Sedang Membaca
Menyambangi Pesantren Tua Balekambang
Badiul Hadi
Penulis Kolom

Pemerhati budaya. Pernah sepuluh tahun berkhikmad di Lakpesdam Nahdlatul Ulama Jepara. Asal Grobogan Jawa Tengah

Menyambangi Pesantren Tua Balekambang

Menjelang magrib di Pesantren Balekambang Jepara. Saya merasakan suatu getaran yang menentramkan saat memasuki gerbangnya. Hampir selalu begitu setiap kali berkunjung ke pesantren. Muncul suatu rasa nyaman yang nyandu. Saya pun berjalan pelan sambil melihat sekeliling, lantas menghentikan langkah sewaktu melihat pemandangan menarik di halaman.

Para santri mengantri makanan, tak seberapa panjang antreannya, karena sebagian besar telah membawa piring masing-masing dan duduk-duduk di halaman. Mereka makan bersama sebelum salat magrib berjamaah. Saya hanya melihat sebagian dari 3.000 santri yang menetap di pondok pesantren Balekambang. Bayangkan saja kalau 3.000 santri mengantre makan, seperti ular naga panjangnya….

Ketika saya berkunjung pada akhir tahun 2017, masih ada tiga rumah warga yang berada di dalam area pesantren, tepatnya di tengah-tengah asrama santri yang lokasinya tidak jauh dari kediaman pengasuh. Meski demikian, para santri tidak terganggu  dengan keberadaan rumah warga di tengah komplek pondok, begitu pula sebaliknya.

Lokasi sekolah formal MI, MTs, SMP, dan SMK tidak mengelompok di satu komplek. Sebagian Gedung berada di luar lokasi asrama, sehingga kita akan menjumpai mobil pengangkut santri yang hilir-mudik dari asrama ke sekolah, jika berkunjung ke Balekambang. Seru juga.

Tradisi klasik

Walaupun sudah modern, tradisi pesantren klasik masih dipertahankan oleh pengasuh saat ini. Kita akan menjumpai satu pemandangan yang mungkin terasa aneh bagi yang tidak terbiasa melihat. Saat kiai atau keluarga kiai lewat, semua santri akan berhenti dan terdiam seperti patung. Hal itu mereka lakukan sebagai bentuk ketawadhu’an dan kepatuhan pada kiai.

Jangan salah artikan ketawadhuan itu sebagai laku feodal. Dalam hal keilmuan, pemikiran, dan keterampilan, para santri dibebaskan untuk mencecapnya seleluasa mungkin, selain menghafal Alquran (bagi yang memilih menekuninya) dan menghafal nadhom-nadhom ilmu alat (gramar bahasa Arab) seperti nadhom Imriti dan Alfiyah Ibnu Malik.

Pada tahun 2017, misalnya, santri Balekambang bekerjasama dengan tim mobil listrik pandawa Universitas Negeri Semarang berhasil menjuarai kompetisi internasional “Energy Challenge Okinawa” yang di selenggarakan pada tanggal 28-30 Desember 2016 di Tomigusuku, Okinawa Jepang. Mereka membuat mobil  berbahan bakar listrik.

Baca juga:  Obituari: Menimba Spirit KH. Tolchah Hasan

Pada Bulan Desember 2017, pesantren Balekambang menjadi tuan rumah perhelatan akbar Musabaqah Qiroatil Kutub (MQK) tingkat Nasional ke-VI. MQK diikuti 35 kafilah dari 34 provinsi di Indonesia ditambah kafilah Ponpes Balekambang. Ada 28 majelis. Terdiri dari 25 majelis untuk membaca dan memahami kitab kuning serta tiga majelis lainnya berisi debat bahasa Arab dan bahasa Inggris serta ekshibisi. Kafilah pesantren Balekambang sebagai juara Favorit.

Jepara kota tua

Jepara merupakan salah satu kota tua di Jawa Tengah, terletak di wilayah utara pesisir jawa. Memiliki keragaman budaya dan sejarah yang tak pernah lekang oleh waktu. Jepara juga dikenal sebagai kota ukir, dimana kreatifitas masyarakatnya dikenal oleh dunia. Selain ukir, ada kerajinan tenun ikat yang juga mendunia.

Jepara juga dikenal masyarakatnya yang religius, hal ini dipengaruhi oleh keberadaan pelabuhan internasional pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di samudera Pasai, Malaka dan Aceh. Letak pelabuhan jepara sangat menguntungkan bagi kapal-kapal dagang yang lebih besar, yang belayar lewat pantai utara Jawa menuju Maluku dan kembali ke barat.

Religiusitas masyarakat Jepara bisa dilihat dengan berkembang pesatnya Islam ditandai dengan banyaknya lembaga pendidikan seperti pesantren dan madrasah. Keislaman masyarakat Jepara dipengaruhi oleh kerajaan Islam Demak.

