Seperti umumnya kiai Pesantren, KH Shodiq Hamzah mempunyai ciri utama welas-asih terutama kepada santri-santrinya. Kiai Shodiq tidak hanya memiliki santri yang mondok di pesantrennya Asshodiqiyah, tapi juga ‘santri-santri kalong’ (tidak mondok di pesantren) yang terdiri dari berbagai kalangan; mulai dari akademisi, birokrasi, pengusaha, militer, kepolisian, hingga rakyat jelata.
Ciri lain yang menyertai ciri utama Kiai Shodiq ialah dermawan dan cekatan. Ciri-ciri itu bisa untuk membaca dan sedikit-banyak menjelaskan banyak buku-buku karangannya, termasuk tafsir Al-Bayan.
Tafsir Al-Bayan—yang tentu ditulis di sela-sela kesibukan Kiai Shodiq yang padat—ini bisa dicerna dan dipahami dengan cepat terutama oleh mereka yang tidak memiliki banyak waktu menekuni kandungan Al-Qur’an, seperti santri-santri kalongnya Kiai Shodiq dan kebanyakan masyarakat kita pada umumnya. Dengan kata lain, Tafsir Al-Bayan ini bisa disebut Tafsir Praktis yang merupakan bagian dari ‘hadiah’ Kiai Shodiq kepada mereka.
Saya ikut berbahagia, bersyukur dan menyampaikan selamat kepada KH. Shodiq Hamzah yang mendapatkan anugerah Doktor. Saya kira sudah selayaknya dan sudah sewajarnya Kiai Shodiq mendapatkan gelar doktor. Mengingat antara lain kiprah beliau dalam tulis-menulis, terutama dalam bidang Tafsir Al-Qur’an dengan terbitnya karya Kiai Shodiq berjudul Al-Bayan. Selamat juga kepada UIN yang telah memberikan gelar doktor kepada tokoh masyarakat dan pesantren.