Sedang Membaca
Abdullah ibn Mas’ud: Guru Besar Ilmu al-Qur’an

Nahdliyin, menamatkan pendidikan fikih-usul fikih di Ma'had Aly Situbondo. Sekarang mengajar di Ma'had Aly Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Menulis Sekadarnya, semampunya.

Abdullah ibn Mas’ud: Guru Besar Ilmu al-Qur’an

Husein fahasbu

Dalam sebuah kesempatan, Abdullah ibn Mas’ud berkata:

“Demi Allah Swt. yang tidak Tuhan selain-Nya, tidak satupun al-Qur’an turun kecuali aku tahu dimana ia turun, dalam konteks apa ia turun. Seandainya aku tahu bahwa ada manusia yang lebih tahu dariku niscaya aku akan mendatanginya”.

Bagi sementara orang, perkataan di atas bisa disebut sesumbar yang terkesan berlebihan. Tetapi itu tidak berlaku bagi Abdullah Ibn Mas’aud, seorang sahabat yang punya keahlian mendalam tentang al-Qur’an. Bisa disebut ia adalah guru besar pertama bidang ilmu-ilmu al-Qur’an.

Untuk membuktikan kedalaman ilmunya tentang al-Quran, menarik penulis ceritakan ketika ia menjawab dengan tanpa merasa kesulitan beberapa pertanyaan Umar ibn Khattab seputar al-Qur’an.

Suatu malam yang amat gelap, Umar bertemu dengan beberapa orang dalam sebuah rombongan perjalan. Malam itu begitu gelap, sehingga ia tak bisa mengenali satupun di antara mereka. Terjadilah dialog antara umar dengan salah satu rombongan:

Umar: “Dari manakah kaum ini?”.

Kaum: “Dari sebuah lembah yang dalam (min Fajj al-Amiq)”.

Umar: “Kemanakah tujuan anda?”.

Kaum: “Kami menuju Kakbah (al-Bayt al-Atiq)”.

Umar: “Apa yang paling agung dalam al-Qur’an?”.

Kaum: Surat al-Baqarah ayat 255

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْم

Baca juga:  Kisah Hikmah Klasik (15): Syekh Ahmad Ar-Rifai dan Mahar yang Belum Lunas

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk

Umar: “Apa yang paling adil dalam al-Qur’an?”.

Kaum: Surat al-Nahl ayat 90

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

Umar: “Apa yang paling komprehensif dalam al-Qur’an?”.

Kaum: Surat al-Zalzalah ayat 7-8

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Umar: “Apa yang paling menakutkan dalam al-Qur’an?”.

Kaum: Surat al-Nisa ayat 123

لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.

Umar: Apa yang memberi rasa optimis dalam al-Qur’an”?.

Kaum: Surat al-Zumar ayat 53

قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Baca juga:  Menyelami "Diamnya" Kiai Sahal

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tidak mengherankan sebenarnya kenapa ia memiliki keahlian khusus dalam bidang ilmu al-Qur’an. Sebab ia adalah termasuk orang yang paling dekat dengan nabi. Ia adalah pelayan yang melayani segala kebutuhan nabi. Ia bisa keluar masuk rumah nabi. Karena ia mendapat izin khusus dari nabi untuk keluar masuk rumah nabi.

Ibnu Mas’ud selalu membersamai nabi. Dimana saja dan kapan saja. Ia yang membangunkan nabi ketika beliau tidur. Ia yang menutupi sekitar jika nabi sedang mandi. Ia yang memasangkan sandal ketika nabi hendak keluar. Ia yang melepas sandal ketika nabi sudah sampai di tempat tujuan. Ia yang membawakan siwak dan tongkat nabi.

Dari itulah, Ibnu Mas’ud belajar sangat intens kepada nabi. Ia mendapat petunjuk langsung dari nabi. Ia berbudi pekerti seperti pekerti nabi dan begitu seterusya. Hingga bisa disebut, ia adalah paling mirip dengan nabi perangai dan tingkah lakunya.

Memang yang ditekuni Ibnu Mas’ud sejak awal adalah ilmu-ilmu terkait dengan al-Qur’an. Ia paling pintar membaca al-Qur’an sekaligus paling pintar menafsirkan al-Qur’an. Saking kecintaannya pada al-Qur’an, ia termasuk orang pertama setelah nabi yang berani membaca al-Qur’an secara terang-terangan di hadapan kafir Quraish. Tepatnya ketika Islam masih minoritas di Mekkah. Suatu pagi di dekat Maqam Ibrahim, ia menggegerkan orang-orang yang berkumpul di Kakbah. Dengan lantang, Ibnu Mas’ud membaca al-Qur’an. Dan tak usah ditanya lagi, beberapa saat kemudian ia dihajar hingga babak belur oleh pembesar kaum Quraish.

Baca juga:  Khidir Menepis Arogansi Seorang Musa

Dalam sebuah kesempatan, nabi memuji caranya membaca al-Qur’an. Nabi bersabda: “Siapa yang ingin tahu bagaimana bacaan al-Qur’an ketika ia pertama kali diturunkan maka dengarlah bacaan Ibnu Mas’ud”. []

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top