Sedang Membaca
Ummu Kultsum, Perempuan yang Dinanti-nanti
M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Ummu Kultsum, Perempuan yang Dinanti-nanti

1 A Makam Ummu

Ummu Kultsum, seorang penyanyi tersohor yang mampu memikat hati para pendengarnya. Suaranya yang sangat merdu dipadu dengan penghayatan lagu yang sangat dalam adalah sebuah mantra pengikat hati para pecinta musik dunia Arab.

Lantunan kidungnya disebut oleh Virginia Danielson dalam bukunya yang berjudul The Voice of Egypt: Ummu Kulthum, Arabic Song, and Egyptian Society in the Twentieth Century sebagai lantunan ritmis yang mampu memikat dan menyatukan bangsa Arab dari belahan Barat hingga Timur.

Ummu Kultsum, sang diva lahir di daerah Daqhalia tahun 1904, konon, ia mulai menyanyi sejak berumur tujuh tahun. Karirnya semakin moncer sejak ia memiliki konser musik yang rutin di gelar di hari Kamis pertama setiap bulannya di kota Kairo. Pengagumnya bukan hanya rakyat jelata bahkan sang presiden saat itu Jamal Abdun Nashir juga mengagumi suara indah Ummu Kultsum. Tercatat beberapa kali, Jamal Abdun Nasir terlihat di pinggir panggung.

Baca juga: Ummu Kulsum, Sang Bintang Timur

Hingga terjadilah perang dahsyat antara Mesir, Yordania, dan Syiria melawan Israel pada tahun 1967 M. Sayangnya, meskipun seluruh negara telah mengerahkan pasukannya kemenangan tak dapat diraih. Hal ini terjadi karena Israel memiliki teknologi pesawat tempur yang lebih maju di zamannya.

Kala itu, kekalahan perang enam hari (5-10 Juni 1967) mengakibatkan Mesir kehilangan seluruh dataran Sinai, Yordania kehilangan Tepi Barat dan Yerusalem timur, dan Syiria kehilangan dataran Golan.

Tak ayal, kekalahan perang membuat presiden Jamal Abdun Nashir sempat menyatakan mundur dari kursi presiden karena kekalahan yang cukup menyakitkan ini. Akan tetapi, rakyat Mesir menggalakkan demo besar-besaran di kota Kairo agar presiden Jamal Abdun Nashir tetap memegang tampuk kepresidenan.

Baca juga:  Ilmuwan Muslim Cum Musisi (2): Al-Kindi, dari Menciptakan Instrumen hingga Merumuskan Bunyi

Ada sebuah desas-desus kala itu yang cukup menyakitkan bagi Ummu Kultsum, yaitu ejekan “Negara-negara arab kalah perang karena tersihir lagu-lagu cinta Ummu Kultsum sehingga mereka lembek dan lemah bagaikan perempuan di medan perang”.

Ummu Kultsum pun memilih menyendiri di rumah pribadinya di daerah Zamalik akibat perundungan ini. Tapi tak beberapa lama, ia berhasil mengumpulkan tekadnya untuk tampil kembali di dunia musik.

Kini, ia menyerukan “Bermusik adalah jihad membela tanah air”. Ummu Kultsum bangkit dengan sangat apik. Ia mengadakan tour amal ke berbagai kota untuk mengumpulkan sumbangan untuk kepentingan memperbaiki militer negeri Mesir yang hancur lebur. Hal ini ia lakukan sebagai tanggung jawabnya kepada negaranya yang tengah dilanda krisis ekonomi dan militer akibat kalah perang melawan Israel.

Awalnya sebelum tahun 1967 M, konser Ummu Kultsum maksimal hanya mampu mengumpulkan pundi-pundi keuntungan sekitar 18 ribu pounds Mesir. Akan tetapi, semenjak ia menyerukan konser amal atas nama “cinta tanah air” Ummul Kultsum mampu mengumpulkan uang sangat banyak. Dimulai dari konser amalnya di kota Damanhur yang berhasil mengumpulkan donasi 80 ribu pound Mesir. Disusul dengan kesuksesan konser amalnya di kota Alexandria yang berhasil mengumpulkan donasi 100 ribu pound Mesir dan 40 Kg perhiasan emas yang setara dengan 82 ribu dolar Amerika.

Kemudian, disusul dengan kesuksesan konser amalnya di kota Manshurah yang berhasil mengumpulkan donasi 125 ribu pound Mesir. Dan di kota Thantha, Ummu Kultsum dengan konser amalnya berhasil meraih donasi 284 ribu pound Mesir.

