Sedang Membaca
Tulisan Tangan Al-Qur’an, Perempuan, dan Umar Bin Khattab

Tulisan Tangan Al-Qur’an, Perempuan, dan Umar Bin Khattab

“Allahumma ayyidil Islam bi Abil hakam ibn Hisyam aw bi Umar ibn Khattab” (Ya Allah, perkuat Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khattab).

Itulah doa Rasulullah Muhammad saw pada awal-awal dakwahnya di Mekkah. Sebuah doa yang diyakini kebenarannya oleh para pengikut Nabi Muhammad, padahal saat itu, keduanya belum masuk Islam. Seperti dalam sejarah peradaban Mekkah, dua sosok itu adalah pemuka suku Quraisy yang dikenal keras, tegas, orotitatif, dan berwibawa. Sesuai dengan fakta sejarahnya, Umarlah yang masuk Islam dan Abul Hakam terbunuh pada saat perang Badar. Abul Hakam adalah nama laqab Abu Jahal dari Bani Makhzum. Nama Abu Jahal ini sering dipadankan dengan Abu Lahab dari Bani Hasyim, padahal Abu Lahab itu paman Nabi Muhammad saw.

Membaca sejarah selalu ada manfaat dan keberkahannya. Kapan pun, siapa pun, dan apa pun dari sejarah itu. Membaca sejarah hari ini, di era digital tidak harus melalui buku secara fisik, tetapi dapat melalui alih media, seperti film atau media lainnya, seperti portable document format (Pdf.). Sumber alih media juga tak lepas dari buku yang tertulis. Sekurangnya, hal itu penulis temukan melalui film serial Umar bin Khattab atau Omar pada salah satu stasiun TV Nasional pada waktu sahur hingga bakda Subuh. Apa yang diceritakan dalam film itu, sama persis dengan buku karya Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab: Sebuah Telaah Mendalam tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu, alih bahasa Ali Audah (Jakarta: Litera AntarNusa, 2002, cet.III) dialih media e-book oleh Nurul Huda Kariem MR. Judul aslinya Al-Faruq ‘Umar. Penulis buku ini sudah masyhur sebagai penulis biografi tokoh-tokoh muslim awal, seperti Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar ash-Shiddiq.

Penulis akan mengulas bagian penting dari sejarah Umar bin Khattab pada detik-detik masuk Islam. Sebuah episode yang menceritakan tiga aspek, yaitu tulisan tangan Al-Qur’an, sosok perempuan, dan psikis kepribadian Umar sendiri. Mengapa tiga hal ini dianggap penting?

Baca juga:  Humor Pesantren: Ajengan Ilyas Cipasung dan Tiga Istri

Tiga isu tersebut, menjadi topik para peneliti atau aktivis saat ini di tengah gelombang pemikiran Islam Indonesia. ”Tulisan tangan” terkait dengan kajian manuskrip atau filologi. Saat era Nabi Muhammad saw jelas belum ada mesin percetakan, jadi pasti menggunakan tulisan tangan di atas alas tulis kulit, pelapah kurma, atau yang lainnya. Isu perempuan menjadi bagian penting terkait gender mainstreaming dan keadilan sosial, isu yang acapakal perempuan dinomor-duakan. Psikis kepribadian Umar, terkait dengan ilmu psikologi, jika dikaitkan dengan Umar, maka psikologi pemimpin dan kepemimpinannya.

Selama ini, tulisan tangan dianggap biasa saja atau tidak terlalu penting sebagai dokumen sejarah yang mampu mengubah kesadaran manusia berakal budi. Melalui peristiwa Umar bin Khattab masuk Islam, tulisan tangan kembali membuktikan keampuhan tersebut.

Dalam alur cerita film, seperti juga dalam buku Haekal, usai Umar memarahi adik perempuannya, Fatimah dan iparnya, Sa’id bin Zaid, dia melihat ada selembar Al-Qur’an yang terjatuh dekat tempat duduknya. Barangkali, hal itu pun sudah menjadi takdirnya.

“Kemarikan kitab yang saya dengar kalian baca tadi,” katanya.

“Akan saya lihat apa yang diajarkan Muhammad!” lebih lanjut kata Umar masih dengan kemarahan. 

Fatimah menjawab, ”Kami khawatir akan Anda sia-siakan.”

‘Jangan takut,” kata Umar, yang sudah mulai membuka hatinya. Sebelumnya Umar ingin menghapus darah di dekat bibir adiknya pada saat Fatimah membantu supaya suaminya tidak dipukul Umar, tetapi adiknya menolak dibantu Umar.

Selanjutnya, kitab Al-Qur’an yang masih bentuk lembaran itu diberikan Fatimah kepada Umar. Sesudah sebagian dibacanya, Umar berkata, “Sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini.” Lembar Al-Qur’an yang dibaca ‘Umar itu surat Tha-Ha. Khabab kembali menyatakan doa Nabi Muhamad yang berharap Umar atau Abul Hakam masuk Islam.

