Basmalah memiliki kandungan makna yang sangat dalam. Bagaikan sebuah lautan yang tak bertepi, bagaikan langit yang tak berujung. Para ulama dari berbagai zaman menggali makna basmalah. Dari waktu ke waktu tak ada yang mampu memprediksi ujung dari penafsiran basmalah.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini kita akan memahami kalimat “Bismillah” dari huruf ba’, lafadz ism, dan lafadz Allah yang ada didalamnya dari segi tata bahasa arab.
Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata singkatan untuk menunjuk suatu rangkaian kata yang panjang. Begitu juga dalam bahasa arab juga terdapat kata singkatan. Dalam hal ini, basmalah adalah kata singkatan untuk menunjukkan kalimat “Bismillah”. Sebagaimana juga lafadz hauqalah adalah kata singkatan untuk menunjukkan kalimat “La Haula wa La Quwwata Illa Billah”.
Bangsa arab dahulu terbiasa memakai doa dengan awalan huruf ba’ untuk suatu hal yang baik. Misal contoh, sebelum datangnya islam mereka terbiasa mengucapkan “Bir Rifa’ wal Banin” kepada pengantin baru. Ucapan ini bermakna semoga mendapatkan kerukunan dan anak laki-laki yang banyak.
Kemudian, datanglah agama islam dengan tetap menghormati kebiasaan mereka sebagai metode dakwah. Islam mengajarkan bangsa arab untuk membaca kalimat “Bismillahi Rahmaanir Rahiim”. Ucapan ini bermakna aku memulai dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Huruf ba’ dalam kalimat “Bismillahi Rahmaanir Rahiim” adalah kata sambung yang bermakna “Ilshaq (bersamaan dengan suatu perbuatan tertentu)”. Hal ini menunjukkan hikmah perintah membaca basmalah setiap memulai pekerjaan adalah agar hidup kita selalu hanya untuk Allah. Bahkan, dalam perbuatan yang terlihat remeh seperti makan pun akan terasa berkah bila dimulai dengan basmalah.
Hal ini sesuai dengan apa yang diajarkan oleh malaikat Jibril kepada Rasulullah.
عن ابن عباس ، قال أول ما نزل جبريل على محمد صلى الله عليه وسلم ، قال له جبريل : قل : بسم الله يا محمد يقول : اقرأ بذكر ربك ، قم واقعد بذكره
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata “Pertama kali ketika al-Qur’an diturunkan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Malaikat Jibril mengatakan “Katakanlah (Muhammad) Bismillah”. Kemudian malaikat Jibril mengatakan “Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu, berdiri dan duduk lah dengan menyebut nama Allah.” (Kitab Tafsir Ibnu Hatim karya Abdurrahman Ibnu Abi Hatim ar-Razi cetakan Darul Kutub al-Ilmiyyah Beirut 2008).
Selain itu, bangsa arab dahulu juga terbiasa menyebut nama sesembahan mereka sebelum memulai sesuatu. Konon, hal ini dapat mendatangkan keberhasilan dan kesuksesan berkat pertolongan sesembahan mereka. Misal contoh, sebelum datangnya islam mereka terbiasa mengucapkan “Bismillaata Bismil ‘Uzza” sebelum memulai peperangan ataupun berdagang. Ucapan ini bermakna aku memulai dengan menyebut nama tuhan Lata dan tuhan ‘Uzza.
Kemudian, datanglah agama islam yang mengajarkan bangsa arab untuk mengesakan Allah. Islam mengajarkan membaca “Bismillahi Rahmaanir Rahiim” sebagai pengganti kebiasaan mereka terdahulu. Hal ini ditunjukkan sebagai penegasan bahwa hanya Allah tuhan yang berhak disembah.
Lafadz “Ism” dalam kalimat “Bismillah” memiliki dua perbedaan makna. Menurut ulama kota Bashrah, lafadz “Ism” tercetak dari akar kata “As-Sumuw” yang bermakna tinggi dan luhur. Karena, pemiliki suatu nama pasti memiliki keluhuran sehingga dia pantas menyandang nama tersebut. Ini adalah pendapat yang paling tepat menurut para ulama ahli tafsir.
Sedangkan menurut ulama kota Kuffah, lafadz “Ism” tercetak dari akar kata “As-Simah” yang bermakna tanda sebuah identitas. Karena, suatu nama adalah tanda yang dapat dikenali oleh orang lain. (Kitab Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir karya Thohir Ibnu ‘Asyur hal.148 cetakan Dar Suhnun Tunisia tahun 1997).
Selanjutnya, lafadz Allah dalam kalimat “Bismillah” adalah asma Allah yang paling agung. Hal ini ditunjukkan dengan tidak diperkenankan bagi seseorang manusia menyebut dirinya dengan nama Allah. Selain itu, dalam bahasa arab lafadz Allah adalah kata tunggal yang tidak memiliki bentuk ganda ataupun jamak. Selain itu, asma yang lain adalah sifat bagi lafadz Allah sebagaimana dalam ayat al-Qur’an:
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna (nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu,” (Qs. Al-A’raf ayat 180)
Menurut Imam Sibawaih dan al-Kisa’I lafadz Allah berasal dari akar kata Ilah atau Wilah yang bermakna mengusai. Menurut pendapat ini, makna lafadz Allah adalah dzat yang menguasai segala kebutuhan makhluk serta tempat bagi makhluk untuk meminta pertolongan.
Menurut sebagian ulama yang lain, lafadz Allah berasal dari akar kata Laahun yang bermakna tinggi. Sebagaimana ucapan bangsa arab “Laahat asy-Syams” yang bermakna matahari telah meninggi. Menurut pendapat ini, makna lafadz Allah adalah dzat yang maha tinggi. Akan tetapi, menurut Imam asy-Syafi’I, al-Ghazali, dan Imam al-Haromain lafadz Allah adalah kata baku yang tidak tercetak dari lafadz apapun (Tafsir al-Qur’an al-A’dzim karya Ibnu Katsir hal.36 vol.1 cetakan Darul Kutub al-Ilmiyyah Beirut tahun 2010).
Walhasil, ajaran basmalah adalah sebuah contoh dakwah yang diperkenalkan islam. Dimana dakwah tidak boleh terpisah jauh dari peradaban di mana dakwah pertama kali dijalankan. Seandainya islam memakai cara dakwah yang jauh dari peradaban bangsa arab tentu akan langsung ditolak secara terang-terangan.