Sedang Membaca
Mukjizat Nabi, Pohon Kurma Tak Berdaya
Ahmad Baihaqi
Penulis Kolom

2007-2012 : Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Ahgaff-Yaman. 2015-2017: Pascasarjana Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al Quran Al Karim- Sudan. 2017- Sekarang: Dosen di Institut Keislaman Abdullah Faqih- Gresik. Menulis beberapa buku dalam bahasa Arab, antara lain, Bulughul Marom Fi Idhohi Umdatul Awam (Komentar kitab Haji Karya Syekh Muhammad Nawawi Banten- Bahasa Arab)

Mukjizat Nabi, Pohon Kurma Tak Berdaya

Saat dipindahkan oleh para Sahabat si pohon kurma merasa heran. Begitu tahu bahwa ia digantikan dengan kayu lain yang lebih gagah, ia mulai bersedih. Hingga puncaknya Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam menaiki kayu gagah yang kini di kenal dengan sebutan mimbar, rintihanya mulai terdengar dan lama-lama tangisanya pecah.

Ia tak kuat menahan perpisahan dengan Rasulullah  Shalla Allah ‘alaihi wa sallam. Ia tak berdaya membendung air mata kesedihan saat Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam tak lagi menaikinya lagi. Seperti anak kecil yang terpisah dengan ibunya.

Itu terjadi di hari jumat saat Rasulullah sedang berkhutbah dan para shahabat dengan seksama mendengarkan. Awalnya para shahabat bingung dari mana asal suara tangisan itu. Hingga akhirnya Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam beranjak turun dan menghampiri beberapa bongkah pohon kurma yang masih ditaruh didalam masjid Nabawi, kemudian mengajak bicara dan mengelus-elusnya.

Dari situ Sahabat mengerti bahwa yang menangis tersedu-sedu adalah pohon kurma yang dulunya dijadikan pijakan atau tempat berdiri Rasulullah saat berkhutbah.

Ketika dihampiri Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam si pohon kurma masih tersedu, Rasulullah pun mulai merayu:

“Jika kamu mau, kamu aku kembalikan ke kebun tempatmu, akarmu akan tumbuh, kamu menjadi pohon sempurna, dan kamu tumbuh batang dan buah. Atau Jika kamu bersedia, aku tanam kamu di surga, lalu para kekasih Allah akan memakan buah-buahmu”.

Baca juga:  Bercanda ala Nabi Muhammad Saw

Si pohon menjawab: “Baiklah, Engkau tanam aku disurga agar buah-buahanku dimakan para kekasih Allah”. Akhirnya si pohon terdiam dan tidak menangis.

Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam berkata :

“Demi Allah Yang diriku dalam Kekuasaanya, andai aku tidak menenangkanya, dia terus seperti ini sampai hari kiamat nanti”.

Pengetahuan dan Hikmah

Hadis yang mengisahkan mukjizat ini disampaikan oleh lima belas shahabat, di antaranya adalah: Pelayan Rasulullah Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah Al Anshory, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Sahal bin Sa’d, Abu Sa’id Al Khudry, Ubay bin Ka’b, Buraidah, Ummi Salamah Radyia Allahu ‘anhum. Hadis ini kemudian disampaikan oleh para Sahabat pada ratusan generasi Tabiin sehingga oleh pakar Ilmu Hadis dikategorikan sebagai Hadis Mutawatir .

Kecintaan dan ketundukan tumbuh-tumbuhan pada Rasulullah tidak hanya dikisahkan dalam hadis ini saja. Disebutkan dalam banyak riwayat bahwa Rasulullah beberapa kali menunjukan mukjizatnya dengan memerintahkan pohon-pohon besar untuk mendekat dan kembali ke tempat semula. Salah satunya adalah  riwayat Buraidah dari jalur Ibnu Sahib Al Aslamy:

“Bahwa salah seorang penduduk desa meminta pada Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam bukti kenabianya. Lalu Beliau berkata: “Katakan pada pohon itu, Rasulullah  memanggilmu”.

Si pohon kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri ke depan dan ke belakang, lalu menarik akar-akarnya dan mulai merambat dengan cepat hingga mendekat dan menghadap Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam. Si pohon lantas berkata: Assalamu ‘alaika Ya rasula Allah. Si penduduk desa berkata:

Baca juga:  Sabilus Salikin (25): Islam, Iman, dan Ihsan

“Baik, perintahkan dia agar kembali ke tempatnya”.

Si pohon kembali dan memasukkan akarnya ke bumi”. Ia berkata lagi : “ Izinkan aku bersujud padamu”.

Rasulullah menjawab, “Andai aku memerintah seseorang bersujud pada lainya, akan ku perintahkan perempuan untuk bersujud pada suaminya”. Ia berkata : “ Baik, izinkan aku mencium kedua tangan dan kakimu”. Dan Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam mengizinkan”.

Pohon-pohon tersebut mengajarkan apa arti mahabbah dan apa makna sunnah. Mahabbah atau cinta adalah saat kita terasa sedih bila nanti tidak dekat dengan Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam. Sedang sunnah adalah tunduk, patuh serta mengikuti tindak lampah Rasululllah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam.

Kisah-kisah tersebut menyadarkan kita yang diciptakan Allah dengan sebaik-baiknya bentuk. kita mesti tidak boleh kalah dengan pohon. Baik dalam hal kecintaannya kepada Rasulullah Shalla Allah ‘alaihi wa sallam maupun dalam hal mengikuti perintah dan sunnahnya. Sebab jika tidak, maka kita menjadi makhluk yang tidak lebih baik dari pohon.

Semoga cinta dan kepatuhan kita pada Rasulullah melebihi apa yang dilakukan oleh si pohon kepada baginda Nabi Muhammad Shalla Allah ‘alaihi wa sallam. Semoga bermanfaat.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top