dan mengeluarkan tangan kiri dan membiarkan posisi tangan kanan.

“Perhatikan!” Kata saya. Jemaah yang konsisten memahami lafal al-yad dalam arti tangan secara utuh, maka telapak tangan kanannya berada persis di bagian luar jantung manusia. Yaitu di bagian kiri ulu hati, sekira-kira ukuran 3 (tiga) jari yang dikumpulkan sekaligus.

“Paling penting, kalian konsisten, dibandingkan mengaku paling benar namun kurang konsisten,” akhir penjelasan saya. Wallahu a’lam bis shawab

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top