Kepakaran seseorang salah satu tandanya adalah bisa dilihat dari komentar atau pujian orang lain terhadapnya. Kiai Afifuddin Muhajir, tokoh yang sedang kita bicarakan hari-hari ini adalah Kiai pesantren yang mengundang decak kagum beberapa kalangan. Sehingga mereka tak segan memberi komentar. Berikut adalah beberapa komentar tokoh atas sosok Kiai Afifuddin Muhajir, yang berhasil penulis dokumentasikan.
- Kiai As’ad Syamsul Arifin, Pengasuh Generasi Kedua Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, yang juga merupakan guru utama Kiai Afifuddin Muhajir. Komentar ini muncul ketika beliau melarang putra kesayangannya untuk mondok di beberapa pesantren. Kiai As’ad melarang sembari memberi rekomendasi agar ia berguru kepada Kiai Afifuddin Muhajir yang dulu masih bernama Khofifuddin.
“… Kalau urusan keilmuan, di sini (Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo) sudah ada pakarnya, yaitu Khofi (nama kecil Kiai Afifuddin Muhajir), habiskan ilmunya itu sudah cukup!”.
- Syaikh Wahbah al-Zuhaili, pakar fikih dari Damaskus, Syuriyah penulis kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Komentar ini tercatat ketika beliau diminta untuk memberi kata pengantar (Kalimah al-Taqridz) untuk kitab karya Kiai Afifuddin yang berjudul, Fath al-Mujib al-Qarib.
“… Kiai Afifuddin Muhajir adalah komentator kitab Taqrib, namanya Fath al-Mujib al-Qarib, ia adalah saudaraku yang cerdik-cendikia”
- Dr. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia 2019-2024, Mustasyar PBNU. Kiai Ma’ruf, sependek yang saya tahu adalah kiai yang sering memuji Kiai Afif dalam beberapa kesempatan. Komentar ini adalah pujian beliau di buku karya Kiai Afifuddin Muhajir yang berjudul, “Membangun Nalar Islam Moderat”.
“… Kiai Afifuddin Muhajir, merupakan sedikit dari para ulama yang sangat mumpuni dalam dalam ilmu fikih dan usul fikih (mutabahhir fi al-Fiqh wa usulihi), serta sangat aktif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang karakter fikih yang sesungguhnya”.
- Dr. Mahfud MD, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. Laki-laki kelahiran Madura ini juga beberapa kali memberi pujian pada Kiai Afif, baik di forum-forum resmi atau informal seperti di akun Twitternya @mahfudmd.
“… Di Nahdlatul Ulama ada dua kiai yang hampir seluruh hidupnya dijalani di pondok pesantren dan selalu memakai sarung sederhana tetapi mampu menulis dengan gaya modern. 1. Kiai Zuhri Zaini di Probolinggo, 2. Kiai Afifuddin Muhajir di Situbondo. Kiai Afifuddin Muhajir adalah jebolan asli Pesantren Sukorejo Situbondo didikan Kiai As’ad Syamsul Arifin, tetapi keluasan ilmu dan karyanya tidak kalah dengan lulusan universitas ternama, apalagi hanya pintar membebek ngomong tapi tak pernah menulis”.
- Prof, Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Kiai Said begitu beliau disapa adalah tipikal kiai yang punya ketulusan dan sangat objektif. Pujian ini penulis tahu ketika acara Bedah Pemikiran Kiai Said di Pesantren Luhur al-Tsaqafah. Kiai Said, sebagai pernah kita tahu pernah “berpolemik” di Muktamar NU Jombang 2015 akan tetapi Kiai Said tetap memberi hormat terhadap kedalaman ilmu beliau. Ini teladan yang luar biasa.
“… Kiai Afifuddin Muhajir itu sangat alim, luar biasa. Beliau bisa studi perbandingan usul fikih (muqaranah usul fikih). Saya akui beliau alim luar biasa walau ia tak mendukung saya di Muktamar Jombang 2015”.
- Prof, Nadirsyah Hosen, Nahdliyin yang juga pengajar senior di Monash University ini juga punya hubungan emosional dengan Kiai Afifuddin Muhajir. Beberapa kali beliau berdua terlibat diskusi. Dari pengalaman itu, beliau memberi pujian pada Kiai Afif.
“… Kiai Afifuddin Muhajir adalah kebanggaan Nahdlatul Ulama, memiliki wawasan yang luas, selalu mengikuti isu-isu mutakhir dan seorang penulis produktif. Sering sekali beliau berdialog dengan saya tentang agama, filsafat, Sains dan IPTEK”.
- Ulil Abshar Abdalla, pengampu pengajian virtual kitab Ihya’ Ulumiddin ini juga memberi komentar pada sosok Kiai Afifuddin Muhajir. Komentar ini terdapat di utas twitter pribadinya, @ulil ketika mengomentari masuknya Kiai Afifuddin Muhajir dalam struktur kepengurusan MUI periode 2020-2025.
“… Kiai Alim dari Situbondo, saya akan sebutkan beberapa kiai Maqasidiyun di Pengurus Harian MUI yang baru, pertama Kiai Afifuddin Muhajir, seorang kiai alim dari Situbondo. Dia adalah guru kawan saya, Abdul Moqsith Ghazali”.
- Rumadi Ahmad, Ketua Lakpesdam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Komentar ini muncul ketika nama Kiai Afifuddin Muhajir sempat menjadi sorotan karena menjadi tokoh utama dalam Perumusan status kafir-non muslim di Indonesia di Munas NU di Banjar Jawa Barat tahun 2019 silam.
“… Kiai Afifuddin Muhajir adalah bintang dalam even-even Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama baik di forum Muktamar dan Munas NU. Beliau mampu menyederhanakan persoalan yang rumit dengan bahasa yang mudah. Beliau kebanggaan Nahdlatul Ulama”.
Dan masih banyak komentar dari beberapa tokoh dari berbagai latar belakang keilmuan dan gerakan yang memberikan testimoni terhadap Kiai Afifuddin Muhajir. Tentu komentar-komentar itu tidak lahir dari ruang yang kosong, akan tetapi komentar tersebut lahir setelah pergumulan mereka dengan sosok yang akan mendapatkan gelar kehormatan (Dr. HC) bidang fiqh-ushul fiqh dari Universitas Islam Negeri Walisongo pada 20 Januari mendatang. []