Jumaldi Alfi
Penulis Kolom

Perupa, warga Muhammadiyah. Tinggal di Jogjakarta

Kisah Orang Islam di Minang yang Suka Berteman dengan Anjing

Fb Img 1599347852753

Kalau Anda berkunjung ke daerah pedesaan di Minang sana, jangan kaget apabila Anda berpapasan dengan para lelaki yang dengan santai membawa seekor dua ekor anjing berjalan-jalan sore, baik sendiri-sendiri maupun berombongan. Atau, ketika bertamu kerumah-rumah penduduk, Anda jangan kaget bila menjumpai anjing berkeliaraan atau terpaut di beranda atau halaman depan rumah penduduk. Agak aneh ya?

Mungkin, tapi itulah tradisi kami.

Daerah Minang yang dikenal sebagai daerah Islam yang kuat, dengan semboyan ABS-SBK itu akan tetapi populasi hewan yang umumnya dihindari umat Islam (karena dianggap Najis besar) cukup banyak, baik anjing peliharaan maupun anjing liar.

Anjing adalah sahabat paling lama dari masyarakat Minang yang relijius itu. Persahabatan Anjing dengan kami –orang Minang– umurnya boleh dikata setua umur adat kami.

Manjolan atau mangawani Anjiang berjalan jalan sore biasanya dilakukan bakda salat Asar sampai menunggu waktu Magrib tiba.

Bagi masyarakat luar Minang (terutama bagi yang menganut agama Islam) atau yang baru pertama kali berkunjung ke Minang, melihat para lelaki mangawal
anjing mereka hilir mudik mungkin terlihat musykil. Orang Minang itu identik dengan kultur keislamnya yang kuat tapi kok pada pelihara anjing?

Bila Anda berkunjung ke daerah Minang, terutama yang daerahnya seputar pegunungan atau kampung-kampung yang terletak agak pedalaman –seperti kampung saya di Lintau– Anda akan kerap berpapasan dengan aktifitas semacam itu. Atau ndak usah kaget bila melihat para anjing dengan santainya wara wiri di dalam kampung atau tepi jalan.

Baca juga:  Berlebaran Rasa Multikultural di Teheran

Saya sendiri sebagai orang Minang tidak tahu sejak kapan masyarakat Minang akrab dengan hewan kaki empat itu. Bisa jadi memang setua umur etnis Minang itu sendiri. Yang jelas anjing bersahabat dengan kami sejak lama. Anjing adalah pengawal yang efektif dalam menjaga rumah, ladang, dan partner yang tangguh dalam membasmi hama babi yang merusak ladang dan sawah.

Beberapa lelaki Minang mungkin terlalu berlebihan menyayangi anjingnya. Sang anjing hidupnya begitu terawat, makan berkecukupan dan enak, sementara sang tuan kadang malah tampak kurang “terawat”, makan alakadarnya saja.

Datanglah di hari Ahar ke kampungku. Hari Ahad adalah hari istimewa bagi para lelaki dan anjing peliharaan mereka. Di hari itu, mereka akan pergi beramai-ramai masuk rimba, pergi berburu babi. Di sana Anda akan melihat pemandangan yang menakjubkan, orang dan anjing berduyun-duyun, berkumpul bersama-sama dengan antusias dengan satu tujuan, babughu kondiak alias berburu babi.

Babughu kondiak dilaksanakan sebagai kegiatan olahraga dan sekaligus pembasmian hama babi. Kegiatan berburu babi liar ini cukup memacu adrenalin dan mempunyai keasyikan tersendiri. Bila Anda adalah seseorang yang mempunyai hobi berburu maka aktifitas berburu babi ala Minang ini patut Anda saksikan.

Lalu datanglah ke Lintau ketika musim berburu tiba. Anda akan menemukan sebuah suasana yang penuh gairah. Bayangkanlah, ketika Anda berada di tengah rimba, Anda akan menyaksikan berpuluh bahkan ratusan ekor anjing dilepas dari kekangnya untuk berpacu memburu babi liar di tengah rimba, hiruk pikuk pekik para pemburu dan salak anjing yang bersahut sahutan sungguh menggetarkan nyali dan meninggalkan kesan mendalam.

Baca juga:  Jalan-jalan ke Maroko Yuk! Saya Ajak ‘Ngeteh’ ala Warga Maroko

Di tempat atau arena berburu, para pemilik anjing akan saling melagakkan anjing masing masing. Anjing siapa yang paling jagoan dan ahli dalam mematahkan kondiak (babi). Anjing yang paling sangar dan jagoan dalam merebahkan babi hutan akan mendapat respek dan nilai yang mahal. Kerap jua selepas perburuan terjadi transaksi transfer kepemilikan anjing antar pemburu. Karena aksinya, seekor anjing bisa saja berganti tuan begitu pulang dari arena berburu.

Harga seekor anjing yang sudah “jadi” dan juara dalam arena berburu babi kadang bisa tak masuk akal. Kabarnya, seekor anjing dari seorang pemburu yang sudah “master” pernah terjual seharga 200 juta. Begitulah bayaran sebuah “kesenangan”, kadang susah untuk dinalar dalam logika umum.

Jenis-jenis anjing dan spesialisasinya dalam berburu babi hutan ini dibagi dalam tiga kelompok. Pertama, anjing pengendus atau pencari jejak, berbadan ramping, dan punya kelebihan daya endusnya lebih tajam dari anjing lain. Biasanya anjing jenis ini adalah anjing kampung alias anjing lokal. Kedua, anjing pemburu/hunter; yakni jenis anjing yang kencang larinya dan ahli menyergap mangsa. Lalu kelompok yang ketiga adalah, anjing eksekutor alias sang algojo, ini anjing yang lebih besar dan daya gigitnya sangat kuat. Jenis anjing yang lagi tren dalam arena perburuan babi saat ini, dan menjadi favorit para pemburu adalah jenis anjing hasil persilangan atau peranakan terrier pitbull dengan anjing lokal. Kalau sudah “jadi” dan ahli berburu harganya akan sangat mahal.

Baca juga:  Ziarah, antara Praktik dan Imajinasi

Oh ya, ada juga istilah Anjiang Tapaso, ini adalah sebutan untuk anjing yang trauma, apes kena seruduk dan kalah saat bertarung dengan babi hutan ketika sedang berburu. Trauma atau kanai mental itu bisa melekat dengan permanen pada si anjing, ketika diajak berburu lagi mentalnya langsung drop, tidak mau lagi diajak berpacu memburu babi.

Akhirnya, seganteng dan segagah apapun sang anjing, wibawa dan harga pasarannya langsung jatuh merosot.
Nasibnya sang anjing berakhir hanya sekedar sebagai anjing penjaga rumah atau kalau kebetulan dari bibit anjing yang bagus, lumayanlah dijadikan sebagai anjing pejantan..

Sayang si Djengo, anjing saya, tidak tahu asyiknya berburu babi. Boro-boro berburu babi, berburu betina saja sampai sekarang masih zonk.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
3
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Scroll To Top