Sedang Membaca
Antara Gereja dan Masjid: Hagia Sophia
Kholili Kholil
Penulis Kolom

Alumni Pesantren Lirboyo-Kediri. Saat ini mengajar di Pesantren Cangaan Pasuruan, Jawa Timur.

Antara Gereja dan Masjid: Hagia Sophia

Amin Zeinali Tvrtndlsn8u Unsplash

Ketika suku Tsaqif (silsilah lengkapnya Tsaqif b. Munabbih b. Bakr b. Hawazin b. Manshur b. Ikrimah b. Khashfah b. Qays ‘Aylan b. Mudhar b. Nizar b. Ma’d b. Adnan) datang ke Rasulullah saw dan menyerahkan diri mereka kepada agama Islam, Rasulullah saw mengangkat Utsman b. Abi al-‘Ash Ats-Tsaqafi sebagai pemimpin Kota Thaif, tempat asal Suku Tsaqif.

Dalam hadis yang dinarasikan Abi Dawud, Rasulullah saw pernah memerintahkan ia membuat masjid:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمره أن يجعل مسجد الطائف حيث كان طواغيتهم

Rasulullah saw memerintahkan Utsman b. Abil ‘Ash membuat Masjid Thaif di bekas tempat berhala kabilah Tsaqif (dan Hawazin, umumnya).

Berhala yang terkenal dari kabilah ini adalah Al-Lat. Ibn Kalbi menyebut menara kiri masjid adalah bekas tempat Al-Lat berada dan di sembah.

Lain pula dengan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab. Ketika menaklukkan Yerusalem (yang disebut dengan Aelia) dan hendak dipasrahi kunci kota secara simbolis, Umar menulis sebuah perjanjian damai. Thabari sempat merekam kejadian itu:

أنه لا تُسكَن كنائسهم ولا تهدم ولا يُنتقَص منها ولا من حيزها ولا من صليبهم

“Bahwa gereja mereka (penduduk Aelia) tidak boleh ditempati, dirusak, atau dikurangi tempatnya; begitu pula salib-salibnya.”

Baca juga:  Masjid Raudhatul Muttaqin: antara yang Tetap dan yang Berubah

Pada intinya mengubah tempat ibadah menjadi masjid bisa jadi adalah tindakan benar dan bijak. Namun bisa jadi ‘hanya’ benar namun tidak bijak. Apalagi dalam kasus yang lagi ramai, yakni Hagia Sophia, tak jauh dari situ sudah terdapat Masjid Biru yang mampu menampung sepuluh ribu jemaah lebih.

Perbincangan Hagia Sophia ramai di internet: Mehmed II membeli gereja itu dengan uang pribadinya. Statemen ini mungkin untuk mendukung Erdogan. Namun saya tidak menemukan referensi yang menyebutkan hal itu secara eksplisit.

Seder Eliya Zuta buku berbahasa Ibrani karya Eliya Capsali yang ditulis hanya selisih beberapa tahun dengan kejadian itu juga tidak menyebutkan hal ini. Syudzurat Dzahab karya Ibnu ‘Imad yang banyak memuat biografi sultan Ottoman juga tampaknya tak menyebutkannya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top