Sedang Membaca
Sarekat Islam
Muhammad Iqbal
Penulis Kolom

Muhammad Iqbal. Sejarawan. Dosen Prodi Sejarah Peradaban Islam IAIN Palangka Raya. Editor Penerbit Marjin Kiri. Menulis dua buku: Tahun-tahun yang Menentukan Wajah Timur (Yogyakarta: EA Books, 2019), dan Menyulut Api di Padang Ilalang: Pidato Politik Sukarno di Amuntai, 27 Januari 1953 (Yogyakarta: Tanda Baca, 2021).

Sarekat Islam

Sarekat Islam

Samanhoedi

Namun, semangat kewirausahaan Tirtoadisurjo menemui hambatan struktural. Pemerintah Belanda tidak memiliki dasar legal untuk memberi izin bagi sebuah asosiasi perdagangan antara pribumi dengan orang-orang Arab. Akan tetapi, Tirtoadisurjo sudah demikian terkenal, dan dihubungkan secara erat dengan berkembangnya gagasan kemajuan. Hal ihwal ini terutama di kalangan masyarakat perkotaan yang memiliki akses besar pada media cetak yang dia terbitkan, Medan Priyayi. Kepada Tirtoadisurjo-lah, H. Samanhoedi (1868-1956), seorang pengusaha batik masyhur dari Solo, berkonsultasi ketika dia mendirikan Sarekat Dagang Islam di kotanya pada 1911. Terkenal karena mendirikan SDI di Solo, Tirto diminta membuat rancangan anggaran dasar pertama SDI di Solo, pada 11 November 1911, yang kemudian menjadi tanggal lahirnya Sarekat Islam (SI). Didirikan atas dasar semangat kemajuan, SI menfokuskan diri pada upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, dan kejayaan negeri (Noer, 1980: 102-4).

Bagi Samanhoedi, semangat kemajuan yang diusung figur terkemuka seperti Tirtoadisurjo memiliki makna khusus bagi ekonomi lokal di Solo. Samanhoedi telah lama terlibat dalam upaya melindungi para pengusaha batik pribumi dari eksploitasi pengusaha Cina dengan membangun sebuah asosiasi, Rekso Roemekso. Tepat sebelum Sarekat Islam terbentuk, orang Cina–yang sebagian terilhami oleh Revolusi Cina pada 1911–menjadi lebih arogan dan semakin kuat mengeksploitasi pedagang-pedagang bumiputera menyusul investasi mereka pada industri batik di Solo (Shirashi, 1997: 39-40; Noer, 1980: 103). Dengan demikian, ekonomi menjadi faktor penting dalam kemunculan SI, dan menentukan arah perkembangannya. Bersamaan dengan pertumbuhan organisasi ini, terjadi berbagai serangan dan boikot anti-Cina yang dilakukan oleh para pemimpin dan anggota SI (Shiraishi, 1997: 46-7).

Baca juga:  Sultan Abdul Hamid II Ingin Menjadi Tukang Sapu di Makam Nabi

Halaman Selanjutnya: Tjokroaminoto

Katalog Buku Alif.ID
Halaman: 1 2 3 4
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top