“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin.”
—Alm. Gus Dur
Zaman sekarang ada Donald Trump, presiden Amerika, yang menurut saya sangat setia dalam upayanya menyejahterakan umat yang dipimpinnya. Hanya yang disejahterakan oleh Donald Trump adalah korporasi Amerika-nya. Bukan rakyat kebanyakan. Inilah kapitalisme modern, yang sangat berhasil di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Padahal Adam Smith, penulis Wealth of Nations, buku yang selalu dibawa oleh Margareth Thatcher ke mana-mana sudah memikirkan hal ini. Adam Smith ini sangat menarik. Kalimat awal dalam bukunya yang berjudul The Theory of Moral Sentiments:
How selfish soever man may be supposed, there are evidently some principles in his nature, which interest him in the fortune of others, and render their happiness necessary to him, though he derives nothing from it except the pleasure of seeing it.
Itu sangat keren. Pada dasarnya manusia itu baik.
Tagline “invisible hand” dari Adam Smith tidak semua berarti semua diserahkan ke pasar, atau kapitalisme. Adam Smith sendiri sangat simpati dalam pembatasan bunga pinjaman. Beberapa teori ekonomi modern mendukung hal ini. Riba yang dilarang oleh Islam adalah penggunaan suku bunga yang berlebihan.
Kapitalisme Amerika di bawah Donald Trump sudah pernah dikuatirkan oleh Adam Smith. Menurutnya, kapitalisme itu cenderung mengeksploitasi rakyat kebanyakan, entah dari kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir korporasi atau dari penetapan harga, misalnya bea impor. Menurut Adam Smith, tingkat keuntungan dari usaha-usaha korporasi yang sangat tinggi pada satu negara akan membawa negara itu lebih cepat hancur.
Ekonom Amerika mungkin segera belajar hal ini. Di Indonesia, hal ini juga penting dilakukan. Senapas dengan nasihat Gus Dur tentang kepemimpinan bangsa di atas, jangan sampai pemimpin daerah baru ataupun politisi baru yang akan masuk Senayan tahun depan membuat kebijakan yang membawa bangsa ini menuju kehancuran.