Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim pada Jum’at (22/10) mengadakan acara resepsi Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2021 di Auditorium KH Hasyim Asy’ari Gedung PWNU Jatim DAN via zoom serta live di beberapa kanal Youtube pada pukul 19.00 WIB.
KH Abd Adzim Khalili sebagai salah seorang Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim bertindak memberikan iftitah dengan bertawasul kepada para ulama pendiri NU.
Selain para Masyayikh PWNU Jatim, Dr KH Ahmad Fahrur Rozi selaku ketua panitia dalam sambutannya menyampaikan hadir dalam kesempatan ini Emil Elestianto Dardak selaku Wakil Gubenur Jatim yang hadir memaki sarung, Pangdam yang diwakili staf ahli, Kapolda Jatim yang diwakili Polrestabes Surabaya. Dengan bangga Dr. Fahrur Rozi menyampaikan hadir pula dalam kesempatan ini dzurriyah muassis NU Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid, putri tertua KH Wahab Hasbullah hadir bersama DR. KH. M. Hasib Wahab dan Nyai Hisbiyah.
Sementara itu dari Tebu Ireng hadir KH Abdul Hakim Mahfudz yang akrap dipanggil Gus Kikin bersama Irfan Yusuf Hasyim dan masyih banyak masyayih yang lain.
“Peringatan HSN tahun ini lebih seru dari tahun sebelumnya, tahun ini jumlah kegiatan ada 37. Sehingga tidak bisa selesai dalam satu bulan, dimulai satu Oktober dan berakhir pada bulan November. Salah satu kegiatannya adalah pemberdayaan peternak dengan membangun 1000 rumah ternak. Ini Berupa modal usaha dari Lazisnu Jatim, dengan harapan ekonomi masyarakat di desa-desa,” Ujar Dr KH Ahmad Fahrur Rozi yang juga selaku wakil ketua PWNU Jatim
Dalam sambutannya, KH Marzuki Mustamar selaku Ketua Tanfidziah PWNU Jatim menyampaikan bahwa NU seperti yang dikatakan KH Hasyim Asy’Ari adalah organisasi yang barokah. Kiai Marzuki lantas mengajak warga nahdliyin untuk terus berkhidmad untuk NU.
“Meskipun harus mengeluarkan keringat, tenaga, fikiran bahkan dana. Berkah yang diberikan oleh Allah SWT lewat berkah itu jauh lebih besar dari apa yang kita keluarkan,” Ujar Pengasuh Pondok Pesantren Sabilulrrosyad Malang itu.
Melanjutkan sambutannya, Kiai Marzuki menghimbau untuk berhati-hati dalam memilih pondok karena sekarang banyak pondok yang ada di Indonesia tetapi di kontrol dan didanai jaringan Timur Tengah. Kiai Marzuki khawatir mereka menjadi orang Islam yang kehilangan Keindonesiaan. Bahasanya Bung Karno ‘ Mereka kalab, mabok dengan agamanya sampai lupa membela bangsa dan negaranya’.
Dalam poin terakhir sambutannya Kiai Marzuki mengajak untuk bersama-sama elemen apapun bersatu-pada menjaga NKRI. Menurut Kiai Marzuki, negeri ini merdeka tidak satu golongan, tetapi semua berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu ia mengajak untuk bersama-sama menjaga Indonesia. Sebagai penutup, Kiai Marzuki menginformasikan bahwa Wakil Gubenur Jatim Emil Elestianto Dardak menyumbang Rp. 50.000.000, Yayasan Pendidikan Ma’arif (YPM) Ngelom Sepanjang Sidoarjo menyumbang Rp. 100.000.000, Kapolda Jatim 100.000.000, Bendahara PWNU Jatim 100.000.000 dan Kiai Marzuki sendiri juga menyumbang 100.000.000 untuk PWNU Jatim.
Emil Elestianto Dardak menyampaikan permohonan maaf karena Ibu Gubenur tidak bisa hadir karena bersamaan dengan kegiatan resmi Pemprov Jatim. Emil menuturkan bahwa pada prinsipnya sangat antusias dengan momen HSN ini untuk bisa terus bersinergi.
Melanjutkan sambutannya Emil menuturkan HSN menjadi momen bahwa kiprah dari santri dulu mempertahankan kemerdekaan dengan Resolusi Jihad. Maka kiprahnya santri sekarang adalah dalam pembangunan di segala bidang.
Bertindah sebagai Mauidhoh Hasanah KH Agoes Ali Mashuri, beliau menyampaikan ketika membicarakan tentang hari santri tentu tidak bisa lepas dari sosok sentralnya. Yaitu KH Hasyim Asy’ari, ketika beliau mendirikan NU senantiasa berangkat dari munajat dan mujahadah, istilah sekarangnya mempunyai kecerdasan spiritual. Akhir-akhir ini, segi ini mengalami penurunan karena mulai tergerus oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang pada akhirnya semua diikur dengan akal.
“Padahal seluruh para pakar di dunia mengatakan bahwa akal tidak bisa berjalan sendiri untuk menyelesaikan masalah,” Ujar Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Sholawat Tulangan Sidoarjo itu.
Melanjutkan penjelasan, Kiai Ali menuturkan bahwa ia sering menyampaikan santri boleh kalah rupa tapi harus menang doa, santri boleh kalah ‘duwit’ uang tapi harus menang wirid, santri boleh kalah pangkat tetapi harus menang tirakat.