Sedang Membaca
Sabilus Salikin (43): Bab III Macam-macam Tarekat: Tarekat Uwaisiyah
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Sabilus Salikin (43): Bab III Macam-macam Tarekat: Tarekat Uwaisiyah

Bab II Kitab Sabilus Salikin telah berakhir. Sekarang mari kita memulai Bab III

Uwaisiyah merupakan penisbatan tarekat kepada Uwais al-Qarni RA (wafat 36 H) Abu ‘Amir Uwais bin ‘Amir al-Muradi Tsumma al-Qarn. Ia  termasuk  golongan pembesar tabi’in  (Syaikh Ismâil haqqi bin Musthâfa al-Khalwati al-Barsawi, Tamâm al-Faidh fi Bâbi al-Rijâl. Libanon: Dar Kutub al-Ilmiyah, 2010, halaman: 18). Ia bahkan termasuk pembesar tabi’in dan orang yang paling utama pada masanya.

Kedudukan Uwais al-Qarni RA disaksikan sendiri oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَىْهِ وَ سَلَّمَ: إِنِّيْ لَأَجِدُ نَفَسَ الرَّحْمٰنِ مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ

“Aku mencium nafas tuhan yang Maha rahman dari arah tanah Yaman”

Yang dimaksud oleh nabi adalah mencium bau harum kekasih Allah SWT yaitu Uwais al-Qarni RA.

وَ يَكْفِيْ شَرَفاً وَ فَخْراً لِمُشَرَّفِ هَذَا الْمَكَانِ مَا وَرَدَ فِي الْخَبَرِ عَنْ نَبِيِّنَا صَلَّى اللهُ عَلَىْهِ وَ سَلَّمَ: خَلِيْلِيْ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ أُوَيْسِ الْقَرْنِيِّ.

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَىْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: أُوَيْسُ، يَأْتِيْ عَلَىْكُمْ فِيْ أَمْدَادِ الْيَمَنِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ الْأَبَّرَهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ.

Rasulullah SAW menuturkan keistimewaan Uwais dikabarkan Allah SWT kepada Umar dan Ali bahwa: ”Ada seseorang dari umatku yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat sebanyak bulu domba dari jumlah domba yang dimiliki oleh Rabbiah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak), lalu para sahabat bertanya: “Siapa dia wahai Rasulullah SAW?”. Rasul SAW Menjawab: “Ia adalah hamba Allah Swt”. Siapa namanya ya Rasul? “Rasul menjawab: “Ia bernama Uwais al-Qarni RA”.

Baca juga:  Sabilus Salikin (33): Nafsu

Rasul SAW bersabda: “Yang mencegah untuk menemuiku adalah dua hal (1) karena keadaan, dan (2) karena dia menghormati aturan. Sebab dia mengasuh ibunya yang sudah tua, buta matanya, lumpuh kedua tangan dan kakinya. Uwais bekerja sebagai pengembala unta di siang hari dengan upah yang cukup untuk dibelanjakan untuk ibunya, dirinya dan dishadaqahkan kepada tetangganya yang miskin”.

Para sahabat bertanya apakah kita bisa melihatnya atau tidak? Rasul SAW bersabda, “Abu Bakar al-Shiddiq RA tidak bisa menemukannya, yang bisa menemukan dia adalah Umar dan Ali. Dia memiliki ciri-ciri berambut lebat, dan memiliki tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan telapak tangannya tanda putih, tanda putih itu bukan penyakit belang (barosh). Jika kalian menemukan dia sampaikan salamku padanya, lalu mintakan doanya untuk umatku”, (Muslim, Shahih Muslim Hadis, Libanon: Dar al-Fikr, nomor: 2542 jilid 4, juz 7, halaman 188 & Farid al-Din al-Attor,  Tadzkirat al-Auliyâ’, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010, halaman 49).

Setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar al-Shiddiq RA wafat, Umar diangkat menjadi Khalifah. Di sela-sela kesibukan Umar sebagai Khalifah beliau teringat tentang sabda Rasul tentang Uwais. Lalu Umar mengajak Ali bin Abi Thalib untuk mencarinya di kota Najt (Yaman).

Umar mengumpulkan penduduk Najt dan bertanya, “Apakah di antara kalian ada seseorang dari suku Qorn?” Penduduk Najt menjawab, “Ya”. Kemudian salah satu dari penduduk Qorn mendekati Umar, lalu Umar mengabarkan tentang Uwais dan para penduduk tidak mengenalnya.

Baca juga:  Saat Lebaran, Apakah Baca Buku Jadi Agenda?

Dengan nada tinggi Umar berkata, “Nabi Muhammad SAW pemilik syariat ini tidak berkata sembarangan”. Sebagian penduduk berkata, “Wahai pemimpin orang mukmin, Uwais adalah orang yang tidak pantas engkau cari karena dia adalah orang gila lagi gelandangan”.

Umar berkata, “Aku mendatangi kalian hanya untuknya, di mana dia?”  Para penduduk Najt menjawab, “Dia ada di lembah Uranah sedang mengembala unta di rerumputan, dia mengembala unta sampai waktu sore hari kemudian kami memberinya makan sore, dia tidak bergaul dalam keramaian penduduk, tidak berteman dengan siapapun, tidak memakan makanan orang pada umumnya, tidak bergembira seperti suka cita orang pada biasanya. Justru dia menangis tatkala semua orang tertawa, dan dia tertawa tatkala banyak orang-orang menangis”.

Umar berkata, “Bawalah aku menemui dia”. Lalu para penduduk mengantar Umar dan Ali menuju ke tempat Uwais, saat itu Uwais sedang shalat, ketika Uwais merasakan kedatangan Umar dan Ali, dia mempercepat shalatnya, lalu ketika Umar melihat Uwais selesai shalat, Umar langsung mengucapkan salam kepada Uwais. Lalu Uwais menjawab salam Umar dan Ali.

Umar bertanya, “Siapa namamu?” Uwais menjawab: “Abdullah (hamba Allah SWT)”. Umar berkata, kita juga hamba-hamba Allah SWT, siapa nama yang dikhususkan untukmu. Uwais menjawab: “Uwais”. Kemudian Umar berkata: “Tunjukkan tangan kananmu kepadaku”.

Baca juga:  Gus Dur dan Gagasannya tentang Kepesantrenan

Pada saat itu terlihat tanda putih di telapak tangan Uwais seperti yang disebutkan oleh nabi Muhammad SAW. Umar berkata, “Nabi kirim salam kepadamu dan berwasiat kepadamu untuk mendoakan aku”. Uwais berkata, “Engkau lebih utama mendoakan seluruh orang-orang muslim karena engkau adalah orang yang paling utama di muka bumi ini”.

Umar berkata, “Aku juga mendoakan orang mukmin tetapi seyogyanya engkau mengikuti wasiat Nabi untuk berdoa”. Uwais keberatan untuk diminta mendoakan, sehingga Uwais berkata, “Wahai Umar mintalah doa kepada seseorang selain aku”. Umar membujuk Uwais untuk mau berdoa, lalu Umar berkata, “Rasul telah menunjukkan tanda-tandamu kepada kami, dan semua tanda itu ada padamu”.

Uwais berkata, “Ambillah wasiat Nabi itu dariku”, lalu sahabat Umar dan Ali kembali ke Madinah, kemudian Uwais bersujud di tanah sambil berdoa, “Wahai Tuhanku, kekasihmu Nabi Muhammad SAW telah memindahkan keadaan ini kepadaku, kekasihmu berwasiat kepadaku untuk berdoa. Wahai Tuhanku, ampunilah seluruh umat Nabi Muhammad SAW”, (Farid al-Din al-Attor,  Tadzkirat al-Auliyâ’, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010. halaman:  49-50).

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top