Muhammad Iqbal
Penulis Kolom

Muhammad Iqbal. Sejarawan. Dosen Prodi Sejarah Peradaban Islam IAIN Palangka Raya. Editor Penerbit Marjin Kiri. Menulis dua buku: Tahun-tahun yang Menentukan Wajah Timur (Yogyakarta: EA Books, 2019), dan Menyulut Api di Padang Ilalang: Pidato Politik Sukarno di Amuntai, 27 Januari 1953 (Yogyakarta: Tanda Baca, 2021).

Perempuan Sufi: Ummu Sa’id

Ummu Sa’id adalah salah seorang zahid dari Bashrah. Abu al-Fath al-Qawwas mendedahkan dari Ja’far ibn Muhammad bin Nusayr [al-Khuldi] melalui Ibnu Masruq melalui Muhammad ibnu al-Husayn [al-Burjulani] melalui Ishaq ibnu Manshur as-Saluli, bahwa Ummu Sa’id an-Nakha’iyah menuturkan bahwa ia mendengar Dawud ath-Tha’i mengucapkan:

“Anugrah-Mu [ya Allah] telah mengakhiri kekhawatiranku dan menghalangi antara aku dengan insomniaku. Dan rinduku untuk menatap-Mu telah mengusir syahwatku.”

Umm Sa’id sering menjadi pelayan Dawud ath-Tha’i. Jalan penghambaannya mengikuti jalan ath-Tha’i. Ia biasa menangis tak henti-henti, meneladani perilaku Dawud ath-Tha’i.

Keterangan: Alqamah ibn Qays an-Nakha’i (wafat sebelum 110/728) adalah seorang zahid dari Kufah. Dia termasuk generasi tabi’in, yakni mereka yang menyampaikan hadis-hadis dari para Sahabat Nabi saw.

Dikatakan bahwa dia telah menikah dengan perempuan dari luar klannya sebagai tanda kerendahan hatinya. Ibu ‘Alqamah, yang masyhur dengan julukan Umm ‘Alqamah, meriwayatkan hadis dari istri Rasul, ‘A’isyah, yang disampaikannya kepada anaknya.

Sumber: Abu ‘Abdurrahman as-Sulami, Early Sufi Women (Fons Vitae, Louisville, Kentucky, USA, 1999), dialihbahasakan oleh Rkia F. Cornell, dari kitab Dzikr an-Naswah al-Muta’abbidat ash-Shufiyat.

Baca juga:  Sabilus Salikin (36): Karamah atau Keramat
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top