“Duhai Allah. Sejatinya kami mencintai Nabi-Mu, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sepenuh cinta. Karena itu, perkenankanlah kami bertemu beliau kelak di Hari Kiamat, wahai Tuan yang Maha Penyayang. Sungguh, Engkau Maha Tahu bahwa kami mencintainya karena-Mu semata.” (Mukadimah Syamail Muhammadiyah)
Nabi Muhammad adalah manusia paling mulia yang diciptakan Allah sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Kehidupan dan kepribadian beliau dipenuhi dengan kemuliaan dan keagungan yang tak habis-habisnya dipelajari oleh umat. Tak terhitung sudah berapa ribu kitab yang ditulis oleh para ulama—sejak era Tabi’in hingga sekarang—untuk menjabarkan sejarah hidup, karakter, pribadi dan akhlak mulia Nabi Muhammad Saw. Kesemuanya memiliki satu ikhtiar, yakni sebagai bentuk kecintaan mereka kepada baginda Muhammad.
Dahulu sepeninggal Rasulullah, para Sahabat mengajarkan kisah kehidupan dan kepatriotan Nabi Muhammad kepada putra-putranya sebagai bagian dari ajaran agama. Abu Ja’far Muhammad bin Husein bin Ali berkata “Ayah dan guru kami mengajarkan agama lewat peneladanan kisah-kisah Rasulullah”. Tak ayal para ulama salaf dahulu menjadikan pelajaran sirah Nabi sama pentingnya dengan mendalami al-Qur’an dan hadits. Dalam catatan Al-Buthi dalam Fiqh Sirah, disimpulkan setidaknya terdapat beberapa hikmah di balik pentingnya mempelajari sejarah kehidupan Nabi, yakni: menguatkan keimanan kita pada Rasulullah; mengenal sifat-sifat mulia beliau sehingga bisa menjadikannya sebagai suri teladan utama; memperoleh pengetahuan yang utuh terhadap diturunkannya al-Qur’an dan sunnah; kita bisa ikut merasakan bagaimana perjuangan Nabi dan kasih sayangnya kepada umat, dan mengambil ibrah dakwah sesuai metode Rasulullah.
Para ulama lantas membagi format penulisan terkait biografi Rasulullah menjadi beberapa kategori yakni: (1) Syamail, pembahasan terkait bentuk fisik, karakter, kepribadian, serta adab dan akhlak Nabi Muhammad sehari-hari; (2) Sirah, kajian tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad sejak dilahirkan hingga meninggal, biasanya ditulis secara runut dan komprehensif beserta kisah-kisah seputar perjalanan para Sahabat yang menyertainya. (3) Madaih, berisi untaian syair, shalawat dan pujian kepada Nabi Muhammad; (4) Dalail, kajian tentang bukti kerasulan, mukjizat dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad; (5) Maghazi, adalah kisah kepahlawanan Nabi, peperangan yang diikuti Nabi, serta langkah politik, strategi serta hikmah di baliknya; (6) Khashaish, adalah kajian seputar keistimewaan dan kekhususan yang hanya dimiliki oleh Nabi Muhammad.
Satu di antaranya, yang menjadi pilihan banyak orang dalam mengenalkan pribadi mulia Nabi Muhammad terutama bagi anak-anak adalah Syamail. Format penyusunan Syamail yang sederhana—berupa hadits-hadits seputar bentuk wajah dan postur tubuh Nabi, cara makan dan minum Nabi serta aktivitas keseharian Nabi lainnya—mulai ditulis sejak akhir abad pertama hijriah oleh pata Tabi’in. Barulah Imam Wahab al-Asady (200 H) membukukan catatan hadits Syamail dalam sebuah kitab berjudul Syamail wa Sifatun Nabi. Lalu Imam Ali al-Madani (224 H) menulis kitab berjudul Sifatun Nabi. Kemudian Imam at-Tirmidzi (279 H) juga menulis Syamail Muhammadiyah. Lalu Syekh Al-Ashfihani (370 H) menyusun kitab berjudul Akhlaqun Nabi wa Adabuh. Lantas diikuti para ulama lainnya semisal Syekh Muhammad an-Naisaburi menulis Syaraful Musthafa, Syekh Qadhi Iyad menulis Kitab asy-Syifa, hingga Ibnu Katsir menulis Syamair Rasul dan masih banyak lainnya.
Di antara sekian banyak kitab Syamail, yang paling populer dan diajarkan di berbagai madrasah di penjuru dunia—termasuk pesantren di Indonesia—adalah Syamail Muhammadiyah karya Imam at-Tirmidzi. Kakek Habib Luthfi, Sayyid Muhammad Hasyim bin Thahir al-Hadrami menjadikan pengajaran Syamail Muhammadiyah sebagai kurikulum dasar di madrasah tsanawiyah Hadramaut School Surabaya yang didirikannya. Begitupun Habib Munzir al-Musawa, pendiri Majelis Rasulullah, seringkali menyampaikan dalam majelisnya, ihwal keutamaan membaca Syamail Muhammadiyah sebagai obat kangen dan rindu terhadap Rasulullah. Karena dengan membaca Syamail Muhammadiyah ini, kita seolah berhadapan langsung melihat adab, akhlak dan gerak-gerik Rasulullah sehari-hari. Hingga tak terasa air mata kita pun meleleh saking rindunya dan saking tekunnya mengharap syafaat dari rasul akhir zaman itu.
