Sedang Membaca
Kisah Abu Yazid Al-Busthami dan Pencuri 1000 Kain Kafan
Ahmad Rofiq
Penulis Kolom

Penulis adalah Santri PP. Annuqayah Latee. Alumni Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep Madura.

Kisah Abu Yazid Al-Busthami dan Pencuri 1000 Kain Kafan

Dalam literatur turats, Abu Yazid Al-Busthami dikenal sebagai tokoh sufi abad III Hijriyah. Beliau adalah tokoh islam berkebangsaan Persia dengan nama lengkap Abu Yazid Tayfur ibn Isa ibn Surusyan al-Busthami. Dilahirkan tahun 804 H./ 188 H. di daerah Bistami, Qumis, sebelah tenggara laut kaspia, Iran. Ajarannya adalah al-Fanaal-Baqa, dan Ittihad menuai beberapa kecaman dan kontroversi dari ulama-ulama lainnya.

Terlepas dengan kontroversinya, konon ada seorang pencuri yang bertobat di hadapan Abu Yazid al-Busthami. Namun sebelum itu Abu Yazid menanyai terlebih dahulu kepada sang pencuri tadi, dimungkinan menurut hemat penulis, karena syarat untuk bertobat adalah menyesali perbuatan dosa yang telah dilaluinya.

“Sudah seberapa besar dosa (mencuri kain kafan) yang kamu lakukan selama ini?” tanya Abu yazid.

Dengan raut wajah malu-malu sang pencuri menjawab pertanyaan Abu Yazid “Selama ini aku telah mencuri kurang lebih 1000 kain kafan mayat.”

Dalam salah satu sumber, pencuri yang berniat untuk bertobat dibawah bimbingan Abu Yazid mendatangi sang sufi ketika beliau mengisi acara majelis rutin yang beliau bimbing.

Kemudian beliau bertanya “Apa yang kau temukan selama mencuri kain kafan orang meninggal?”

Sang pencuri menjawab “Mereka semua (jasad mayat) yang aku temui dalam keadaan wajahnya berpaling dari arah kiblat kecuali hanya dua orang.”

Baca juga:  Abdullah bin Hudafah: Diplomat Handal Kepercayaan Nabi

Sontak jawaban pencuri tadi membuat kaget dan riuh gemuruh para orang-orang yang hadir di majelis Abu Yazid. Dan mereka bertanya kepada Abu Yazid prihal peristiwa aneh tersebut.

Dengan mukasyafah-nya abu Yazid menjawab “Mereka semua (mayat yang berpaling wajahnya) adalah orang-orang miskin yang hanya mementingkan dan berpayah-payah mengejar rezeki tanpa menyerahkan urusannya (bertawakal) kepada sang maha pemberi rezeki (Allah swt.).”

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
3
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top