Singkat cerita, sehabis berbicara dengan Fatimah, Sa’id dan Khabab, sahabat Nabi yang mengajarkan Al-Qur’an pada adiknya Umar dan iparnya tadi, Umar pun berangkat menuju Darul Arqam tempat Nabi Muhammad saw dan para Sahabatnya berkumpul. Saat itulah Umar bin Khattab diterima Nabi Muhammad saw setelah ditanya ini dan itu oleh para Sahabatnya dan langsung mengucapkan Syahadat tauhid dan Syahadat rasul di hadapan Nabi dan Sahabatnya, antara lain Abu Bakar Shiddiq, Hamzah, Abdurahman bin Auf, Usman bin Affan, dll.

Baca juga:  Kasidah Pujian Orang Morisko untuk Nabi

Dalam buku Haekal, disebutkan ada versi lain tentang Umar masuk Islam, tetapi tidak disebutkan dalam film “Omar”.

Dari peristiwa Umar membaca Al-Qur’an surah Tha-Ha tersebut, apa yang akan terjadi pada mereka di rumah Fatimah andai tidak ada tulisan tangan? Sikap Umar sangat keras sekali penolakannya pada Nabi Muhamad dan pengikutnya, termasuk adiknya Fatimah.

Umar mendatangi rumah Fatimah juga, karena niat awal Umar akan mendatangi rumah Nabi Muhammad saw untuk membunuhnya. Karena Umar menganggap, dakwah Nabi Muhammad yang telah memecah belah suku Quraisy. Seperti diceritakan dalam film, pada saat Umar di tengah jalan menuju Darul Arqam, ia bertemu dengan Sahabat Nabi, Nu’aim bin Abdullah. Setelah keduanya saling sapa dan mengetahui tujuan masing-masing, Nu’aim berkata, “Tidakkah lebih baik Anda pulang dulu menemui keluargamu dan luruskan mereka?”

Mendengar itu, Umar balik ke rumahnya, untuk menemui Fatimah, seperti dalam cerita di atas. Oleh karena itu, kiranya, dapat dikatakan, berkat lembar kertas dan tulisan tangan yang dibaca Umar itulah cahaya hidayah Allah masuk di dada dan akal Umar bin Khattab, sehingga ingin bertemu Nabi Muhammad saw untuk masuk Islam.

Selain Fatimah binti Khattab, ada satu lagi perempuan yang diduga ikut mempengaruhi Umar bin Khattab masuk Islam, yaitu Umm Abdullah binti Abi Hismah. Jika Fatimah ikut memengaruhi seperti dengan cerita di atas, Umm Abdullah berbeda lagi peristiwanya, yaitu pada saat Umm Abdullah dan suaminya hendak berhijrah ke Abisinia, lalu bertemu Umar bin Khattab di tengah jalan. Umm Abdullah merasakan bahwa Umar bin Khattab terharu.

Baca juga:  Ummu Ziyad Al-Asyja’iyyah, Emak-Emak Pejuang Agama

“Jadi juga berangkat Umm Abdullah untuk hijrah ke Abisinia?” tanya Umar. Lalu dijawab Umm Abdullah, “Ya! Kami akan keluar dari bumi Allah ini. Kalian mengganggu kami dan memaksa dengan kekerasan. Semoga Allah memberi jalan keluar pada kami.”

Umar berkata lagi, “Allah akan menyertai kalian.”

Umm Abdullah merasakan belum pernah melihat mimik muka Umar sedih dan terharu seperti itu dengan kepergian kawan-kawan sekaumnya. Umm Abdullah pun berharap dalam hatinya semoga Umar masuk Islam.

Kedua perempuan itulah, kiranya yang mampu melunakkan kekerasan hati dan kekuatan fisik Umar bin Khattab sehingga masuk Islam.

Pada aspek melunaknya hati Umar bin Khattab tersebut, secara psikologis, dapat dilihat kebesaran jiwa dan hati Umar yang konsisten dan teguh pendirian. Apabila menurut dirinya sudah benar dan tepat, maka akan dipertahankan. Hal semacam itu terjadi bukan hanya saat hendak masuk Islam, tapi jauh sebelum masuk Islam, dan setelah menjadi Amirul Mukminin atau Khulafaur Rasyidin kedua juga demikian. Hanya saja, pembedanya, jika sebelum masuk Islam itu kebatilan yang dibela, sebab menurut pengetahuan dirinya dan kaumnya, itulah kebenaran.

Setelah mendapat hidayah dari Allah Swt Umar bin Khattab dapat membedakan mana yang hak dan batil sesuai ajaran Islam, karena itulah Umar dijuluki al-Faruq (sang pembeda). Dalam konteks itu pula, studi tentang kepemimpinan Umar bin Khattab selama menjabat Amirul Mukminin dianggap paling memberikan perubahan strategis dalam peradaban Islam, setelah Rasulullah Muhammad saw.

Dengan demikian, doa Nabi Muhammad supaya Islam kuat dan disegani sepanjang zaman, salah satunya karena kontribusi Umar bin Khattab terjawab sudah. Ijtihad Umar bin Khattab dalam hukum Islam juga tidak sedikit, hal serupa pada manajemen dan administrasi pemerintahan yang berkeadilan, ditambah lagi dalam bidang strategi militer. Umar bin Khattab telah menundukkan Romawi, Persia, Konstantinopel, sampai dengan Mesir, baik melalui jalur diplomasi damai ataupun perang. 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top