Sedang Membaca
Khalifah Bumi ala Santri Milenial
Ahmad Hakim Jayli
Penulis Kolom

CEO TV9 Nusantara, Televisi Kaum Santri. Penikmat sastra, Pegiat media Nahdlatul Ulama dan Pesantren.

Khalifah Bumi ala Santri Milenial

Jelang dan awal tahun 2020 ini, saya berbahagia menjumpai fenomena gairah generasi santri milenial. Mereka tidak biasa. Bagaimana tidak, tiba-tibap aktivis Pelajar Puteri NU berbinar mata menceritakan segala hal tentang kampanye gerakan zero waste style atau gaya hidup tanpa limbah!

Mereka menyerukan lebih 500 delegasi resmi Konferensi Wilayah IPPNU Jawa Timur yang dihelat di Tuban, akhir tahun lalu, agar membawa tumbler demi men-zero-kan penggunaan botol plastik sekali pakai. Panitia hanya menyediakan air minum isi ulangnya saja.

Tak hanya saat itu. Gaya hidup ‘baru’ ini sudah dihelat para rekanita IPPNU di Kabupaten Blitar dalam setengah tahun belakangan, hingga di level kepengurusan di desa.

Di akhir, mereka bikin rekomendasi konferensi yang keren: seruan agar generasi milenial mengurangi sampah plastik.

Peristiwa kedua, ketika menghadiri diskusi milenial mahasiswa dan pelajar santri yang tergabung dalam Komunitas Gusdurian Bojonegoro. Mereka mendeklarasikan kampanye serupa dalam rangkaian peringatan Haul kesepulah atau satu dekade wafatnya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Malah mereka menggandeng Dinas Lingkungan Hidup setempat yang dalam beberapa waktu sudah gencar menggelar kampanye meninggalkan kebiasaan menggunakan sedotan, gelas, dan botol plastik sekali pakai.

Tentu ini serasa oase di tengah para elit dan orang tua yang kelakuannya status quo. Melihat pandangan dan kegiatan santri milenial rasannya tenang menghadapi bonus demografi nanti, bahkan telah dimulai 2010 ini. Syubbanul Yaum, Rijalul Ghad. Generasi santri milenial hari ini, pemimpin masa depan. Begitu para kiai dhawuh.

Generasi Milenial atau generasi muda adalah kunci kelangsungan dan peradaban sebuah bangsa. Ketika Bonus Demografi dialami sebuah negara, maka penduduk usia produktif atau penduduk muda akan menjadi engine of growth (mesin pendorong) bagi kemajuan negara tersebut. Hal ini sudah dinikmati negara-negara maju di Eropa. Mereka menikmatinya dalam waktu bervariasi antara tahun 1950-2000. China mulai menikmatinya sejak tahun 1990 dan akan berlangsung hingga 2015. Sama dengan Indonesia, India telah mendapatkan bonus demografi sejak 2010. Dan negara-negara Afrika, adalah yang berikutnya.

Baca juga:  Gus Dur dan Kisah di Balik Makam Trowulan

Fokus saya di engine of growth. Apakah santri milenial sebagai salah satu pemasok rijalul ghad, pemimpin masa depan Indonesia, benar-benar disiapkan sebagai mesin pendorong perubahan atau sekadar bahan baku, atau malah menjadi beban pergerakan? Mampukah mereka bersaing sebagai model, trend setter, pelaku sukses? Dalam konteks gramatika bahasa, menjadi Fa’il atau Maf’ul? Subyek ataulah Obyek? Meminjam lontaran ide saya dalam sebuah diskusi media sosial bersama Gus Baha’ (sebelum seterkenal seperti sekarang) dan Gus Ghofur Maimoen di Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang dua tahun lalu.

Begitu pentingnya peran generasi milenial, maka segala tindak-tanduk mereka menjadi sangat layak diikuti dan diberi porsi perhatian lebih. Butuh atensi, rekognisi bahkan afirmasi kalangan para Generasi X untuk memastikan mereka menemukan momentumnya. Cara pandang santr milenial tentang kelestarian lingkungan, akan menentukan kualitas kepemimpinan mereka di masa yang datang. Kampanye dan gaya hidup ramah lingkungan dari para milenial santri di Tuban dan Bojonegoro tadi tentu sesuatu banget. Mereka telah membiasakan diri untuk lebih baik memakai tumbler, mengisi ulang air minum, dari pada membeli air dalam kemasan plastik yang ujung-ujungnya merakit gunungan sampah plastik.

Mereka sudah paham benar bagaimana menjaga NKRI dengan gerakan Zero Waste, Nol Sampah, Nihil Limbah. Menurut Work Atlas, Indonesia menjadi negara ke-4 pengguna botol plastik terbanyak di dunia. Penggunaan botol plastik AMDK (Air Minum dalam Kemasan) di Indonesia mencapai 4,82 miliar. Bahkan, salah satu riset yang dilakukan oleh Profesor Jambeck dari Universitas Georgia, USA, Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, setelah China.

Baca juga:  Pesantren: Pendidikan dan Relevansinya terhadap Zaman

Sebagai generasi ‘Islam Moderat’ masa depan, kampanye gaya hidup ramah lingkungan tadi layak jadi snow ball, yang menggelinding dengan cara dan dunia mereka di kalangan milenial santri bahkan milenial Indonesia lainnya. Meraka harus diafirmasi untuk mampu bersanding dengan jajaran milenial calon pemimpin level dunia yang bervisi keren menyelamatkan dunia melalui lingkungan, menjadi khalifatullah fil ardli, khalifah Allah di muka bumi yang sesungguhnya. Tidak melulu berteriak soal NKRI Harga Mati.

Surabaya, 14 Januari 2020

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top