Sedang Membaca
Inspirasi Dakwah Milenial Mba Ienas (3)
Ienas Tsuroiya
Penulis Kolom

Admin Ngaji Ihya, suka masak, dan Traveler

Inspirasi Dakwah Milenial Mba Ienas (3)

Sesi kuliah di kelas internasional MHRD di Fisipol UGM berakhir sekitar pukul 16.00. Saya langsung beberes peralatan, foto-foto sebentar, kemudian kami langsung berangkat ke Wonosobo. Beberapa teman Gusdurian Yogya yang ikut gabung di sesi kuliah itu sedikit kecewa, karena mereka berharap ada sesi ngopi dan ngobrol santai bersama Mas Ulil. Sayangnya waktunya ngga memungkinkan.

Begitu keluar dari kampus UGM, kami langsung disambut kemacetan yang lumayan parah. Mas Ulil yang semula pengen mampir ngopi di cafe atau warkop akhirnya memutuskan menunda. Mobil yang dikendarai mas Faisal, kader PMII yang menjadi aspri Mas Arif, melaju kencang membelah kemacetan Yogya, menuju luar kota. Mas Arif dan Mas Ulil lanjut ngobrol tentang berbagai hal.

Sampai di daerah Tangkilan, Pabelan, kami mampir ke “Coffee D’sik” tempat ngopi dan kongkow dengan desain kekinian: banyak spot foto cantik untuk berpose, cocok buat diunggah di media sosial. Istilahnya: “instagrammable”.

Mas Ulil pesen kopi dan pisang bakar, Mas Faisal memilih kopi Vietnam, saya yang bukan peminum kopi, memilih mie godog dan teh tawar. Mas Arif ternyata sedang puasa (puasa Daud, sehari puasa sehari berbuka).

Sambil ngopi, ngobrol jalan terus. Saya lupa kalau Mas Arif dulu pernah jadi wartawan. Belakangan saya baru tahu kalau mantan wartawan ini lihai mengorek cerita dari lawan bicara. Kelihatannya ngobrol biasa, tapi ternyata semuanya terekam dalam memori otaknya, kemudian jadi tulisan berjilid-jilid di Facebook.

Kisah tentang masa remaja Mas Ulil yang sedemikian kagum sama sosok Gus Dur dan Cak Nur sampai nekad ke Jakarta dan berniat menjadi pembantu di rumah salah satu tokoh itu. Siap bekerja tanpa dibayar, asal diperbolehkan membaca buku-buku dan kitab koleksi sang tokoh. Semua itu diceritakan di sesi ngopi di cafe ini.

Setelah selesai makan, saya berkali-kali mengingatkan untuk segera melanjutkan perjalanan. Wonosobo masih jauuh. Tapi mereka tetap saja asyik ngobrol. Baru ketika mas Arif melirik jam tangannya, kaget ketika waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. “Kirain masih jam setengah lima…”

Baca juga:  Kemegahan Arsitektur Islam Masa Dinasti Seljuk Abad XIII: Ince Minare Medresesi

Dalam bayangan saya, perjalanan dari Yogya ke Wonosobo bisa dimanfaatkan mas Ulil untuk istirahat sejenak, menghemat tenaga untuk Kopdar Ihya nanti malam. Kenyataannya sesi ngobrol (atau wawancara terselubung) tetap berlanjut. Saya yang berusaha tidur sejenak juga gagal, karena Mas Faisal nyetirnya ngebut, padahal kondisi jalanan sempit, berkelak-kelok, penuh tanjakan dan tikungan. Sport jantung beneran deh.

Sekitar pukul 19.00, kami sampai di kompleks Pondok Pesantren Al Mubaarok di Manggisan, disambut hujan gerimis. Sampai di depan rumah Kyai Nur Hidayatullah, yang menyambut kami bapak-bapak berseragam polisi. Ternyata Kapolres Wonosobo, AKBP Abdul Waras dan anak buahnya mau ikut Ngaji Ihya. Wow, sesuatuu…

Kami langsung diantar ke kamar khusus tamu di lantai dua rumah Pak Kiai. Langsung mandi dan bersiap untuk Ngaji Ihya. Syukurlah kamar mandinya dilengkapi dengan pemanas air. Kalau ngga, mungkin saya ngga berani mandi karena airnya sedingin es. Brrrr…

Setelah makan malam, kami langsung menuju aula, yang sudah dipenuhi para santri putra dan putri.

Di awal live streaming, ada gangguan sinyal. Entah kenapa T*lkomsel yang biasanya bisa diandalkan, kali ini mengecewakan. Seperti biasa, santri daring “teriak-teriak”, protes karena kualitas siaran yang buruk, membuat mbak admin sedikit panik. Untungnya saat itu Mba Sumi, istri Mas Arif, menawarkan modem Andromax-nya. Alhamdulillah, lancar sampai akhir.

Baca juga:  Kado Natal dari Lucy (Catatan Perjalanan dari Melbourne)

Sepanjang siaran saya merasa ngga tenang. Pertama, karena memakai paket data milik orang (baru pertama kali ketemu pula, belum sempat ngobrol sama sekali). Kedua, saya khawatir tiba-tiba paket data habis di tengah-tengah siaran. Bisa berabe.

Untungnya hal itu ngga terjadi. Belakangan baru mas Arif memberi tahu, memang Andromax sang istri itu disiapkan sebagai back up. Jadi dia sudah memberi instruksi supaya diisi full. Oalaaah, coba saya tahu sebelumnya, ngga bakal nyuting sambil deg-degan..

Alhamdulillah, acara Kopdar Ihya di Wonosobo berjalan lancar, gayeng dan seru. Bahkan masih ada yang ngotot mengajukan pertanyaan meski sebelumnya sudah ditutup.

Kembali ke rumah Pak Kiai, beramah-tamah dengan Pak Kapolres cs, eh dipersilahkan untuk makan lagi.. Ngga enak juga kalau menolak tawaran Pak Kiai.

Setelah itu, barulah kami pamit untuk istirahat. Ngantuk pol-polan, capek berat, tapi hati senang. Masih ada satu acara lagi di Wonosobo, bersama KMF (Keluarga Matholiul Falah), Sabtu pagi. (Bersambung)

Selengkapnya

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top