Sedang Membaca
Persaudaraan Lintas Agama Pentas Seni untuk Pahlawan
Christian Saputro
Penulis Kolom

Nama lengkapnya Christian Heru Cahyo Saputro. Mantan Kontributor indochinatown.com, Penggiat Heritage di Jung Foundation Lampung Heritage dan Pan Sumatera Network (Pansumnet)

Persaudaraan Lintas Agama Pentas Seni untuk Pahlawan

Komunitas Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Semarang menggandeng Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Sola Gracia menggelar acara “Pentas Seni dan Refleksi Kebangsaan” .

Gelaran dalam  rangka memperingati Hari Pahlawan yang mengusung tajuk: “Satukan Langkah untuk Membangun Negeri”  ini ditaja di GKMI Sola Gracia, Jalan Sompok Lama 56 – 58, Lamper Lor, Semarang, Senin, pekan lalu. 

Berbagai gelaran pertunjukan  seni lintas agama dan lintas budaya yang bertujuan untuk mengenang dan memulikan  para pahlawan ditaja; Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin, Demak menampilkan Sholawatan,  Himpunan Mahasiswa Budha mempersembahkan Puisi, Musik Surgawi Gereja Isa Almasih menyajikan Musik Kroncong, Pemuda Hindu Indonesia mempersembahkan Musikalisasi Puisi  GMKI Sola Gracia mempersembhkan Kulintang, Forum Persaudaraan Antaretnis Jawa Tengah menyumbangkan lagu, Himpunan Mahasiswa Studi Agama UIN Walisongo kolaborasi Baca Puisi, GP Ansor menampilkan pertunjukan Monolog Kisah Pertempuran 10 Nopember 1945 dan pamungkas acara, Gereja Santa Theresia menaja Musik Etnik. 

Lurah Kampung Lamper Lor Nur Ali dalam sambutannya, mengatakan, sangat bangga dengan kegiatan yang yang diiniasai oleh para kaum muda yang bertujuan untuk merawat kebangsaan sekaligus memperingati hari pahlawan untuk mengenang jasa para pendahulu yang berjuang untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Dalam kesempatan itu, Nur Ali, mengingatkan, Proklamator Bung Hatta, salah satu founding father Indonesia, mengatakan semangat kebangsaan  itu beraneka rupa. Ada kebangsaan cap ningrat, kebangsaan cap intelektual dan kebangsaan cap rakyat.

“Kebangsaan cap ningrat berjuang hanya untuk kaumnya, kebangsaan cap intelektual berjuang hanya untuk golongannya. Sedangkan kebangsaan cap rakyat berjuang untuk kemakmuran rakyatnya. Perjuangan yang benar-benar bermuara untuk rakyat inilah yang harus kita dukung,” tandas Nur Ali.

Baca juga:  Kritik Agama di Ruang Publik

Lebih lanjut, dikatakannya,  kita patut bersyukur semangat toleransi dan kebhinekaan bertumbuhkembang dengan baik. “Iklim ini tentunya sangat mempengaruhi pembangunan kota Semarang. Semarang terus berkembang bahkan walikota Hendrar Prihadi, banyak mendapat penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Ini juga peran  panjenengan yang ikut menciptakan dan menjaga keadaan kota Semarang kondusif ,” pungkas Nur Ali.

Pendeta GKMI Sola Gracia Soegiharto, M.Th, dalam sambutannya, mengatakan, dalam kesempatan ini kita patut bersyukur bisa bersama-sama memperingati hari pahlawan. Dengan kegiatan ini diharapkan akan makin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. “Ketika kita bersatu tak ada perkara besar  yang tak bisa kita selesaikan,” ujar Soegiharto

Untuk itu, lanjut  Soegiharto, mari  bersama kita bersama melangkah mempererat persatuan dan kesatuan . “Kegiatan pentas seni dan refleksi kebangsaan ini merupakan bukti nyata, kalau kita bersama merawat kebhinekaan dan kemerdekaan,” ujar Soegiharto.

