Maulid Nabi Muhammad digelar di berbagai daerah, bahkan di berbagai negara yang terdapat penduduk muslimnya hanya “segelintir” orang.
Mereka, dan kita, merayakan kelahiran orang mulia ini di berbagai macam cara. Tapi apapun bentuk acaranya, biasanya tidak lepas dari membaca salah satu kita ini: Maulid ad-Dhiba’i, Simtud Dhurar, al-Barjanzi, Burdah, adh-Dhiya ul-Lami’ dan Syaraful Anam.
Kaum muslimin dengan gembira berselawat kepada junjungan besar Nabi Muhamad saw. Kitab-kita maulid yang disebutkan di atas tentunya berisi kisah-kisah kelahiran Rasulullah. Selain itu terdapat kisah-kisah yang terkait dengan perayaan maulid dan lain-lain.
Ada kisah menarik dalam kitab Maulid Syaraful Anam yang disusun oleh Syaikh Syihabuddin Ahmad al-Harari, yaitu mengenai keluarga yahudi yang masuk Islam setelah tetangganya yang muslim mengadakan acara maulid.
Abdul Wahid bin Ismail mengisahkan, di Mesir terdapat seorang yang mengadakan perayaan maulid Nabi Muhammad di setiap tahunnya, dan tetangganya adalah seorang Yahudi, ia tinggal bersama istrinya.
Sang istri Yahudi tersebut berkata kepada suaminya, “Apa yang dilakukan tetangga kita yang muslim itu? Setiap tahun mereka menginfakkan harta yang melimpah saat bulan Maulid”
“Sungguh, ia menganggap bahwa Nabinya (Muhammad SAW) dilahirkan pada bulan itu, kemudian ia melakukan perayaan tersebut sebagai luapan kebahagiaan dan tanda penghormatan bagi Nabi Muhammad dan hari kelahirannya,” suaminya menjawab.
Setelah percakapan itu, sang istri tidur seperti biasa. Dalam tidurnya, ia bermimpi melihat seorang laki-laki yang tampan, mulia, memiliki wibawa dan martabat. Kemudian istri Yahudi tersebut memasuki rumah tetangganya yang muslim. Dia menyaksikan seorang dikelilingi orang para sahabatnya. Puja-puji dengan kalimah-kalimah indah untuk seorang tampan yang duduk di tengah itu.
Istri Yahudi itu bertanya kepada salah seorang di antara sahabat yang mengelilingi orang mulia itu:
“Apakah dia akan menjawab, apabila aku memanggilnya?”
“Ya..” jawab saalah seorang di antara mereka. Lalu ia mendekat kepada sosok berwibawa tersebut dan memanggilnya:
“Wahai Muhammad…”
“Labbaik (aku penuhi panggilanmu),” Jawab Rasulullah dalam mimpi tersebut.
“Mengapa engkau mau menjawab panggilanku dengan penuh perhatian seperti tadi, sedangkan aku bukanlah seorang muslim, bahkan aku adalah musuhmu,” perempuan tersebut heran.
“Demi Dzat yang telah mengutusku sebagai Nabi, tidaklah aku jawab panggilanmu kecuali aku telah mengetahui bahwa Allah telah memberimu hidayah,” jawab Nabi.
“Sesungguhnya akhlakmu begitu mulia, dan sungguh engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung, lenyaplah orang yang menyelisihi perintahmu, dan merugilah orang yang tidak mengetahui derajatmu, ulurkanlah tanganmu, maka Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, bahwasannya Muhammad saw adalah utusan Allah.”
Perempuan Yahudi itu mengucapkan syahadat sebanyak tiga kali.
Kemudian ia berjanji kepada Allah, bahwa ia apabila telah datang pagi hari akan bersedekah dengan seluruh apa yang ia miliki, dan membuat perayaan maulid Nabi Muhammad saw sebagai luapan kebahagiaan sebab keislamannya, dan tanda terimakasih atas penglihatan yang dianugerahkan kepadanya di dalam tidurnya.
Tatkala menjelang pagi hari, ia melihat suaminya telah sibuk mempersiapkan suatu acara, sang istri pun kaget, dan berkata kepada suaminya.
“Apa yang membuatku melihatmu melakukan perbuatan terpuji ini?” tanya sang istri kepada suami.
“Karena Islamnya engkau oleh Muhammad tadi malam.”
“Siapa yang menyingkap kepadamu mengenai rahasiaku, dan siapa yang menceritakannnya kepadamu?”
“Dialah yang telah mengislamkanku setelah engkau diislamkan olehnya, sebagaimana ia mengenalkan Allah dan menyeru kepada-Nya, maka beliaulah seorang yang memberi syafaat di hari esok pada siapapun yang berselawat serta salam kepadanya”
Demikianlah kisah yang termaktub dalam kitab Maulid Syaraful Anam. Semoga kita dapat meneladani kisah di atas dan dapat dipertemukan dengan sang kekasih, baginda besar Muhammad saw, serta mendapatkan syafa’ah al-udzma` di hari akhir kelak.