Sedang Membaca
Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 268: Takut Miskin Sahabatnya Setan
Muh. Arif Syam
Penulis Kolom

Mahasiswa PTIQ Jakarta.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 268: Takut Miskin Sahabatnya Setan

20200721 131319

Dalam Q.S. Al-Baqarah [2]:268 ini bercerita terkait yang menyebabkan seseorang ingin menafkahkan hartanya yang buruk dan enggan menafkahkan yang baik. Adalah karena bisikan jahat dari setan yang mengatakan kepadanya, “Jangan kamu nafkahkan hartamu yang baik, nanti kamu menjadi miskin karenanya

Berikut teks dan terjemah ayatnya:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاءِۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًاۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Abu Ja’far berkata: ”Maksud Allah Ta’ala, Wahai manusia, setan menjanjikan sedekah dan zakat wajib dari harta kalian dengan kefakiran وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاءِ dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir). Ia memerintahkan berbuat kejahatan, yaitu memerintahkan kalian berbuat maksiat pada Allah Ta’ala dan tidak mentaati-Nyaوَاللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ  “Sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya”, yaitu bahwa Allah Ta’ala menjanjikan kalian wahai orang-orang yang beriman, akan menutupi kejahatan kalian dengan menghapus hukumannya dan mengampuni kalian dengan sedekah yang kalian berikan. وَفَضْلًاۗ “Dan karunia” dan menjanjikan kalian bahwa Dia akan mengganti sedekah kalian dan menambah pemberian-Nya pada kalian serta menyempurnakan rezeki kalian.

Abu Ja’far berkata: maksud Allah Ta’ala dalam firman-Nya وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ “Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” adalah Karunia yang Dia janjikan pada kalian sehingga Dia memberi kalian karunia dan keluasan perbendaharaan-Nya. Dia Maha Mengetahui dengan nafkah dan sedekah yang kalian nafkahkan dan sedekahkan, Dia akan menghitungnya untuk kalian sehingga Dia akan membalasnya saat kalian berada di hadapan-Nya kelak pada hari akhirat.

Baca juga:  Tafsir Surah Al-Ashr (Bagian 1)

Dari sekian ayat al-Qur’an dan hadits, penulis memperoleh kesan, bahwa kata setan tidak terbatas pada manusia dan jin, tetapi juga dapat berarti pelaku sesuatu yang buruk atau tidak menyenangkan, atau sesuatu yang buruk dan tercela. Bukankah setan merupakan lambang kejahatan dan keburukan?

Jin adalah makhluk halus yang diciptakan oleh Allah dari api. Jin yang membangkang dan mengajak kepada kedurhakaan adalah satu jenis setan. Manusia yang durhaka dan mengajak kepada kedurhakaan juga dinamai setan. Jadi setan tidak selalu berupa jin tetapi dapat juga dari jenis manusia. Di sisi lain, setan bukan sekadar durhaka atau kafir tetapi sekaligus juga mengajak kepada kedurhakaan.

Siapa pun yang dimaksud dengan setan dalam ayat ini, yang jelas setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan, dalam arti, bila manusia bermaksud bersedekah, ada bisikan dalam hati manusia yang dibisikkan oleh setan, “Jangan bersedekah, jangan menyumbang, hartamu akan berkurang, padahal engkau memerlukan harta itu, jika kamu menyumbang, maka kamu akan terpuruk dalam kemiskinan.”

Selain itu, setan juga menyuruh berbuat fahisyah. Ada yang memahami kata ini dalam arti kikir. Penulis tidak cenderung memahaminya demikian, karena menyuruh kepada kekikiran telah dicakup maknanya oleh menakut- nakuti terjerumus dalam kemiskinan. Siapa yang takut miskin dia pasti kikir. Memang bahasa menggunakannya dalam arti kikir, tetapi hemat penulis, memahaminya dalam arti yang lebih luas adalah lebih baik. Fähisyah adalah segala sesuatu yang dihimpun oleh apa yang dianggap sangat buruk oleh akal sehat, agama, budaya, dan naluri manusia.

Baca juga:  Buku Baru: Dinamika Tafsir Al-Qur’an di Nusantara dan Kajian-Kajian Pentingnya

Dalam konteks ayat ini termasuk kikir, menyebut-nyebut kebaikan yang diberikan, menyakiti hati pemberi, dan sebagainya. Seorang yang kikir, apalagi yang memiliki kelebihan, kekikirannya membuahkan dengki dan iri hati anggota masyarakat, dan jika ini terjadi maka setan menyuruh dan mendorong anggota masyarakat untuk melakukan aneka kejahatan seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, dan sebagainya. Di sisi lain, kekikiran melahirkan sifat rakus untuk enggan bernafkah, dan pada gilirannya menjadi lahan yang sangat subur bagi setan untuk mengantar kepada aneka kejahatan. Demikian ulah setan, menakut-nakuti dan menyuruh kepada kejahatan.

Kalau demikian itu ulah setan, Allah sungguh jauh dari itu. Allah menjanjikan untuk kamu ampunan dari-Nya dan kelebihan. Siapa yang menafkahkan hartanya, maka dosa-dosanya akan diampuni. Demikian janji Allah: “Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya, dan menerima zakat, dan bahwa Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. at-Taubah [9]: 104).

Bukan hanya itu, Allah juga menjanjikan siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka harta itu dilipatgandakan. Bukankah sebutir benih menjadi tujuh ratus benih, bahkan lebih? Jangan menduga ini hanya dari segi keberkatan. Tidak! Dengan menafkahkan harta, yang diberi memiliki daya beli sehingga arus perdagangan bertambah, kedengkian pun hilang, sehingga ketenteraman bagi pemberi bertambah, dan dengan demikian ia dapat berkonsentrasi meningkatkan usahanya. Di sisi lain, stabilitas keamanan terwujud, sehingga jalur perekonomian dapat lebih lancar. Semua itu adalah kelebihan dan peningkatan. Memang, Allah Maha Luas (anugerah-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top