Baca juga:  Rasulullah pun Mengusap Air Mata Istrinya

Kesuksesan konser amalnya tak hanya di dalam negeri Mesir saja, Ummu Kultsum juga sukses menggelar konser amalnya di kota Paris, Perancis dengan hasil donasi mencapai 212 ribu Poundsterling Inggris. Charles de Gaulle, perdana menteri Prancis kala itu mengapresiasi suara merdu sang diva “Ummu Kultsum telah menyentuh hati kami dan segenap penduduk Perancis”.

Ummu Kultsum juga berkunjung ke berbagai negara timur tengah untuk mengumpulkan donasi bagi negerinya. Ia menggelar konser di Abu Dhabi, Lebanon, Iraq, Libya, Maroko, dan Tunisia.

Ummu Kultsum tidak hanya sekedar menggalakkan donasi untuk tanah airnya, tetapi ia juga memberikan semangat kepada pemimpin negara-negara timur tengah yang ia kunjungi agar bersatu untuk merebut kembali daerah-daerah yang dicuri oleh Israel.

Ummu Kultsum mengumpulkan segenap hasil konser amalnya selama empat tahun setelah kekalahan negeri Mesir melawan Israel pada perang 1967 M. Dan tak sedikit pun uang yang masuk ke kantong pribadinya. Seluruhnya ia berikan kepada tanah air yang ia cintai. Belum genap tahun 1970 berlalu, Ummu Kultsum telah mengumpulkan donasi lebih dari tiga milyar dolar Amerika untuk negaranya.

Negara Mesir pun memakai seluruh dana bantuan Ummu Kultsum dengan baik. Pemerintah Mesir membeli persenjataan-persenjataan baru untuk merebut kembali dataran Sinai dari genggaman Israel. Hingga akhirnya mereka pun sukses mangambil alih dataran Sinai dari Israel setelah perang Ramadhan atau dikenal juga dengan perang Yom Kippur yang terjadi pada tanggal 6 Oktober-26 Oktober tahun 1973 M.

Hingar bingar kemenangan negeri Mesir pun telah membuat puas hati Ummu Kultsum. Sang diva pun diganjar dengan berbagai penghargaan dan pujian dari seluruh rakyat Mesir. Akan tetapi tak lama kemudian, Ummu Kultsum wafat pada tanggal 3 Februari tahun 1975. Hari wafat sang “Bintang dari timur” ini adalah hari duka bagi segenap negara timur tengah. Mereka tidak hanya kehilangan seorang talenta musik terbaiknya tetapi juga kehilangan sosok pemersatu bangsa arab di Timur Tengah.

Baca juga:  Identitas Keagamaan, Musik, Film, dan Media Sosial

Lagu-Lagunya

Di antar lagu-lagunya yang paling terkenal adalah Alf Leila wa Leila (seribu satu malam), Amal Hayati (harapan hidupku), Hayart Albi (Hatiku bingung), Ental Hobb (engkaulah cintaku), Enta Omri (kaulah cinta hidupku), dan masih banyak lagi.

Di antara yang paling banyak ditunggu adalah lagu Enta Omri yang ditulis oleh penyair kenaman bernama Ahmad Safik Kamel dan lagu Hayart Albi yang ditulis oleh penyair kenaman bernama Ahmad Rami. (Tentang Ahmad Rami bisa dibaca dalam tulisan berjudul Gus Mus dan Umi Kultsum: Tentang Kultur Musik Kaum Santri)

Lagunya yang menggambarkan cinta tanah air berjudul Ala Baladi al-Mahbub (Demi tanah Air tercinta) juga dipakai sebagai judul album grup musik Nasida Ria volume 1 (1978).

Di antara penggalan lirik lagu Ala Baladi al-Mahbub adalah

Ala baladi(l) mahbub(u) waddini
Bawalah aku ke negari ku tercinta

Zad wagdi wil-bu’di kawini
Gairah rinduku meningkat dan jarak waktu telah membakarku

Ya habibi ana ‘albi ma’ak
Oh negeriku, hatiku selalu bersamamu
Tul(il) layli sahran wayyak
Sepanjang malam, aku selalu bersamamu

Titmanna ‘ayni ru’yak
Mataku selalu ingin melihatmu
‘Ashkilak winta tiwasini
Aku akan menangis di bahu mu, dan engkau selalu menjagaku

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top