Belekambang sendiri merupakan nama pedukuhan yang masuk wilayah administrasi Desa Gemiring Lor, Kecamatan Nalumsari, Kebupaten Jepara.  Letaknya berada di sebalah Barat Daya pegunungan Muria. Berdasarkan hikayat masyarakat, Balekambang berasal dari kata bale dan kambang yang artinya tempat tidur yang terapung. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai alasan penamaan itu. Menurut cerita, Balekambang dulu dikenal sebagai daerah bandit atau bajingan.

Baca juga:  Aksara Pegon dan Hanacaraka: Dominasi atau Saling Berbagi?

Sejarah Pesantren Balekambang

Sejarah berdirinya Pesantren Balekambang merupakan hasil sentuhan kealiman KH. Hasbullah pada tahun 1884 dengan nama Pesantren Roudlotul Mubtadiin. Nama Roudlatul Mubtadiin diberikan oleh KH. Hasbullah. Meski demikian masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Pesantren Balekambang.

Hasbullah adalah putra Mbah Tasmin yang berasal dari kerajaan Mataram dan memiliki trah keturunan dari kesultanan Demak. Setelah Hasbullah wafat, estafet kepemimpinan pesantren Balekambang diteruskan oleh putranya, KH. Abdullah Hadziq, yang meninggal pada tahun 1985. Selanjutnya, putra Hadziq, yakni KH. Ma’mun Abdullah, meneruskannya.

Masa kepemimpinan KH. Hasbullah sampai dengan KH. Abdullah Handziq adalah periode ketika metode pendidikan klasik dengan materi ilmu keagamaan dan pengajian kitab sorogan (mengaji dengan bertatap muka langsung perseorangan dengan kiai) menjadi metode pembelajaran utama di pesantren Balekambang. Pengaruh Pesantren Balekambang meluas, sampai di luar Jepara.  Setelah itu, pesantren Balekambang pun mulai mengembangkan sistem pendidikan madrasah.

Di bawah asuhan KH. Ma’mun, Pesantren Balekambang mengalami perkembangan pesat. dengan mulai mengadopsi sistem pendidikan modern. Tahun 2003 Pesantren Balekambang membuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Elektronika. Tahun 2004 dikembangkan program keahlian di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK berasrama) dengan progam keahlian elektronika (audio video), tata busana, mekanik otomotif, ICT.

Dua jurusan dibuka lagi pada 2007, yaitu Mekanik dan Tata Busana.  Pada tahun 2010 Pesantren Balekambang membuka SMK jurusan Teknik komputer dan jaringan serta pada tahun 2013, SMK membuka jurusan Animasi dan Tata Busana. Tidak ada hambatan berarti bagi pesantren ini untuk memadukan pengajaran klasik keagamaan dengan kitab dan pengajaran modern dengan bidang ilmu umum. Semuanya berjalan mulus.

Pesantren Belekambang  juga megembangkan madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah salafiyah, program tahfidz (hafalan) Alquran, dan ma’had aly (tingkat tertinggi pengajaran ilmu agama). Pada tahun 2013 pesantren Balekambang juga mengembangkan Akademi Komunitas Balekambang (AKB).

Baca juga:  "Pesantren" Perbandingan Mazhab di Gorgon Iran

AKB menjadi akademi komunitas pertama yang berlokasi di pondok pesantren sekaligus akademi perdana di Indonesia yang mendapatkan izin operasional dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. AKB diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nu pada 2014.

Sejalan dengan dibukanya SMK dan AKB, banyak kelebihan yang ditawarkan oleh pesantren balekambang, salah satunya adalah merakit laptop/notebook. Inilah program unggulan di pesantren balekambang.

Sebagai pesantren tua yang mengalami metamorfosa, pesantren Balekambangan berubah menjadi lembaga yang cukup mendapat perhatian dari masyarakat baik masyarakat sekitar Jepara maupun masyarakat di luar Jepara. Pengaruhnya pun semakin luas, santrinya datang dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan ada yang dari luar negeri.

Sekitar 3.000  santri  diasuh oleh 52 asatidz/asatidzah. Sebagai lembaga pendidikan agama, misi utama Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadi’in ini sudah tentu adalah sebagai lembaga tafaqquh fiddin yaitu mencetak ahli agama dalam hal penguatan teoritis dan pengamalanya.

Pada tahun 2017, Ma’had Aly Pesantren Balekambang mendapat Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia No 3844 tahun 2017 tentang izin pendirian ma’had aly pada pondok pesantren.

Masyarakat Jepara meyakini bahwa pesantren Balekambang merupakan pesantren induk di Jepara. Mereka juga mempercayai bahwa warga yang ingin menimba ilmu di luar Jepara harus lebih dulu “mencicipi” pesantren Balekambang meski hanya sebentar agar mendapatkan bekal ilmu kebatinan.

Oh ya, satu lagi. Semua peserta didik atau santri wajib tinggal di asrama atau mondok. Pesantren Balekambang tidak mengenal santri “kalong” atau santri kampung yang ikut mengaji tapi tidak tinggal di asrama. Kebijakan ini semata-mata untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar santri.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
2
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top