Sedang Membaca
Makna Hari dalam Tradisi Jawa
Avatar
Penulis Kolom

Ali lahir di Gresik tahun 1997. Sekarang berdomisili di kota Semarang. Beraktivitas di sanggar seni Teater Mimbar Semarang sambil menjadi mahasiswa.

Makna Hari dalam Tradisi Jawa

kalender jawa

Hari, atau yang dalam bahasa Jawa disebut “dina” (dino). Pada dasarnya, merupakan satuan yang digunakan sebagai penanda waktu. Sebagian besar orang hanya menganggap dan memahami hari sebagai penanda waktu itu sendiri, banyak dari orang-orang yang tidak tahu akan makna dari setiap hari.

Di beberapa daerah yang masih memegang kepercayaan mengenai hari, terutama neptu dan weton, akan menjadikan seseorang menjadi lebih berhati-hati, waspada serta lebih legowo (bijaksana) menerima apapun keadaan yang dialami dalam hari tersebut, itu terjadi karena sudah adanya keyakinan dalam diri seseorang bahwa apa yang dilakukan jika bukan pada hari yang baik, maka harus siap juga menerima konsekuensi apapun, hal seperti ini sudah jarang ditemui di masyarakan modern, karena ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa dijelaskan secara logis.

Orang Jawa dahulu, mendasarkan hari yang berjumlah 7 (minggu-sabtu) yang disebut Saptawara dan pasaran yang jumlahnya ada 5, tiap hari ada rangkapannya pasaran yang disebut neptu. Adapun Hari pasaran lima atau biasa dikenal juga sebagai Pancawara merupakan satuan waktu yang dikenal oleh masyarakat Jawa sejak dahulu kala, hari pancawara digunakan sebagai hari patokan untuk hal-hal yang bersifat sprititual yang di setiap harinya memiliki makna tersendiri.

Di dalam Serat Mustaka Rancang, baik hari Saptawara maupun Pancawara memiliki masing-masing arti. Arti dari 7 hari (Saptawara) kurang lebih sebagai berikut :

Baca juga:  Islam, Wayang, dan Kesusastraan

Arti dari Akat (Ahad/Minggu) adalah meninggikan, hari senin memiliki arti senang, Hari selasa memiliki arti selamat, Hari Rabu memiliki arti keinginan, Kamis memiliki arti pemisah, Hari Jumat artinya adalah berbungah-bungah, dan hari Sabtu artinya sudah sampai.

Sedangkan untuk Pancawara adalah sebagai berikut:

“punika wontên pêkênan Lêgi enjing pitutur, Paing enjing rêjêki, Pon enjing slamêt, Wage enjing Pacakwêsi, Kaliwon enjing kalangan”

Yang kurang lebih jika diterjemahkan menjadi: Legi berarti Nasehat, Pahing berarti Rezeki, Pon berarti Selamat, Wage berarti Halangan, Kliwon berarti Kehilangan.

Dan bila digabungkan antara hari beserta pasarannya, uraian lengkapnya adalah sebagai berikut:

Akat Legi artinya Meninggikan tujuan baik, Akat Pon artinya mengutamakan keselamatan, Akat Kliwon artinya banyak kehilangan, Akat Wage artinya banyak mendapati halangan, Akat Pahing artinya banyak mendapatkan rezeki.

Senin Legi artinya disenangi hal-hal baik, Senin Pon artinya banyak keselamatan (kebaikan), Senin Kliwon artinya akan banyak kesusahan, Senin Wage artinya akan ada banyak halangan, Senin Pahing artinya Banyak rezeki.

Selasa Legi artinya hari baik untuk melakukan sesuatu, Selasa Pon artinya selamat dalam segala kondisi, Selasa Kliwon artinya Selamat dan Susah atau biasa disebut dengan istilah Hari Gara Kasih/Anggara Kasih Selasa Kliwon, yang mana hari ini dipercayai sebagai hari baik untuk melakukan ritual-ritual seperti puasa, menyempurnakan beberapa amalan, bahkan sampai hal ekstrim seperti mendapatkan kesaktian. Banyak yang mempercayai orang yang lahir pada hari ini memiliki rasa kasing sayang yang besar serta mampu menarik perhatian banyak orang. Selasa Wage artinya selamat dari halangan, Selasa Pahing artinya banyak rezeki.

Baca juga:  Salam Tempel dan Teumeutuek dalam Tradisi Masyarakat Aceh Saat Lebaran

Rabu Legi artinya keinginan melakukan hal-hal baik, Rabu Pon artinya keinginan untuk mencari keselamatan, Rabu Kliwon artinya keinginan untuk melakukan hal-hal buruk, Rabu Wage artinya keiginan yang terhalangi, Rabu Pahing artinya keinginan mencari rezeki.

Kamis Legi artinya memisahkan dari hal-hal baik, Kamis Pon artinya memisahkan untuk keselamatan, Kamis Kliwon artinya memisahkan sesuatu yang buruk, Kamis Wage artinya memisahkan halangan yang ada, Kamis Pahing artinya memisahkan dari rezeki.

Jumat Legi artinya mendapatkan berita baik, Jumat Pon artinya akan mendapatkan berita baik (keselamatan dan kegembiraan), Jum’at Kliwon artinya akan mendapatkan kabar buruk, Jum’at Wage artinya akan mendapatkan halangan, Jum’at Pahing artinya akan dapat banyak rezeki.

Sabtu Legi artinya sudah mendapatkan hal-hal baik, Sabtu Pon artinya sampai pada keselamatan (hal-hal baik akan terjadi), Sabtu Kliwon artinya hal-hal buruk akan terjadi, Sabtu Wage artinya akan ada banyak halangan, Sabtu Pahing artinya akan mendapat banyak rezeki

Adapun naskah Serat Mustaka Rancang sendiri  salah satu tulisan karya Mas Demang Warsapradongga, seorang Mantri pada Kraton Surakarta pada tahun 1894. naskah ini juga termasuk dalam koleksi Warsadiningrat. Koleksi Warsadiningrat adalah kumpulan naskah yang merupakan buah pikiran dari para abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta pada periode awal berdirinya kraton sampai pada awal abad ke-19.

Baca juga:  Seni Kaligrafi Kiai Robert Nasrullah

Sudah menjadi hal yang umum untuk diketahui bahwa Penentuan hari baik maupun buruk merupakan wujud rasionalisasi masyarakat Jawa. Bukan tentang mereka merasa sok tau atau terkesan mendahului takdir (Qadha-Qadar), akan tetapi Tentang bagaimana cara mereka untuk tetap eling lan waspada untuk mencapai suatu keselarasan hidup baik antar sesama maupun dengan Sang Prncipta. Wallahhu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
10
Ingin Tahu
33
Senang
10
Terhibur
7
Terinspirasi
12
Terkejut
13
Scroll To Top