Pendiri Tarekat Kubrâwiyah adalah al-Imâm al-Zâhid al-Qudwah al-Muhaddits al-Syâhid Shâni al-Auliyâ’ Abû al-Jannâbi Ahmad Ibn ‘Umar Ibnu Muhammad Najmu al-Dîn Kubrâ al-Khawarasmi al- Khauwaqiyi yang lahir tahun 540 H. dan wafat pada tahun 618 H. Beliau mempunyai empat julukan, antara lain adalah; Shani’ul Auliyâ’, Abûl Jannabi, al-Kubrâ, dan al-Khawarasmi al-Khawwaqi.
Beliau dijuluki Shani’ul Auliyâ’ karena ada dua pandangan; pertama, secara ma’qul (rasional) dan kedua, secara manqul (irrasional). Secara rasional, karena murid beliau banyak yang menjadi wali dan menjadi orang-orang salih. Sebab yang irrasional, ketika beliau melihat seseorang yang dalam kondisi mabuk (jadzâb) maka orang tersebut akan menjadi seorang wali.
Adapun sebab dijuluki Abû Jannâb karena beliau menjauhi urusan-urusan dunia, zuhud, dan melaksanakan suluk tarekat sufiyah. Sedangkan beliau dijuluki al-Kubrâ sebagaimana pendapat Imâm ibn `Ammat al-Hambali dalam kitabnya Syatrâd al-Dahhat karena ketika beliau masih kecil sudah mampu memahami perkara-perkara yang musykil dan sulit.
Sedangkan beliau dijuluki al-khuwaarasmi al-khaywaqiy adalah beliau dinisbatkan terhadap khuwaarasmi yaitu suatu daerah yang besar di negara persi (pendapat Imâm Yaqut al-Hamami). Pada saat beliau datang kepadanya pada tahun 600 H. beliau pergi belajar ilmu-ilmu syari’at, ilmu Hadis, ilmu fiqih, dan lain-lainnya yang membawanya ke dunia tasawuf, (syadzarât al-Dzahab fi Akhbar min Dzahab, juz 5, halaman: 79).
Beliau hidup pada masa sultan Jalâl al-Dîn bin Khawaarizmi. Beliau masuk menjadi prajurit dan ikut berperang melawan tentara Jengis Khan (Mongol) dan bersama prajuritnya beliau berhasil mengkocar-kacirkan dan menawan pasukan Jengis Khan. Hal ini membuat Jengis Khan marah dan mengirim pasukan yang besar untuk menyerbu tanah Sindi.
Pertemuan pasukan besar tersebut terjadi pada bulan Syawal pada tahun 618 H. Pasukan sultan menjadi gentar karena jumlah pasukan tartar yang sangat besar. Pasukan Jengis Khan berhasil membuat gentar pasukan sultan, dan akhirnya mereka menawan putra sultan Jalâl al-Dîn bin Khawaarizmi, (syadzarât al-Dzahab fi Akhbar min Dzahab, juz 5, halaman: 78).
Beliau mencari ilmu-ilmu agama dan ilmu Hadis di kota Naisabûr, Hamdan Asbihana dan Makkah, kemudian dia pulang ke negaranya setelah mahir ilmu Hadis. Kemudian dia berangkat lagi kedua kalinya untuk mencari ilmu tarekat sufiyah menuju Mesir untuk bertemu dengan syaikh Ismâ’il al-Kusrâ dan Syaikh Syihâb al-Dîn Abû Hafsh ‘Umar bin Abdillâh bin Muhammad al-Taimi al-Suhrawardi pengarang ‘Awârif al-Ma’ârif (539-632 H./1145-1238 M).
Beliau menetap beberapa waktu bersamanya untuk tabarruk (mengambil barokah), kemudian dia juga menemui seorang guru yang bernama Amar ibnu Yasir di daerah Bedlis, kemudian dia juga pergi ke mesir lalu pindah ke kota al-Iskandariyah. Di kota Mesir beliau belajar ilmu tasawuf kepada seorang guru yang bernama Syaikh Rauzabhân. Beliau juga belajar ilmu Hadis kepada seorang guru yang bernama al-hafidz Abi Thahir al-Salafi pada tahun 575 H.
