Sedang Membaca
Alamut Castle: Tempat Lahirnya Istilah Assasin
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Alamut Castle: Tempat Lahirnya Istilah Assasin

Alamut Castle Visitiran.ir

Iran mempunyai banyak sekali peninggalan yang berupa kastil lengkap dengan bentengnya. Ini dapat dimaklumi karena di wilayah ini pernah berdiri beberapa kerajaan yang silih berganti. Mereka perlu membangun kastil sebagai upaya pertahanan dan pemerintahan. Dan salah satu benteng yang menyita perhatian adalah Alamut Castle.

Alamut ini adalah salah satu benteng yang legendaris. Alamut Castle bahkan menjadi latar cerita dalam film garapan sutradara Amerika yang berjudul Prince of Persia. Yang membuatnya menarik adalah Alamut Castle mempunyai hubungan dengan istilah assasin yang digunakan hingga saat ini.

Cerita itu pula yang mendorong saya untuk mengunjungi Alamut Castle. Kebetulan, tempatnya bisa ditempuh dalam satu hari perjalanan pulang-pergi dari Tehran. Benteng ini terletak di Alamut region yang termasuk ke dalam wilayah provinsi Qazvin. Jaraknya sekitar 200 km dari Tehran.

Tehran-Qazvin saya menumpang bus yang berlangsung selama 2 jam. Setelah mencapai Qazvin, perjalanan dilanjutkan bisa dengan taksi yang langsung menuju Alamut atau angkutan umum yang akan mengantarkankan kita sampai kota Moallem Kelayeh. Dari sana, kita dapat menggunakan jasa taksi untuk sampai di Alamut. Perjalanan Qazvin-Alamut kurang lebih 2,5 jam.

Alamut Castle ini letaknya di atas bukit dan sekarang hanya tinggal reruntuhannya saja. Namun, sisa-sisa benteng yang kokoh masih nampak dengan jelas. Untuk mencapainya, kita harus berjalan kaki menuju puncak bukit. Dari atas, kita dapat melihat keadaan sekitar yang didominasi oleh pegunungan berbatu dengan leluasa.

Baca juga:  Dome of the Rock, antara Mu’jizat Peradaban dan Kemelut Sejarah

Kata Alamut sendiri dalam bahasa lokal berarti sarang elang. Ini merujuk pada letaknya yang terpencil sendiri di atas bukit layaknya elang yang sedang mengintai. Posisi seperti itu memudahkan penjaga untuk memantau ancaman yang mungkin datang dari luar.

Benteng Alamut ini berdiri pertama tahun 865 M di bawah penguasa Justanid yang bernama Wahsudan ibn Marzuban yang merupakan penganut Syiah Zaidiyah. Namun, pada tahun 1090 M, kekuasaan benteng ini berpindah kepada Hasan Sabbah yang beraliran Syi’ah Ismaiiliyah.

Hasan Sabbah menjadi pemimpin pertama yang menandakan dimulainya sejarah baru Alamut di bawah kekuasaan Nizari Isma’ili. Ia hidup pada zaman dinasti Seljuk yang menguasai wilayah Persia. Ia menjadikan benteng di atas bukit sebagai bentuk perlawanan dan pertahanan diri untuk menghindari kekuasaan Seljuk. Oleh karena itu, ia dan warga yang berada di dalam benteng bisa terbebas dari Dinasti Seljuk dan dapat membentuk pemerintahan sendiri.

Sudah berulang kali utusan dari dinasti Seljuk mencoba untuk menembus benteng ini. Nizam al-Muluk sebagai Perdana Menteri Seljuk memerintahkan para pasukannya untuk menangkap Hasan Sabbah karena dianggap sebagai pemberontak. Namun, usaha tersebut masih menemui jalan buntu karena kokohnya benteng. Hal ini membuat Hasan Sabbah semakin percaya diri dengan kekuasaannya dalam benteng Alamut.

Baca juga:  Pesantren Minhajut Thullab dan Cikal Bakal NU di Banyuwangi

Selain itu, di dalam kastil Alamut Hasan Sabbah juga ternyata mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan ilmuwan dari berbagai bidang. Sebut saja, Nasiruddin al-Tusi adalah salah satu ilmuwan bidang astronomi yang pernah mengajar di sini.

Perdebatan teologi Ismaili juga menjadi bahasan pokok di sana. Bahkan, untuk mendorong tumbuhnya keilmuan, ia mendirikan perpustakaan yang cukup lengkap koleksinya di dalam kastil ini. Sayang, perpustakaan tersebut dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1282 yang sekaligus menandakan berakhirnya kekuasaan Nizari Isma’ili.

Dalam taktik politik, kerajaan yang berpusat di Alamut ini mencetuskan istilah assasin. Assasin adalah pasukan militer khusus yang sangat terlatih. Mereka ditugaskan untuk menyingkirkan lawan-lawan politik atau tokoh-tokoh terkemuka. Yang menjadi ciri khas pasukan ini adalah metode membunuhnya yang sunyi-senyap. Mereka sangat pandai menyelinap masuk ke  wilayah musuh yang diakhiri dengan pembunuhan.

Salah satu korbannya adalah Nizam al-Muluk, sang wazir atau perdana menteri dinasti Seljuk. Ia meninggal oleh pasukan assasin yang pelakunya tidak diketahui. Sekarang, pasukan ini mungkin dapat disebut sebagai intelejen. Benteng Alamut dengan kisah assasinnya telah sangat melegenda. Istilah assasin hingga sekarang sering digunakan yang merujuk pada kesamaan metode dengan pasukan Isma’ili dalam membunuh lawan politik.

Baca juga:  Ziarah di Kawasan Kota Tua Kairo (3): Kepiluan di balik Madrasah Imam al-Aini

Alamut dengan bumbu kisahnya yang melegenda patut untuk dijadikan destinasi kunjungan. Walaupun sekarang tinggal reruntuhannya saja, setidaknya kita dapat napak tilas perjalanan sejarah yang terkait dengan Islam dan kekuasaan.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top