Sedang Membaca
Masjid Jamkaran dan Imam Mahdi
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Masjid Jamkaran dan Imam Mahdi

Masjid Jamkaran Sumber Foto Wikipedia.org

Sesaat setelah Qasem Solaimani meninggal akibat serangan udara Amerika, sebuah bendera merah berkibar di atas kubah masjid yang menjadi viral di media sosial. Bendera tersebut melambangkan akan adanya pembalasan. Namun, yang menarik adalah masjid yang dipilih untuk mengibarkan bendera tersebut. Masjid tersebut dikenal dengan nama masjid Jamkaran.

Masjid Jamkaran ini terletak di pinggiran kota Qom, Iran. Disebut masjid Jamkaran karena letaknya yang dekat dengan desa Jamkaran. Dari pusat kota Qom, kita bisa menyewa taksi jika ingin mengunjunginya. Biasanya, peziarah yang datang ke Qom selalu menyempatkan waktu untuk pergi ke masjid ini.

Ternyata, masjid ini mempuyai posisi yang istimewa bagi penganut Syi’ah. Mereka percaya bahwa masjid ini kelak akan menjadi tempat turunnya Imam Zaman atau Imam Mahdi. Imam Mahdi adalah imam kedua belas dalam tradisi Syi’ah dua belas imam. Kedatangannya sangat dinantikan untuk menegakkan keadilan di dunia.

Menurut sebagian riwayat, masjid ini dibangun pada abad ke 4 H atas perintah Imam Mahdi sendiri. Saat itu, ada seorang ulama yang bernama Hasan bin Mitslih Jamkarani yang bertemu dengan imam Mahdi. Setelah pertemuan itu, ia menginisiasi pembangun masjid Jamkaran ini.

Jika kita datang ke masjid ini, ada ibadah khusus yang harus dilakukan. Para peziarah dianjurkan untuk melakukan salat tahiyatul masjid 2 rakaat dan 2 rakaat lain yang dikhususkan untuk Imam Mahdi. Pada dua rakaat pertama, peziarah harus membaca alfatihah dan surah al-Ikhlas sebanyak 7 kali. Selain itu, bacaan rukuk dan sujud juga diulangi sampai 7 kali. Sementara, pada dua rakaat untuk Imam Mahdi, peziarah harus membaca alfatihah dan al-Ikhlas juga. Namun, pada kata iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in diulang sampai 100 kali.

Baca juga:  Ngaji Filsafat di Masjid (5): Mensiasati Pandemi, Menginsafi Diri

Saya pun ikut melaksanakan salat walaupun hanya salat tahiyatul masjid. Berbeda dengan orang-orang di sekitar yang salat dengan cara Syi’ah, saya menunaikan salat dengan cara Sunni. Awalnya saya menjadi pusat perhatian, bahkan ada seorang anak kecil yang mendekat dan memperhatikan cara salat saya. Namun, setelah selesai salat, tidak ada gangguan atau hal apapun yang membuat saya tidak nyaman. Itu artinya, mereka tidak mempermasalahkan kehadiran saya.

Selain itu, masjid Jamkaran juga sering digunakan untuk acara-acara keagamaan. Malam Rabu dan malam Jum’at menjadi malam yang sangat ramai karena ada pembacaan tawasul dan doa bersama. Sementara, malam nisfu Sa’ban menjadi kegiatan paling meriah yang diselenggarakan di masjid ini. Banyak orang dari luar kota yang sengaja datang ke sana untuk beribadah.

Sore hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati masjid ini. Arsitekturnya begitu mempesona. Halaman masjid yang luas menjadi spot yang cocok untuk melihat kemegahan masjid ini. Dari sana, kita dapat menyaksikan kubah masjid yang dihiasi dengan ubin pirus berwarna biru. Di samping kubah utama terdapat empat kubah kecil dengan bentuk yang sama. Selain itu, komplek masjid Jamkaran ini juga terdiri dari beberapa bagian seperti bagian utama, shabistan atau aula yang biasa digunakan pada musim dingin, dan kantor-kantor administrasi.

Baca juga:  Sejarah Masjid Istiqlal: Simbol Kemerdekaan dan Politik

Dan yang menarik di belakang bangunan utama masjid ada satu sumur yang dinamai dengan Aridhah atau sumur permohonan. Beberapa pengikut Syi’ah mempercayai kesakralan sumur tersebut. Mereka meyakini bahwa barangsiapa yang menulis permohonan di atas kertas, lalu dijatuhkan ke dalam sumur, dengan perantara Imam Mahdi permintaannya akan terkabul. Namun, ketika saya datang, sumur tersebut sedang ditutup, sehingga tidak memungkinkan untuk menulis permohonan.

Jadi, Imam Mahdi adalah alasan berdirinya masjid Jamkaran. Masjid ini menjadi simbol penantian dan harapan bagi penganut Syi’ah. Imam yang dijanjikan kelak akan turun di sini sebelum hari kiamat tiba. Tugas mereka adalah mempersiapkan kedatangannya dengan melakukan kebaikan. (RM)

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top