Setelah menetap di sana beliau pergi ke kota Damaskus bertemu dengan seorang guru yang bernama Syaikh Ibnu Ubay Isyruna. Kemudian pergi ke Baghdad dan menetap beberapa saat di sana kemudian pergi lagi ke Bedlis bertemu dengan seorang guru bernama syaikh Amar ibnu Yasir kemudian kembali ke Baghdad tepatnya di daerah Khawaq. Beliau meninggal di sana pada tahun 618 H.
Sebagian riwayat menceritakan sesungguhnya Syaikh Najmuddîn al-Kubrâ pada mulanya adalah seorang mufassir yang bermadzhab Syafi’i bahkan beliau pernah menafsiri Alquran dalam 12 jilid, beliau juga pernah bertemu dengan Imâm Fakhruddin al-Razi dan dia mengakui keunggulan syaikh Imâm Najmuddîn Kubro.
Umam bin al-Hajb berkata: “Syaikh Najmuddîn Kubrâ telah berkeliling ke berbagai negara untuk mendengar dan mempelajari Hadis, beliau menetap di kota Khawaris dan menjadi ulama terkemuka di daerah tersebut. Beliau adalah orang ahli Hadis yang suka mengembara yang memiliki derajat yang tinggi, yang tidak takut terhadap hujatan orang yang menghujat”.
Umam berkata lagi, “Ketika beliau menetap di Khawarasmi terjadi kejadian yang besar yaitu penyerbuan tentara Jengis Khan dari Tartar, Syaikh Najmuddîn al-Kubrâ berkata: Pergilah ke wilayah Kam, karena ada kobaran api dari arah timur yang bergerak ke arah wilayah barat, ini adalah fitnah yang besar yang tidak pernah terjadi di umat seperti kali ini”.
Sebagian pengikut syaikh Najmuddîn berkata: “Seandai Anda berdo’a untuk mencegah kejadian itu.”. Syaikh Najmuddîn menjawab: “Kejadian ini sudah ditentukan oleh Allah SWT. sehingga do’a tidak ada manfaatnya”. Mereka mengajak syaikh Najmuddîn untuk keluar menuju wilayah Kam tetapi beliau menolaknya dan berkata: ”Aku sudah ditakdirkan untuk mati di sini”. Kemudian seluruh pengikutnya keluar dari negara Khawarizm.
Ketika tentara tartar masuk ke negara Khawarizm. syaikh Najmuddîn mengumpulkan santri yang tertinggal untuk melakukan shalat jama’ah, lalu beliau berkata: “Majulah kalian semua ke medan perang”. Setelah itu beliau bergegas masuk ke rumah dan memakai khirqah (baju kebesaran sufi). Akhirnya syaikh Najmuddîn gugur di medan perang sebagai syuhada’, dan dimakamkan di pondok sufinya pada tahun 618 H., (Syadzarât al-Dzahab fi Akhbar min Dzahab, juz 5, halaman: 80).
Beliau berdiskusi dengan beberapa `ulamâ’ tentang ma`rifat kepada Allah SWT. dan mentauhidkan-Nya, akhirnya beliau mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya ilmu ma`rifat adalah satu ilmu yang warid (datang langsung dari Allah SWT.) kepada hati yang tidak bisa menolaknya. Bagaimana jalan atau cara untuk bisa sampai mengetahui ilmu ma`rifat? Yaitu dengan cara meniggalkan dunia untuk menggali dan mendapatkannya. Karena hal ini di luar kemampuan manusia. Setelah itu Imâm Najmuddîn memulai memasuki dunia zuhud atau menyendiri dan berteman dengan Imâm Fakhruddîn al-Razi.
Berikut ini beberapa komentar tentang sosok Imâm Najmuddîn:
- Syaikh ‘Umar bin Ibnu Hâjib: “Syaikh Imâm Najmuddîn pada awalnya berdakwah dengan berkeliling di beberapa negara akhirnya beliau menetap di daerah Khawarizm dan menjadi `ulamâ’ besar serta sangat diagungkan di daerah itu. Beliau seorang pakar Hadis.”