Penulisnya adalah Imam at-Tirmidzi yang bernama lengkap Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Digelari at-Tirmidzi, karena ia dilahirkan di kota Tirmidz sebuah kota kuno yang berada di wilayah selatan Uzbekistan. Ia termasuk ulama ahli hadits dan fiqih tersohor dan kuat hafalannya. At-Tirmidzi berguru kepada para ulama ahli hadits lainnya seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim dan Imam Abu Dawud. Hari-harinya diisi dengan melacak, meneliti dan mengumpulkan ribuan hadits dari berbagai wilayah Islam, yang dihimpun dalam karyanya Al-Jami’ yang populer dengan sebutan Sunan Tirmidzi. Kitab ini termasuk sebagai bagian dari Kutubus Sittah, enam kitab hadits pokok yang dijadikan referensi otoritatif bagi kaum Muslimin.
Kitab Syamail Muhammadiyah ini berisi kumpulan hadits-hadits kesaksian para Sahabat yang langsung melihat Rasulullah. Imam at-Tirmidzi lalu mengumpulkan banyak sekali riwayat hadits tersebut dan memilihnya dari jalur yang paling unggul sanad dan matannya. Dalam kitab ini terdapat 55 fasal yang disusun secara sistematik oleh at-Tirmidzi, sehingga dengan mengikuti alurnya, seakan pembaca akan berhadapan langsung dengan Rasulullah. Dalam satu fasal pembahasan disajikan minimal lima sampai 13 riwayat hadits lengkap dengan jalur sanad serta asbabul wurudnya jika ada. Lalu di setiap hadits tersebut, at-Tirmidzi menjelaskan makna lafadznya yang kemungkinan masih susah dipahami.
Secara garis besar pembahasan Syamail ini bisa dipetakan kedalam lima bagian yakni; pertama, hal-hal yang berkaitan dengan bagian fisik Rasulullah seperti bagaimana bentuk tubuh, warna kulit, stempel kenabian, rambut, hingga uban Rasulullah. Kedua, seputar barang-barang keperluan dan yang sering dipakai Rasul seperti sisir, celak, inai, baju, cincin, kasut, parfum, piring, tempat tidur, serban, pedang dan baju besinya. Ketiga, perihal gerak badan dan ibadah keseharian seperti cara Rasulullah shalat, puasa, bersisir, berbicara, bercanda, tertawa, berjalan, duduk, minum, makan, tidur, menangis hingga berbekam. Keempat, ihwal makanan dan minuman yang dikonsumsi Rasulullah. Kelima, seputar usia, kewafatan, warisan, hingga mimpi bertemu Rasulullah.
Ada satu hadits yang paling komplit dalam menggambarkan figur Rasulullah yakni dari Hasan bin Ali, ia berkata: “Aku bertanya kepada pamanku Hind bin Abi Halah, di adalah seorang yang pandai menyebutkan ciri-ciri Nabi, aku ingin dia menyebutkannya sedikit untukku yang bisa aku jadikan pelajaran, dia mengatakan: ‘Rasulullah adalah orang yang mulia dan dimuliakan, wajahnya bersinar seperti sinar rembulan di malam bulan purnama, tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, berkepala besar, berambut ikal, jika rambutnya rontok, maka beliau mencukur semuanya. Jika tidak, maka rambutnya tidak akan melewati ujung bawah telinganya jika tergerai.
Rasulullah berkulit terang, berdahi lebar, beralis tebal dan pekat tapi tidak menyatu, di antaranya terlihat urat syaraf merah, berhidung mancung dengan ujung kecil, di atasnya terdapat cahaya. Orang yang tidak memperhatikannya akan menganggapnya mancung agak ke atas. Berjenggot lebat, berpipi lembut, bermulut lebar, bergigi rapi, memiliki bulu dada halus, leher Rasulullah seolah-olah gading yang bening semurni perak. Berpostur tubuh sedang, berbadan tegap dan kekar, antara dada dan perutnya rata, berdada lebar, berpundak lebar, bersendi besar, berbulu sangat jarang, bulunya tersambung dari atas dada hingga pusar seperti sebuah garis. Tidak berbulu di kedua susu, perut dan lainnya, berambut lebat di kedua lengan dan belikat serta di bagian atas dada. Di antara belikatnya ada stempel kenabian. Memiliki persendian antara lengan dan telapak tangan yang panjang, bertelapak tangan lebar dan berkaki besar, jari-jarinya panjang. Bagian tengah dari telapak kakinya selalu kering, kedua kaki beliau halus, kalau disiram air, maka air itu mengalir cepat.
Jika Rasulullah berjalan, beliau berjalan dengan tegap. Mengangkat kaki dengan kuat dan meletakkannya dengan lembut, saat berjalan langkahnya panjang, agak condong kedepan seperti berjalan di jalanan menurun. Jika beliau menoleh, maka seluruh badannya ikut menoleh. Rasulullah selalu menunduk. Pandangan beliau ke tanah bawah lebih lama daripada pandangan ke atas. Seluruh pandangan beliau adalah memperhatikan. Beliau selalu berjalan di belakang para Sahabat dan selalu mendahului dalam memberi salam.” (HR. At-Tirmidzi)
Hadits tersebut masih ada kelanjutannya dan terlalu panjang bila disertakan secara utuh. Tulisan ini diperuntukkan hanya sebagai mukadimah atau pengenalan saja, bahwa dalam Islam ada salah satu cabang ilmunya bernama Syamail yang khusus mengulas karakter dan figur Rasulullah. Salah satu kitab yang populer adalah Syamail Muhammadiyah. Bagi Anda yang penasaran silakan simak informasi lebih detailnya di dalam kitab ini, yang memang disusun spesial oleh Imam at-Tirmidzi sebagai kado cintanya kepada Nabi Muhammad Saw. Wallahu A’lam bis Shawab.