Sedang Membaca
“Pesantren” Milik Habib Umar, Disukai Pelajar Indonesia dan Mualaf
Nur Hasan
Penulis Kolom

Mahasiswa Islamic Studies International University of Africa, Republic Sudan, 2017. Sekarang tinggal di Pati, Jawa Tengah.

“Pesantren” Milik Habib Umar, Disukai Pelajar Indonesia dan Mualaf

Darul Mustofa adalah sebuah lembaga pendidikan yang ada di Tarim Hadhramaut Yaman, yang diasuh oleh Habib Umar bin Hafidz sebagai bentuk kelanjutan dakwah beliau dalam menyebarkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah dengan menganut madzhab Syafi’i. Sebagaimana kita ketahui bahwa negara Yaman merupakan penganut mazhab Syafi’i dalam berfikih.

Salah satu latar belakang berdirinya “Pesantren” Darul Mustofa adalah banyaknya pelajar yang datang dari berbagai negara, untuk belajar ilmu-ilmu agama kepada Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Syekh Abu Bakar bin Salim di kota Tarim.

Darul Mustofa merupakan tempat berkumpul dan bertemunya pelajar dunia. Dalam beberapa sumber mengatakan, bahwa pelajar yang pertama kali datang, dan mengaji di Darul Mustofa adalah pelajar dari Indonesia. Yaitu sekitar tahun 1416 H/1996  dengan jumlah pelajar 30 orang.

Datangnya pelajar Indonesia ke Tarim atau Darul Mustofa, tidak lain adalah karena kunjungan Habib Umar bin Hafiz ke Indonesia, yaitu tahun 1414/1994. Habib Umar waktu itu berkunjung ke Indonesia adalah atas perintah gurunya, yaitu Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf dan Al-Habib Muhammad bin Al-Haddar.

Darul Mustofa sendiri didirikan oleh Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dan Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, tepatnya pada Syawwal 1410 H/1990. Adapun peresmian gedung-gedungnya ada dua tahap. Yang pertama yaitu pada bulan Dzulhijjah tahun 1411 H/1991 atau bertepatan dengan wafatnya Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abu Bakar bin Salim. Dan peresmian yang kedua yaitu pada bulan Muharram 1417 H/1997.

Baca juga:  Ajaib, Gus Dur "Kasih" Saya Tiket Pulang

Baca juga: 

Tujuan didirikannya Darul Mustofa adalah untuk mencetak para ulama dan dai yang berasaskan pada ilmu agama, dan beradab dengan adab kenabian (nubuwah), serta mampu memikul beban umat untuk mengajak ke jalan Allah Swt, serta membawa umat dari kebodohan dan kegelapan kepada cahaya keilmuan. Serta menguatkan keimanan umat, agar tetap berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Rasulullah saw.

Dengan adanya tujuan tersebut, maka Darul Mustofa mempunyai tiga asas, yaitu (1) asas penguasaan ilmu Islam secara murni, (2) pembersihan jiwa dan pemurnian akhlak (suluk/tasawuf), dan (3) dakwah.

Untuk mencapai tiga asas itu, para santri di Darul Mustofa diberi berbagai kegiatan mulai dengan mengaji dan berdakwah.

Para santri di Darul Mustofa dalam mempelajari asas pertama tentang ilmu Islam, diberi dua pilihan yaitu belajar kitab-kitab yang sudah ditetapkan oleh Darul Mustofa. Atau menghafal Alquran dengan disertai belajar fikih dan nahwu. Selain itu, para santri di Darul Mustofa juga dianjurkan untuk meresapi dan mengamalkan dasar-dasar suluk.

Seperti pembersihan diri dari sifat-sifat tercela, mempunyai perhatian terhadap sunnah-sunnah Nabi SAW, beradab dengan pergaulan sesama makhluk. Dan selalu mentaati nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk yang benar sesuai agama. Bahkan untuk mewujudkan itu, Habib Umar membuat sebuah kumpulan doa dan wirid dalam satu kitab yang bernama Khulashoh al-Madad an-Nabawi, yang biasa dibaca oleh santri Darul Mustofa pada waktu yang sudah ditentukan.

