(L. 10 Juni 1913)
KH. Saifuddin Birhasani merupakan salah satu putera terbaik Kalimantan Selatan, lahir di Alabio pada tanggal 10 Juni 1913. Purnawirawan TNI Angkatan Darat berpangkat Letnan Kolonel ini pernah menjadi Anggota DPRD Propinsi Kalimantan Selatan. Nama Saifuddin Birhasani bergaung luas di bumi Lambung Mangkurat, bukan lantaran ia seorang overste (perwira menengah), melainkan karena ketokohannya sebagai ulama yang berpikiran maju.
Latar belakang pendidikannya biasa-biasa saja. Saifuddin Birhasani pertama kali belajar di Standard School Muhammadiyah Alabio, kemudian meneruskan ke Kweek School Muhammadiyah di Yogyakarta. Pulang ke kampung halamannya masuk ke Muallimin Muhammadiyah dan Pesantren di Alabio. Untuk memperdalam dasar pengetahuan agamanya saifuddin Birhasani melanjutkan ke Al-Islah Al-Irsyad Surabaya. Selama di Surabaya dia sempat mengikuti Kursus Politik. Beberapa tahun kemudian ia pulang ke Banjarmasin dan masuk militer. Saifuddin Birhasani mengikuti Latihan Militer di Banjarmasin hingga ke Cimahi Jakarta.
Perjalanan hidup Saifuddin Birhasani sarat dengan perjuangan, di zaman penjajahan Hindia Belanda ia aktif di kepanduan. Ketika masih tinggal di Alabio ia pernah menjadi Anggota troepleider Kepanduan Hizbul Wathan bahkan ia juga aktif sebagai Anggota Pengurus Majelis Tabligh Muhammadiyah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Ketika ia bersekolah di Yogyakarta dan Surabaya, masih sempat aktif sebagai Anggota Pengurus Anak Borneo di Surabaya. Di zaman penjajahan Jepang ia aktif dalam Borneo Kaikyo Kyokai, sebagai karyawan Asao Kaogyo Kabushiki Kaisya dan sempat menggeluti Kursus Bahasa Jepang. Bersama dengan rekan-rekannya ia aktif pula dalam Seinendan Hokokudan. Pada zaman revolusi fisik saifuddin Birhasani bergabung dalam Kesatuan Kelaskaran PBM (Pasukan Berani Mati) BPRIK di Alabio pada tahun 1945 hingga 1946. Kemudian pada tahun 1946 sampai tahun 1949 bersama teman seperjuangannya ikut bergabung ke dalam Kesatuan Kelaskaran ALRI Divisi IV Kalimantan Selatan.
Sesudah perang kemerdekaan, Saifuddin Birhasani memegang beberapa jabatan strategis di kemiliteran. Dia dipercaya memegang jabatan Kepala CPRAD Teritorial VI TDPR pada tahun 1953 hingga 1957, pernah pula menjadi Ka. Rohis Dam X Lambung Mangkurat tahun 1958 hingga 1967 dan Ka. Rohis KOANDA Kalimantan tahun 1967 sampai 1970. Bahkan ia pernah menjadi Staf Pribadi Pangkowilhan III Kalimantan (1971-1972).
Saifuddin Birhasani juga eksis kegiatan politik, ia tercatat sebagai Wakil Ketua Sekber Golkar Dati I Kalimantan Selatan pada Tahun 1964 hingga 1967, Asekbid Arwak DPD Golkar Dati I Kalimantan tahun 1976-1978, Ketua Majelis Dakwah Islamiyah Keluarga Besar Golkar Kalimantan Selatan tahun 1980-1983 dan Anggota Dewan Pertimbangan Golkar Dati I Kalimantan Selatan 1980-1983. Wakil Ketua MKGR Dati I Kalimantan Selatan 1980-1983 dan Anggota Dewan Penasehat PEPABRI Tingkat I Kalimantan Selatan 1980-1983. Di bidang pendidikan, namanya termasuk salah seorang pendiri dan Anggota Dewan Kurator Universitas Lambung Mangkurat 1979-1983 juga sebagai Anggota Kurator Universitas Ahmad Yani Banjarmasin 1983.
Saifuddin Birhasani tak mau waktunya hilang percuma, sebelum wafat ia masih aktif dalam kegiatan dakwah, beliau dipercaya menjadi Ketua II MUI (1982 dan 1983) karena meninggal dunia. Saifuddin Birhasani meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 1983 di Jakarta disaat daerah masih membutuhkan tenaga dan pikirannya.
Urang Alabio ini meninggalkan isteri Hj. Siti Fatimah dan tujuh orang anak yaitu H. M. Yusran Saifuddin, SH., (mantan Ketua Pengadilan Tinggi Kalimantan Selatan yang wafat dalam peristiwa jatuhnya pesawat haji di Kolombo), Prof. dr. H. Abdul Basri Saifuddin, MPH., Abdul Hadi Saifuddin, Dra. Hj. St. Zuraida Saifuddin, MM., Dr. A. Fedyani Saifuddin, MA., Rosita Saifuddin, SH (kini Dekan Fakultas Hukum Unlam) dan Drs. Makmum Saifuddin.
Beliau telah menerima penghargaan dari pemerintah Republik Indon0065sia berupa Penghargaan Veteran Golongan A tahun 1962, Satya Wiradharma tahun 1967 dan Satya Lencana Penegak tahun 1970.
Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.