Sedang Membaca
Mengubah Malas Jadi Peluang Emas
Untung Wahyudi
Penulis Kolom

Pendidik dan Pengurus Rumah Baca “Untung Pustaka”, Sumenep.

Mengubah Malas Jadi Peluang Emas

Selama ini, kata “malas” identik dengan hal negatif. Pemalas cenderung dicap tidak akan pernah sukses dalam hidupnya. Bagaimana akan sukses, jika dia membuang waktunya secara percuma. Hal inilah yang, mungkin, mengilhami orang untuk menciptakan kalimat motivasi semacam “Rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh”.

Bagi orang lain, malas memang musuh yang harus ditaklukkan dalam rutinitas sehari-hari. Sebuah tugas atau pekerjaan tidak akan selesai jika seseorang hanya berdiam diri dengan bermalas-malasan.

Tetapi, itu tidak berlaku bagi Dodaeche, penulis asal Korea Selatan. Ia justru menganggap malas itu sebuah peluang untuk memikirkan hal-hal positif. Mengubahnya menjadi peluang emas untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.

Menurutnya, seseorang harus bekerja keras untuk menggapai kesuksesan. Pada saat malas datang, saatnya untuk berpikir bagaimana harus mengerjakan tugas-tugasnya yang belum selesai.

Hal itulah yang dialaminya saat Dodaeche bekerja sebagai admin di tempat pengiriman barang. Pekerjaannya adalah mencatat semua alamat dan nomor telepon pengiriman di seluruh Korea. Karena pekerjaan itulah ia jadi tahu alamat-alamat di Korea.

Ia berkata, pekerjaannya itu bisa disebut sebagai potensi usaha, karena dia sudah tahu banyak alamat dari pengiriman yang dicatatnya. Namun, karena usaha di bidang pengiriman barang itu bukan usaha yang diinginkan, akhirnya peluang usaha itu jadi tidak berguna semenjak ia berhenti dari tempat kerjanya.

Baca juga:  Menyerap Kearifan Ustaz Abdul Somad

Selama ini, Dodaeche merasa kagum ketika melihat orang lain bingung dan berkata “Apa yang harus aku lakukan ketika ada waktu?”. Menurutnya, waktu harus dibiarkan berjalan sesuai dengan keinginan kita.

Artinya, waktu yang ada harus digunakan sesuai apa yang kita inginkan. Apakah waktu luang itu akan digunakan untuk membereskan pekerjaan rumah, mengerjakan pekerjaan kantor yang belum selesai, atau sekadar santai dengan menonton film kesukaan.

Orang-orang yang merasa bingung dengan waktu kosong itulah kadang yang membuat selalu menunda pekerjaan. Hal-hal yang seharusnya sudah dikerjakan selalu ditunda karena merasa punya banyak waktu.

Padahal, menurut Dodaeche, menunda pekerjaan itu harus ada alasan. Kenapa kita harus menundanya?

Sebuah pekerjaan kadang memang butuh perhatian ekstra, sehingga penting untuk mengerjakannya saat pikiran segar. Ada juga pekerjaan yang ditunda, tetapi pikiran tidak pernah merasa segar sehingga pekerjaan itu terus tertunda.

Ada kalanya seseorang harus mengerjakan sebuah pekerjaan saat kondisi baik, tetapi kadang dia tidak pernah menemukan waktu saat kondisinya baik. Ada juga pekerjaan yang “harus kukerjakan saat rasa tidak lelah”. Tetapi, sering kali tetap tidak bisa melakukannya karena dia selalu merasa lelah.

Upaya Diri Bertahan Hidup

Sebenarnya banyak cara untuk bertahan hidup, sekalipun pada saat itu kita sedang dilanda rasa malas. Dodaeche menceritakan sesaat setelah menonton acara “K Pop Star”. Malam itu ada peserta berusia 32 tahun yang tereliminasi. Padahal, dia berhenti bekerja agar bisa fokus bermusik, kemudian mengikuti kontes tersebut sebagai kesempatan terakhir untuk bisa menjadi seorang penyanyi.

Baca juga:  Diaspora Santri (7): Dari Ghazali hingga Euler, Bagaimana Sosok Jenius Terlahir dari Guru yang Hebat

Salah seorang peserta yang dekat dengannya tampak berlinang air mata dan menghiburnya, “Tidak apa-apa. Masih ada jalan lain untuk bertahan hidup”.

Padahal, semua orang tahu bahwa saat itu, kontestan tereliminasi sedang tidak baik-baik, sebagaimana dikatakan temannya. Karena banyak orang bilang, pekerjaan yang kita lakukan adalah keberuntungan kita.

Masih bisa bertahan hidup pun adalah sebuah keberuntungan.

Orang bisa mencukupi kebutuhan untuk bertahan hidup, apakah dengan sebuah mimpi yang ingin dicapai, atau dengan hal yang memang ingin dilakukan.

Karena itu, rasa malas bukanlah alasan untuk tidak memikirkn hal-hal positif. Saat kita leyeh-leyeh, sebenarnya pikiran kita bisa bertualang, menjelajahi hal-hal yang mungkin bisa dikerjakan saat otak kita kembali fres. Hidup yang sudah begitu sulit jangan sampai membuat kita malas berpikir.

Apalagi membuang kesempataan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Sekalipun rasa malas menghantui rutinitas, kita harus tetap memikirkan hal-hal positif yang akan membuat kita terus bertahan hidup.

Mengubah rasa malas menjadi peluang emas demi kehidupan yang lebih baik. Dengan begitu, atas izin Allah, segala sesuatu yang kita cita-citakan akan segera tercapai.

Yang harus diingat, kesuksesan juga bisa diraih lewat perenungan saat pikiran diserang rasa malas. Apa yang akan kita kerjakan besok bisa dipikirkan sambil lalu kita menikmati waktu santai.

Baca juga:  Nasihat Umar Bin Khaththab untuk Para Jomblo

Intinya, kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sehingga dalam kondisi malas pun, kita masih bisa memanfaatkannya untuk hal-hal positif, bahkan bermanfaat untuk pekerjaan dan karier. (atk)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top