Sedang Membaca
Sabilus Salikin (180): Suluk Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
Susi Ivvaty
Penulis Kolom

Founder alif.id. Magister Kajian Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Pernah menjadi wartawan Harian Bernas dan Harian Kompas. Menyukai isu-isu mengenai tradisi, seni, gaya hidup, dan olahraga.

Sabilus Salikin (180): Suluk Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah

Suluk Tempo.co

Istilah suluk (merambah jalan kesufian) terdapat dalam Al-Qur’an Surat an-Nahl; 69.

فَاسْلُوْكِىْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً ) النحل: 69 (

…. dan tempuhlah jalan Tuhan-mu yang telah dimudahkan (bagimu).

Hakikat suluk adalah mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela (madzmumah) dan kemaksiatan lahir batin kemudian mengisinya dengan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dengan melakukan ketaatan lahir dan batin, (Syaikh Muhammad Ibrahim Ibnu Ibad, 1996. halaman: 504).

Menurut Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitabnya Tanwîr al-Qulûb fi Mu’amalati ‘Allamul Ghuyub, halaman: 493-495. Seorang salik ketika suluk atau khalwat  (menyendiri) hendaknya melaksanakan 20 langkah sebagai berikut;

  1. Berniat ikhlas, tidak riya’, dan sum’ah (tidak pamer atau bermegah-megahan) baik secara lahir dan batin.
  2. Meminta ijin doa dari guru mursyid dan tidak boleh memasuki tempat suluk tanpa seizin guru mursyid selama masa pendidikan.
  3. Mengasingkan diri (‘uzlah), mengurangi tidur (membiasakan terjaga), dan membiasakan lapar serta berzikir menjelang suluk.
  4. Memasuki tempat khalwat dengan melangkah kaki kanan, seraya memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari godaan setan serta membaca basmalah dan Surat al-Nâs sebanyak 3 x, kemudian melangkah kaki kiri seraya membaca;

اَللّٰهُمَّ وَلِيِّ فِى الدُّنْيَا وَاْﻵخِرَةِ كُنْ لِيْ كَمَا كُنْتَ لِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْزُقْنِى مَحَبَّتَكَ، اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنِى حُبَّكَ وَاشْغُلْنِيْ بِـجَمَالِكَ، وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ، اَللّٰهُمَّ امْحُ نَفْسِى بِـجَذْبَاتِ ذَاتِكَ يَا مَنْ لاَ أَنِيْسَ لَهُ. رَبِّ لاَتَذَرْنِى فَرْدًا وَاَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ.

Baca juga:  Sabilus Salikin (144): Fana’ dan Baqa’

kemudian berdiri tegak seraya mengucapkan;

إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمٰوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ … ×١١

Setelah itu melaksanakan shalat dua rakaat, dengan membaca Surat al-Fatihah dan ayat kursi di Rakaat pertama dan di rakaat kedua membaca al-Fatihah serta kemudian dilanjutkan dengan membaca;

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ ﴿٢٨٥﴾

Dan sesudah salam, membaca; يَافَتَّاحُ sebanyak 500 x, dan setelah itu barulah berzikir menurut yang diajarkan oleh guru mursyid.

  1. Senantiasa berwudu (selalu suci dari hadats)
  2. Tidak mengharap karamah (kemuliyaan)
  3. Tidak diperkenankan bersandar ke dinding

 

  1. Selalu membayangkan wajah guru mursyid
  2. Senantiasa berpuasa
  3. Diam, kecuali berzikir kepada Allah Swt. tidak berbicara kecuali karena dharurat syar’i

 

  1. Tetap terjaga dan waspada terhadap empat musuh; setan, dunia, hawa nafsu, dan syahwat. Dengan menyampaikan segala sesuatu yang di lihat kepada mursyid
  2. Jauh dari keramaian
  3. Tetap menjaga salat jum’at dan shalat berjama’ah, karena tujuan pokok ber-khalwat adalah mengikuti sunnah Rasul

