Para sarjana Barat, seperti Snouck Hurgronje, R.A Kern, Moquette, Schrieke, Berg, Winstedt, dan Drewes memiliki tesis tentang asal-usul sejarah masuknya Islam ke bumi Nusantara. Para sarjana Barat ini menamainya sebagai teori “asal India”.
Menurut mereka Islam pertama kali masuk ke Nusantara melalui jalur India. Bukti kesejarahan yang mereka ajukan terkait dengan tesis ini adalah ditemukannya batu nisan di Pasai berlafaz Arab yang mereka yakini dari wilayah Cambay, Gujarat, India.
Akan tetapi, yang menjadi soal adalah tesis tersebut tidak mampu memberikan penjelasan yang lebih jelas tentang proses masuknya Islam dari Gujarat tersebut ke wilayah Pasai. Tesis tersebut hanya berhenti pada level bukti fisik batu nisan dan belum mampu menjelaskan siapa sebenarnya aktor-aktor dan jaringan dalam proses masuknya Islam di Pasai tersebut.
Keterbatasan dari tesis para sarjana Barat dalam menjelaskan proses Islamisasi dari India tersebut kemudian dijawab oleh Ahmad Baso dalam bukunya Islamisasi Nusantara (2018).
Baso memberikan penjelasan yang lebih spesifik tentang seperti apa Islam dari India tersebut dan sekaligus menjelaskan para aktor-aktornya.
Dalam bukunya tersebut Baso menjelaskan terkait salah satu wilayah di India yang memiliki posisi penting dalam proses Islamisasi di Nusantara. Kota penting di India tersebut menurutnya adalah kota Mangiri. Penjelasan tersebut dipandu oleh sebuah teks karya sejarawan Arab bernama al-Mas’udi (wafat 957) yang berjudul Murujudz Dzahab.
Al-Mas’udi menjelaskan terkait adanya interaksi secara cukup intensif antara Islam dengan pihak kerajaan di daerah Mangiri yang dipimpin oleh raja Narayana Pala yang berkuasa pada 935-955 Masehi di wilayah tersebut. Menurut al-Mas’udi si raja tersebut menghormati umat Islam sehingga Islam terjaga dan dilindungi. Bahkan umat Islam bebas menjalankan ibadah hingga membangun banyak masjid (Baso, 2018).
Selanjutnya, kota Mangiri tidak sekadar sebagai kota yang sedang tumbuh komunitas Muslim secara cukup intensif. Lebih penting dari itu, Mangiri memiliki posisi strategis dalam jalur perdagangan global saat itu. Mangiri menjadi tempat transit bagi kapal-kapal besar perdagangan dari Teluk Persia yang hendak menuju wilayah Cina.
Posisi penting Mangiri dalam lanskap perdagangan global tersebutlah kemudian berdampak kepada proses persebaran Islam yang kemudian hingga sampai di wilayah Nusantara.
Mangiri sebagai tempat transit perdagangan global tersebutlah kemudian menjadi penghubung jalur perdagangan hingga masuk ke wilayah Samudera Hindia. Dan praktis bersamaan dengan perdagangan tersebut Islam juga masuk di Nusantara.
Setelah jelas tentang seperti apa wujud India dalam proses Islamisasi yang kemudian dijelaskan sebagai kota Mangiri. Point penting lain yang harus diperjelas adalah terkait dengan aktor-aktor yang berperan dalam proses Islamisasi di Mangiri yang kemudian mejadi bagian proses Islamisasi yang masuk ke wilayah Nusantara.
Menurut Ahmad Baso, aktor penting dalam proses perkembangan Islam di Mangiri adalah kelompok sufi atau ulama waliyullah. Salah seorang tokohnya adalah Syaikh Jalal Mujarrad yang berasal dari Yaman. Beliau bersuku Quraisy dan sekaligus menggambarkan bahwa ia berasal dari Arab.
Syaikh Jalal Mujarrad melakukan pengembaraan dari Yaman menuju wilayah India. Kemudian beliau bertemu dengan seorang sufi bernama Syekh Burhanuddin di daerah Tol-takar India.
Penjelasan lain terkait dengan aktor Islamisasi dari Mangiri dijelakan oleh naskah Hikayat Pasai. Dalam naskah tersebut ada cerita tentang seorang raja bernama Muhammad, yang asli keturunan Arab Quraisy. Beliau adalah raja Mangiri yang kemudian meninggalkan jabatannya untuk kemudian menyebarkan Islam di wilayah Nusantara.
Kemudian, kota Mangiri berkembang menjadi tempat tumbuhnya koloni-koloni kaum muslim yang awalnya berasal dari Arab Quraisy dan sebagian dari mereka adalah keturunan Rasulullah Saw. Setelah komunitas muslimnya semakin berkembang, karena Mangiri menjadi titik transit jalur perdagangan global. Kemudian banyak kaum Muslim yang menyebarkan dakwah ke tempat-tempat yang dilewati oleh jalur dagang tersebut.
Di antara tempat tersebut adalah wilayah Samudera Hindia, Selat Malaka, Nusantara. Bukti lain memperkuat bahwa pada masa-masa itu terjadi interaksi perdagangan antara kerajaan Sriwijaya di Nusantara dengan wilayah Mangiri.
Dengan kata lain, selain sebatas interaksi perdagangan, kerajaan Sriwijaya sudah pasti juga memiliki interaksi dengan komunitas muslim di Mangiri.
Akhirnya, penjelasan kesejarahan terkait dengan kota Mangiri di atas memberikan penjelasan yang lebih gamblang tentang teori “asal India” yang awalnya dipopulerkan oleh para sarjana Barat. Kemudian, penjelasan tersebut juga menjelaskan siapa sebetulnya aktor-aktor dibalik proses Islamisasi di wilayah India yang kemudian menyebarkan Islam ke wilayah Nusantara.