Susi Ivvaty
Penulis Kolom

Founder alif.id. Magister Kajian Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Pernah menjadi wartawan Harian Bernas dan Harian Kompas. Menyukai isu-isu mengenai tradisi, seni, gaya hidup, dan olahraga.

Masjid Agung Banten, Identitas Komunitas yang Memakmurkan

  • Masjid Agung Banten yang didirikan oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552--1570) pada 1566 Masehi termasuk satu peninggalan kepurbakalaan yang memesona wisatawan, tidak hanya umat muslim.

Masjid Agung Banten di kawasan Banten Lama Kabupaten Serang selama berabad-abad telah menjadi identitas komunitas warga Banten Lama. Dengan kekuatan dan kewibawaannya, masjid yang berdampingan dengan Benteng Speelwijk tersebut telah memakmurkan penduduk sekitar, dan menjadi satu tujuan wisata religi yang dicari.

Masjid Agung Banten tidak hanya menjadi ikon kawasan Banten Lama, namun juga satu tujuan wisata sejarah dan wisata religi yang tidak henti dikunjungi. Keberadaannya terkait dengan sejarah kasultanan Banten yang berkembang pada abad ke-16 dan runtuh pada abad ke-19.

Masjid Agung Banten menjadi sebentuk memori kolektif pendudukdari generasi ke generasi, melengkapi keberadaan Keraton Surosowan (dibangun pada 1526), Keraton Kaibon (1815), Masjid Kasunyatan (1533), Benteng Speelwijk (1684-1685), dan Vihara Avalokitesvara (1542). Tidak jauh dari masjid terdapat Watu Singa Yaksa, tepatnya di Selatan alun-alun.

Seperti jamaknya masjid-masjid tua, Masjid Agung Banten sangat berkarakter. Masjid yang menjadi saksi perjalanan zaman ini menjadi magnet sekaligus memakmurkan umat. Lebih dari seribu pedagang kaki lima menjemput rezeki di seputaran masjid, yang menurut rencana akan direlokasi di pelataran paving seluas 84X85 meter di seberang masjid pada 2017. Lokasi tersebut nantinya tidak hanya menampung para pedagang cenderamata, buah-buahan, dan oleh-oleh khas Banten, tapi juga bank-bank lengkap dengan ATM.

Baca juga:  Masjid Raudhatul Muttaqin: antara yang Tetap dan yang Berubah

Titik penting

Dalam sejarahnya dahulu, Banten Lama atau Surosowan adalah satu titik penting di wilayah kerajaan Islam Mataram yang berjaya pada abad ke-16 hingga ke-18 di bawah pemerintahan Sultan Agung. Banten Lama adalah situs yang berkelanjutan, meminjam istilah yang dipakai Museum Purbakala Banten. Di sana ada peradaban pra sejarah, berlanjut ke zaman klasik (Hindu-Budha), dan beralih ke kebudayaan Islam pada abad ke-16.

Masjid Agung Banten yang didirikan oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552–1570) pada 1566 Masehi termasuk satu peninggalan kepurbakalaan yang memesona wisatawan, tidak hanya umat muslim. Kubahnya khas, berupa lima atap tumpang susun yang makin mengecil ke atas, paling atas berbentuk limas.

Kompleks makam menjadi daya tarik utama. Merujuk buku Ziarah Masjid dan Makam yang diterbitkan Depbudpar pada 2006,  21 sultan dan pangeran dimakamkan di areal masjid seluas total 20.000 meter persegi itu. Mereka di antaranya Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Haji Abunnasr Abdul Qohar, Sultan Abdul Fadhal, Sultan Muhammad Nasruddin Ratu ing Banten, dan Sultan Agung Tirtayasa (Abdul Fathi Abdul Fattah). Makam permaisuri Sultan Maulana Hasanuddin dan permaisuri Sultan Abdul Fadhal juga dimakamkan di sana.

Di sisi kanan kompleks makam para Sultan terdapat bangunan tambahan segi empat panjang dan bertingkat dengan langgam arsitektur Belanda kuno, dinamai tiyamah. Tiyamah yang dibangun oleh arsitek Belanda, Hendrick Lucas Cardeel dan bergelar Pangeran Wiraguna itu berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi soal-soal keagamaan. Cardeel pula yang membangun menara pada tahun 1560-1570.

Baca juga:  Khutbah Jumat: Belajar Nasionalisme dan Kemerdekaan Kepada Rasulullah

Identitas komunitas

Masjid adalah manifestasi ruang spiritual sekaligus sekuler yang mewadahi dimensi fungsional dan artistik, kata Ismail Serageldin dalam Architecture of the Contemporary Mosque. Tiyamah sebagai tempat musyawarah adalah representasi, bahwa Masjid Agung Banten memberikan pengalaman spiritual sekaligus muamalah.

Lebih jauh Serageldin mengatakan, Masjid Agung Banten menjadi sauh bagi identitas komunitas yang pluralis dan multikulturalis. Menara dan tiyamah didesain orang Belanda, ruang salat utama dirancang oleh arsitek dari Cina, Cek Ban Cut, dan atap masjid mengadaptasi budaya Hindu. Meminjam Jonathan Friedman dalam Cultural Identity and Global Process, representasi adalah penampilan kembali identitas yang sebetulnya telah terbentuk.

Masjid Agung Banten sebagai identitas komunitas mendapat penegasan dari Ketua Kenadziran Banten Tubagus A Abbas. Tradisi rembuk di tamiyah terus berlanjut, dan dikembangkan menjadi pengajian. Kajian fikih dan tajwid dilakukan sepekan sekali. Pengajian Al-Quran saban Selasa. Pengajian tasawuf oleh Syaikh Rokhimudin Al Banteni sebulan sekali. Lokasinya tidak lagi di tamiyah, yang kini menjadi tempat penyimpanan benda-benda pusaka.

Ornamen khas

Ornamen menjadi ciri khas masjid yang menghiasi mihrab, mimbar, dinding, pintu, dan menara. Ornamen pada mimbar berupa hiasan menyerupai naga di bagian atas lengkung puncak mimbar. Motif awan terdapat pada panel atas dan motif bunga pada panel bawah. Pada sudut-sudut sisi panel terdapat hiasan relief daun berwarna emas.

Baca juga:  Masjid Sunan Ampel: Makna Arsitektur Islam Nusantara

Ornamen-ornamen seperti lotus, segitiga, bunga, dan segiempat itu memiliki makna estetika spiritual dan estetika simbol (Sumiyasih: Ornamen Masjid Tua di Banten, 1997). Di menara masjid setinggi 30 meter yang mirip pagoda di Cina juga penuh ornamen, termasuk di tangga yang berbentuk spiral. Di beberapa sisi masjid terdapat hiasan tembus (kerawang) berupa deretan segitiga.

Sebanyak 36 tiang kayu jati penopang atap tidak dibiarkan polos begitu saja, tapi dibubuhi ornamen flora terbuat dari batu alam yang dipahat. Ornamen flora itu berbentuk lotus, buah labu, dengan ukuran dan lekuk yang berbeda. Di dinding pembatas di antara serambi dan ruang sholat terdapat pintu lengkung yang rendah dengan daun pintu berwarna hijau. Semuanya itu menggambarkan bahwa interior masjid dipikirkan dengan serius dan detail.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top