- Ibnu Halalah: “Saya beberapa kali bersama dengan Imâm Najmuddîn pada saat berkhalwah, dan saya menyaksikan kejadian yang aneh serta saya mendengar sebuah percakapan Imâm Najmuddîn yang indah secara sirri.
Guru-guru dan Murid-muridnya
- Guru-guru ilmu agama beliau antara lain:
- Imâm Subkidan Damat Ibrâhîm
- Abû Muhammad al-MubâRAk ibnu Thabakhidi Makkah
- Abû Thâhir al-Salafy
- Abû Diyain Badrin ibnu Abdillâh al-Haddâdidari Iskandariyah
- Abû al-Makarim Ahmad ibnu Muhammaddi Libanon
- Abû Sa’idin Khalili ibnu Badrin al-RAzidi negara Asbihan
- Abû Abdillâh Muhammad ibnu Abi Bakrin al-Kaizaniyyidi negara Asbihan
- Abû Ja’far ibnu Ahmad ibnu Nasri al-Shaydalanidi negara Asbihan
- Mas’ud ibnu Mas’ud al-Hamalidi negara Asbihan
- al-Hafidz Abi al-`Alaidi negara Hamzhan
- Abû al-FaRawidi negara NaisAbûr
- Guru-guru tasawuf beliau yang tidak pernah bertemu langsung, antara lain:
- Abu Yazid al-Busthami
- Sahal ibnu Abdillâh al-Tustari
- Abû al-Qâsimal-Junaidi
- Abû Bakar al-Wasiti
- Samnûn al-Muhibbi
- Abû al-Najib al-SyuhRAwardidan lain-lain.
- Guru-guru tasawuf beliau yang langsung bertemu, antara lain:
- Rauzabhan(seorang guru ilmu tarekat)
- Ibnu al-Ashri(seorang guru ilmu jiwa)
- Amar ibnu Yasir(seorang guru ilmu khalwat)
- Ismâ’il al-Kushra(seorang guru ilmu pakaian sufi)
Guru tarekat beliau yang pertama adalah syaikh Ismâ’il al-Kushra sedangkan guru Tarekat yang terakhir adalah Amar ibnu Yasir. Beliau adalah seorang guru yang paling dekat dan memberikan dampak yang paling besar dalam ilmu tasawuf.
- Murid-murid beliau antara lain:
- Syaifudin al-Ma’ali Sa’id ibnu al-Muthahir al-BakhaRAzidari negara Bukhara
- Majdu al-Dîni Syarif ibnu Mu’ayyad ibnu Abi Abi al-Fatah al-Baghdadi
- Najmuddîn Abdillâh ibnu Muhammad ibnu Syahawar ibnu Abû Syarwanyang terkenal dengan sebutan Najmuddîn yang mengarang tafsir Alquran Bahrul Haqaiq wal Ma’ani fi Tafsiri Sab’il Ma’ani
- Sya’duddin Muhammad ibnu Muayyad ibnu Abdillâh ibnu Ali al-Hamawi al-Sufi al-Juwaini
Karangannya
- al-Ta’wîlati al-Najmiyyati(tafsri Alquran)
- Fawaihu al-Jamâli wa Fawatihu al-Jamali
- Al-ushûl al-AsRAatau yang terkenal dengan Bayân AqRAb al-Turuqi
- Risâlah al-Safînah
- Risâlah al-Khaifu al-Haimu min Laumati al-Lâimi
- Thawâliu al-Tanwîri
- Manâzil al-Sâirin
- Suknatus Shalihîn
- al-Rubâiyatiyaitu kumpulan syi’ir-syi’ir yang berbahasa Persi
Tarekat Najmuddîn dan Cabang-cabangnya
- al-Kubrâwiyah al-Hamdaniyah
- al-Kubrâwiyah al-Nûriyah
- al-Kubrâwiyah al-Rukniyah
- al-Kubrâwiyah al-Dzahâbiyyah al-Ightisyasiyah
- al-Kubrâwiyah al-Nura Najsiyyah
- al-Kubrâwiyah al-Idrusiyah
- al-Kubrâwiyah al-Firdausiyah