 

  1. Jika terpaksa keluar, hendaklah menutupi kepala sampai leher dengan menunduk
  2. Tidak boleh tidur, kecuali tertidur dalam keadaan suci dari hadats dan tidak diperkenankan tidur untuk mengistirahatkan badan dari rasa lelah
  3. Menjaga pertengahan antara lapar dan kenyang
Baca juga:  Inilah Bekal Imam Ghazali saat Uzlah dan Menulis Kitab

 

  1. Jangan membukakan pintu kepada orang yang meminta berkah kepadanya, kecuali kepada syaikh (mursyid)
  2. Semua nikmat yang diperoleh salik harus dianggap dari syaikh (mursyid), sedangkan syaikh (mursyid) berasal dari Rasulullâh Muhammad saw.

 

  1. Menghilangkan (menafikan) segala sesuatu yang timbul di dalam hati, baik ataupun buruk, karena hal itu akan memisahkan hati dari atsarnya zikir
  2. Salik senantiasa melanggengkan zikir dengan cara yang telah diperintahkan oleh syaikh (mursyid)

Adab sebelum Zikir

  1. Bertaubat yakni menjauhi segala sesuatu baik berupa ucapan, pekerjaan, dan kehendak yang tidak bermanfaat
  2. Mandi, seperti yang dilakukan Abu Yazid al-Busthami setiap hendak berzikir beliau wudu dan berkumur air mawar
  3. Tenang dan diam sehingga hati hanya disibukkan dengan berzikir Allah-Allah, kemudian lisan menyesuaikan dengan zikir Lâilâha illallah
  4. Memohon bantuan dengan hati ketika berzikir sesuai keinginan syaikh (mursyid)
  5. Meyakini bahwa memohon bantuan dari mursyid pada hakikatnya adalah memohon bantuan dari Nabi Muhammad saw.

Adab dalam Zikir

  1. Duduk ditempat yang suci sebagai mana duduk ketika salat
  2. Meletakkan dua telapak tangan di atas kedua paha
  3. Menggunakan wangi-wangian dalam majlis zikir
  4. Menggunakan pakaian bagus dan halal

 

  1. Memilih tempat yang gelap jika dimungkinkan
  2. Memejamkan mata karena ketika mata terpejam maka semua panca indra menjadi tertutup dan hal itu menjadi sebab terbukanya hati sebagai indra keenam
  3. Membayangkan rupa mursyid diantara kedua mata
  4. Sungguh-sungguh dalam berzikir sehingga menjadi sama bagi salik antara zikir sirri dan zikir jahri

 

  1. Ikhlas yakni membersihkan amal dari segala sesuatu yang mengotori karena dengan berzikir dan ikhlas salik bisa sampai pada derajat shiddiqiyah dengan syarat tidak menyimpan segala sesuatu yang timbul di dalam hati dari mursyid meskipun tercela
  2. Tidak memilih shighat zikir sendiri
  3. Merenungkan makna zikir dengan hatinya
  4. Menafikan segala sesuatu yang timbul didalam hati selain Allah
Baca juga:  Sabilus Salikin (157): Maqam Salik dalam Tarekat Aidrusiyah

Adab sesudah Zikir

  1. Tenang, yakni ketika salik diam, khusyu’, dan hatinya hadir (muraqabah kepada Allah), maka apabila hendak berzikir salik dengan mudah dapat mewujudkan atsar zikir yang dihasilkan di dalam hatinya

 

  1. Mengikat dengan kuat jiwanya secara terus-menerus karena itu lebih mempercepat dalam memberikan penerangan mata hati, menghilangkan hijab, dan dapat mencegah nafsu dan setan.

 

  1. Mencegah minum air setelah berzikir karena zikir itu menimbulkan rasa rindu kepada Allah yang menjadi tujuan utama berzikir. Sedangkan minum bisa menghilangkan rasa rindu tersebut (Bahjah as-Saniyah, halaman: 75-77).
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
2
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top