Sementara itu, Koordinator Pelita Semarang, Setiawan Budi, mengatakan, sangat mengapresiasi GKMI Solo Gracia yang telah bersedia menjadi tuan rumah kegiatan refleksi kebangsaan dan juga organisasi-organisasi lintas agama sehingga pentas seni dan refleksi kebangsaan  ini bisa berjalan dengan lancar. “Mudah-mudahan ke depan kegiatan lintas agam dan lintas budaya ini bisa terus digalakkan. Kalau bisa tak hanya di gereja kristen , tetapi bisa di pura, masjid, bahkan kita pernah mengadakan buka bersama di vihara,” ujar Setiawan Budi.

Baca juga:  Agama, Musik, dan Silang Budaya

Kemerdekaan Republik Indonesia, lanjut Setiawan Budi,  tentu tidak akan bisa diraih tanpa perjuangan para pahlawan kusuma bangsa.” Mereka berjuang dengan gigih demi Tanah Air. Sebagai generasi penerus, kita wajib meneladani perjuangan para pahlawan melalui berbagai karya bagi bumi Nusantara,” paparnya.

Di samping itu, lanjut Setiawan,  juga diharapkan, kegiatan ini bisa menjadi jembatan dialog dan perjumpaan. “Mari bersama kita ciptakan jembatan-jembatan bukan sekat-sekat. Sehingga Semarang tercatat sebagai kota toleransi   secara nyata bukan hanya slogan,” tandas Romo Budi.

Pengasuh Pondok Pesantren Rhoudothus Sholihin , Sayung, Demak,  KH Muhammad Abdul Qodir, Lc, MA, dalam Refleksi Kebangsaan, menyampaikan, bahwa, kita mempunyai visi kebangsaan yang sama untuk menjadikan  bangsa Indonesia yang adil makmur yang dibangun dalam keberagamanan dan keharmonisan.

Bersama  hari ini kita peringati hari pahlawan , untuk mengenang para pejuang yang telah gugur mempertahankan kemerdekaan  pada pertempuran yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945. “Sekitar enam ribu orang gugur dalam pertempuran untuk  sekitar enam mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Roudothus Sholihin.

Menurut KH  Muhammad Abdul Qodir, Lc, MA, kalau disigi dari sejarah, pertempuran 10 November 1945 ini, tak terlepas dari Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dicetuskan KH Hasyim Ashari dari Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Yang kini tanggal dicetuskannya resolusi jihad itu ditetapkan oleh pemerintah menjadi Hari santri Nasional. 

Baca juga:  Diskursus Pendidikan Islam dalam Al-Quran Menurut Prof Abdul Mu’ti

“Merdeka atau Mati, jadi sebuah pilihan. Sebagai bangsa yang mempertahankan marwahnya harus hidup merdeka. Hiduplah dengan merdeka atau kalau tidak bertempur habis-habisan untuk mati syahid,” ujar  KH  Muhammad Abdul Qodir.

Di Bali, lanjutnya,  dikenal dengan Puputan Margarana,  yang mencatat betapa heroiknya I Gusti Ngurah Rai dalam melawan penjajah. 

Indonesia dengan ribuan pulau dan penduduknya  puluhan suku bangsa merupakan modal sosial yang  besar. “Memang sulit untuk mengelola bangsa yang memiliki modal sosial yang besar. Lihat saya Afghanistan yang hanya memiliki tujuh suku bangsa, dua suku bangsanya konflik hingga puluhan tahun tak selesai-selesai. Tokoh-tokohnya pernah datang ke PBNU, menanyakan bagaimana mengelola Indonesia yang terdiri dari puluhan suku bangsa,” imbuhnya.

Semangat kebangsaan sebagi modal besar untuk membangun bangsa ini. Untuk itu, tandas KH Abdul Qodir, jangan  sampai dikoyak-koyak radikalisme. Banser siap menjaga NKRI dengan semangat keberagaman dan perdamaian.

Kita berdiri di atas tanah yang sama. Yang di bawahnya mengalir darah para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan negeri ini

“Mari kita rawat bersama agar tujuan negara kita menjadi adil dan makmur di atas keberagaman  dan keharmonisan. Mari kita sengkuyung bersama untuk merawat kebhinekaan dan kemerdekaan agar kita menjadi bangsa yang besar,” pungkas Pengasuh Pondok Pesantren Rhoudothus Sholihin, Sayung, Demak,  KH Muhammad Abdul Qodir, Lc, MA, mengakhiri Refleksi Kebangsaannya.

Acara ditutup dengan menyanyikan  lagu “ satu nusa Satu Bangsa” oleh seluruh hadirin.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top