Sedang Membaca
Asrama Bil Qolam, Belajar Mandiri Lewat Menulis
Avatar
Penulis Kolom

Mahasiswa semester 1 UNU Yogyakarta.

Asrama Bil Qolam, Belajar Mandiri Lewat Menulis

Asrama Bil Qolam, Belajar Mandiri Lewat Menulis

Beberapa orang sibuk mengetik, yang lain ada yang mengedit video, ada yang menyiapkan peralatan shooting, begitulah kesibukan serta gegap gempita suasana asrama Bil Qalam Wonocatur, Banguntapan, Bantul.

Asrama Santri Bil Qolam 1926 diresmikan sebagai nama komunitas pada tahun 2019. Pada awalnya komunitas tersebut tidak memiliki nama, hanya sebuah keluarga yang peduli dengan anak-anak muda yang ingin terus belajar namun terkendala oleh biaya. Beliau adalah Kiai Muhammadun dan Nyai Muyassaroh Hafidzoh, keluarga muda yang mendedikasikan sebagian waktunya untuk mendampingi dan membersamai anak-anak muda tersebut. Awalnya komunitas ini berdiri di Krapyak Yogyakarta.

Namun sekitar tahun 2014, Kiai Muhammadun dan keluarga memutuskan pindah di Wonocatur, Banguntapan. Komunitas Bil Qolam dengan otomatis ikut pindah karena base camp komunitas ini masih ikut dengan kiai Muhamadun. Hingga saat ini, Komunitas Bil Qolam terus eksis sebagai komunitas pesantren modern yang mengajak santrinya untuk aktif diberbagai bidang. Tidak hanya dibidang agama, namun juga mendalami bidang atau dunia teknologi.

Pada awal berdirinya, tidak ada nama khusus bagi komunitaas yang dirintis oleh kiai Muhamadun. Seiring berjalannya waktu, setelah santri lumayan banyak yang bergabung, akhirnya dipilih sebuah nama untuk komunitas dengan nama Pondok Pesantren 1926. Nama tersebut kemudian mengalami perubahan setelah Pak Kiai Muhamadun dan Bu Nyai mulai merapikan tata tertib dan kegiatan-kegiatan di Asrama. Setelah itu Kiai Muhamadun dan para santri mendeklarsikan komunitas dengan nama Asrama Santri Bil Qolam 1926.

Baca juga:  Menyambangi Muslim Indonesia di Taiwan: Hanya NU dan Muhammadiyah yang Diperbolehkan

Ketika ditanya asal mula nama tersebut, Kiai Muhamadun mengaku terinspirasi dari nama jamiyyah sholawat yang didirikan Oleh KH. Rifqi Ali (Gus Kelik, nama akrab) yakni Bil Musthofa. Nama Bil Qolam sendiri diambil sebagai bentu tabarrukan(mencari berkah) dari surah yang pertama kali diturunkan Alloh kepada Nabi Muhammad, yakni surat Al- Alaq ayat ke-4, bil qolam yang artinya adalah dengan pena. Nama tersebut digunakan sebagai nama komunitas ini karena selain mengaji agama para santri juga diajarkan untuk aktif menulis dan juga aktif mengirimkannya ke berbagai media. Sedangkan 1926, merujuk pada tahun berdirinya Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) yakni 1926. Karena Kiai dan Bu Nyai Kami juga aktif berkegiatn di Nahdlatul Ulama (NU). Dengan nama Bil Qolam 1926 tersebut, harapannya bisa menjadi doa dan berkah untuk para sanri agar kelak menjadi santri yang bermanfaat untuk orang lain.

Kegiatan Asrama Santri Bil Qolam tidak jauh beda dengan pondok pesantren lainnya yang berada di Yogyakarta. Kegiatan belajar mengajar agama, mengaji Quran, kerja bakti dan kegiatan lain seperti lumrahnya kegiatan pondok pesantren. Yang membedakan dengan pondok pesantren lain dengan Asrama Santri Bil Qolam ini adalah santri diajari aktif menulis dan belajar aktif bermedia sosial sebagai wujud pemanfaatan teknologi. Santri dibekali dan didorong berkarya tulisan menulis dan bbisa memanfaatkan penggunaan teknologi. Sehingga, selain mengaji santri juga aktif mengelola media daring seperti website maupun luring seperti majalah. Selain itu, santri juga dibekali kemampuan fotografi dan videografi.

Baca juga:  Kaesang "Rabi" (dan Batik Solo)

“Karena rata-rata santri yang ikut di asrama adalah santri yang semangat untuk terus belajar namun terkendala biaya. Nah disitulah makna berjuang yang terus kami gaungkan kepada para santri agar dengan  keterbatasan tersebut, bukan menghambat cita-cita dan tujuan. Tapi justru menjadi pemantik untuk terus berusaha mewujudkannya salah satunya adalah melaui wadah Bil Qolam ini” terang Kiai Muhamadun kepada kami.

Saat ini, total ada sejumlah dua belas santri dari berbagai daerah yang tinggal bersama di asrama Bil Qalam. Salah satunya adalah seorang santri yang bernama Muhammad Asy’ari. Ketika ditanya perihal pengalamannya selama berada di asrama Bil Qolam, ia bercerita bahwa baru kali ini mendapat bekal literasi dan pemahaman media yang baik.

Enak bor, di sini semua ada, ngaji nulis semua ada, dan lebih enaknya kita gratis tinggal di sini. Benar-benar gratis, makan, tempat tinggal, bahkan internet pun free” tutur Asyari  mencertakan pengalaman dan perasaannya selama di Asrama Bil Qolam.

Lailatus Shibyan, selaku ketua pondok mengatakan, bahwa makna berproses di Asrama Bil Qolam yaitu semua santri berangkat dari kemampuan yang setara. Namun setelah berada di Bil Qolam, semua santri diajari semua hal dari bab masalah kehidupan, mengaji, bermasyarakat dan lain sebagainya. Sehingga disitulah santri akan diajari cara berproses untuk menjadikan dirinya bisa bermanfaat untuk orang lain ketika sudah kembali ke tempat mereka masing-masing.

Baca juga:  Ketika Generasi Milenial Banyuwangi Menggerakkan Tradisi

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top