Sedang Membaca
Tata Urut Ungkapan Al-Qur’an dan Keserasian Makna
M Afifudin Dimyathi
Penulis Kolom

Alumnus Al-Azhar University Cairo Mesir jurusan Tafsir dan Ilmu al-Qur’an, lulusan terbajk se-Asia di pascasarjana Khartoum International Institute for Arabic Language di kota Khartoum Sudan tahun 2004 dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 2007 lulus di Neelain University jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Kini sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. pada tahun yang sama beliau meneruskan pendidikan S3 di al Neelain University jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab dan selesai tahun 2007.

Tata Urut Ungkapan Al-Qur’an dan Keserasian Makna

Al-Qur’an tidak henti-hentinya menampilkan keindahan dalam bertutur dan menyajikan makna, keserasian penempatan kata perkata, kalimat perkalimat dan ayat perayat senantiasa mengundang kekaguman para pemerhati dan pengkajinya. Penempatan tata urut kata yang seakan nampak biasa dalam bacaan kita, ternyata di dalamnya mengandung isyarat penting yang menegaskan keteraturan makna yang diinginkan Al-Qur’an, sehingga rangkaian ayatnya nampak kohesif dan koheren.

Sebagian kecil contohnya, misalnya bisa kita temukan dalam ayat yang sudah biasa kita baca, firman Allah Al Baqarah 286:

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنا

“(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami.”

Dalam ayat di atas, Kita bisa melihat kesesuaian dan indahnya tata urut ungkapan Al-Qur’an, masing-masing kalimat dalam ungkapan

وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنا

Baca juga:  AL-Qur’an dan Budaya (1): Kemunculan Tradisi Al-Qur’an pada Islam Awal

Dihubungkan dengan rangkaian ungkapan sebelumnya secara runtut.

– Ungkapan {وَاعْفُ عَنَّا} “Maafkanlah kami” dihubungkan dengan kalimat pertama

{لا تُؤَاخِذْنا}

“Jangan hukum kami.”

– Ungkapan {وَاغْفِرْ لَنَا} “ampunilah kami” dihubungkan dengan kalimat kedua:

{وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا}

“Janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat.”

– Dan ungkapan {وَارْحَمْنَا} “dan rahmatilah kami” dihubungkan dengan kalimat ketiga dalam doa, yaitu:

 {وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ}

“Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya.”

Letak keserasiannya adalah konsekuensi yang sesuai dengan permohonan agar tidak dihukum karena lupa atau kelalaian adalah permohonan maaf, dan konsekuensi yang sesuai dengan permohonan agar tidak dibebani dengan beban yang berat adalah permohonan pengampunan, sedangkan konsekuensi yang sesuai dengan permohonan agar tidak diberi pikulan yang tidak sanggup dipikul adalah permohonan rahmat. Sehingga susunan kalimat-kalimat di atas nampak sangat kokoh dan saling terkait satu sama lain.

Dan ketika Allah memberi sifat orang-orang yang benar-benar beriman dalam surat Al Anfal 2-3 dengan 3 sifat yang masing-masing mewakili aktifitas hati, aktifitas badan dan aktifitas harta, yaitu:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ (2) الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ (3)

Baca juga:  Lima Perbedaan antara Sifat Nabi Adam dan Iblis

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.”

“(Yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Allah menjelaskan dalam ayat di atas aktifitas hati mereka yang mudah gemetar hatinya, mudah bertambah imannya dan tawakal kepada Allah, aktifitas fisik mereka yang gemar sholat dan aktifitas harta mereka dengan menginfakkannya.

Setelah penjelasan ini, Allah menutupnya dengan balasan masing-masing secara runtut dan tertib dalam firman-Nya:

اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ

“Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”

Derajat tinggi balasan bagi aktifitas hati, ampunan adalah balasan bagi aktifitas fisik (sholat), dan rizki yang mulia adalah balasan bagi aktifitas harta (infak).

Benar-benar sebuah runtutan tuturan yang indah dan tertib.

Contoh lain bisa kita lihat dalam ayat yang lebih singkat yaitu Al-Isra’ 29:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا

“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.”

Baca juga:  Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat 107: Iklim Pluralitas dan Misi Nabi Muhammad Saw

Dalam ayat ini, Allah melarang manusia untuk berlaku pelit dan terlalu royal (berlebihan dalam mengeluarkan uang), dan dengan bijak Allah menutup ayat ini dengan akibat yang biasanya menimpa manusia jika tidak mengindahkan larangan ini secara runtut dan tertib, yaitu: Ia akan tercela (disalahkan orang-orang) jika pelit dan akan menyesali sumbangannya jika terlalu royal.

Gaya bahasa seperti ini dalam kajian Balaghah, biasa masuk pada pembahasan taqdim wa ta’khir, munasabah ma’nawiyah dan atau al-laff wa an-nasyr.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top