Baca juga:  Habib Luthfi, Kelaparan, dan Tradisi Pesantren

Sebagaimana tujuannya yaitu mencetak para ulama, dimana para ulama adalah pendakwah agama Islam. Maka untuk mewujudkkan hal tersebut, di Darul Mustofa diadakan kegiatan dakwah bagi para santri yang mempunyai kemauan untuk berdakwah, khususnya di luar lingkungan Darul Mustofa, atau di daerah-daerah pedesaan yang ada di Yaman, yang biasa dikenal dengan Khuruj Dakwah.

Khuruj Dakwah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu mingguan dan tahunan. Yang mingguan biasanya dilakukan pada hari Kamis-Jum’at, sedangkan yang tahunan dilakukan selama 40 hari dengan berbagai kegiatan dakwah di masyarakat dan berkunjung ke makam para ulama dan wali. Adapun untuk Khuruj Dakwah tahunan, dikhususkan untuk para santri yang sudah membaca kitab Umdatus Salik.

Suasana pengajian kelas besar. Di Jawa istilahnya Bandongan

Kitab-kitab yang dikaji di Darul Mustofa sangat bermacam-macam, mulai dari fikih, aqidah, nahwu, hadis, dan tasawuf. Dalam bidang fikih, kitab yang diajarkan di Darul Mustofa di antaranya adalah Risalatul Jami’ah, Safinatun Najah, Muqaddimatul Hadhramiyah, Matan Abi Syuja’, Yaqut An-Nafis, Umdatus Salikin.

Dalam bidang tauhid kitab yang dipelajari adalah Aqidatul Awam, Al-Aqidah (karangan Imam Al-Haddad), Durus Tauhid, Jauhar Tauhid, Risalah Qudus, Wajhutadaruj dari kitab Ihya. Sedangkan dalam bidang nahwu, kitab-kitab yang dipelajari di Darul Mustofa seperti kitab Matan Asas, Al-Jurumiyah, Mutammimah Al-jurumiyah, Qatrun Nida.

Adapun dalam bidang hadis kitab yang dipelajari adalah kitab-kitab seperti Mukhtar al-ahadits, Arba’in Nawawiyah, Nurul Iman, Mukhtar Riyadushhalihin, Qawaid Asasiah, Riyadhussalihin. Dan dalam bidang tasawuf atau pembersihan diri (Ihsan dan Tazkiyah) menggunakan Bidayatul Hidayah, Risalah Mu’awanah.

Metode pengajaran yang diterapkan di Darul Mustofa adalah model halaqah. Dan ketika para santri sudah berhasil menyelesaikan kitab-kitab diatas, akan diberi pilihan untuk memilih jurusan bidang kajian yang di inginkannya. Yang mana di Darul Mustofa sendiri ada lima jurusan (takhasus), yaitu Alquran dan Ilmu Alquran, hadis dan ilmu hadis, Sirah (sejarah), Lughoh Arabiyah (bahasa arab), Fikih dan Ushul Fikih.

Baca juga:  Anak, Buku, Kata-kata Islam, dan Kafir

Selain pendidikan formal yang mewajibkan para santri atau pelajar di Darul Mustofa untuk belajar kitab-kitab yang telah ditentukan. Darul Mustofa juga sering mengadakan dauroh atau pesantren kilat setiap tahunnya, yang biasanya diikuti oleh para pelajar dari berbagai dunia dan juga para mualaf yang ingin memperdalam tentang agama Islam.

Sejak berdirinya, Darul Mustofa telah melahirkan para alumni yang mempunyai peran besar di tengah masyarakat, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri alumni Darul Mustofa lumayan banyak, dan di antaranya telah menjadi tokoh besar dan mempunyai jamaah banyak di Indonesia. Misalnya almarhum Habib Mundzir Al-Musawa, yang mendirikan dan menjadi pemimpin Majlis Rasulullah yang biasa menggelar acara zikir dan maulid Nabi di Monas. Selain almarhum Habib Mundzir Al-Musawa, ada juga Habib Jindan.

Darul Mustofa sendiri merupakan satu dari tiga institusi yang banyak diminati oleh pelajar dunia tak terkecuali pelajar dari Indonesia, selain Universitas Al-Ahgaf dan Ribath Tarim.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
27
Ingin Tahu
13
Senang
28
Terhibur
7
Terinspirasi
43
Terkejut
4
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top