Bulan Rabiulawal, merupkan bulan penuh suka cita bagi umat Islam di sebagian penjuru dunia, sebab pada bulan ini, tepatnya 12 Rabiulawal diperingati hari lahirnya Nabi yang paling mulia, Nabi yang meliputi alam semesta dengan kasih sayang risalahnya, Nabi yang paling banyak mendapat keutamaan dari Tuhannya. Beliaulah kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Peringatan kelahiran Kanjeng Muhammad Saw tidak lain bertujuan untuk mengingat kembali jejak kehidupan dan perjuangan beliau mulai lahir hingga Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, sehingga dengan peringatan ini, bisa menjadi renungan dan teladan umat manusia pada zaman ini atas sikap dan tindakan beliau ketika berinteraksi berjuang menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam.
Kanjeng Nabi adalah figur teladan abadi sepanjang zaman. Kewibawaan dan sifat-sifat pribadinya telah dicatat dalam berbagai buku sejarah kehidupan (tarikh). Bahkan karena keagungan dan kehebatannya tersebut, guru besar astronomi dan fisika perguruan tinggi di Maryland AS, Michael Hart, dalam bukunya 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan kanjeng Nabi Muhammad SAW pada urutan pertama. Ini adalah bentuk obyektif tentang keluhuran akhlak Rasulullah.
Keluhuran akhlak beliau, ketika berjuang menyampaikan ajaran Islam, patut untuk diteladani, terutama di bumi Nusantara ini, karena sekarang banyak yang salah kaprah memaknai dakwah.
Banyak yang mengatasnamakan dakwah dan jihad, tega mengebom, membunuh dan melakukan kekerasan terhadap orang lain. Mereka tidak segan memakai dalil agama untuk berbuat kekerasan dan provokatif. Ini tentu hal yang salah tidak sesuai dengan teladan Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Kalau kita melihat sejarah dakwah kanjeng Nabi, beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar, apalagi kekerasan dalam menyeru manusia untuk memeluk agam Islam. Beliau menggunakan tutur kata yang santun dan perilaku yang ramah sebagai metode dakwah. Dengan metode tersebut, dakwah beliau meraih sebuah kesuksesan. Dalam waktu relatif singkat bisa mengislamkan jazirah Arabia.
Metode dakwah seperti itulah yang harus dicontoh oleh umat Islam di bumi Nusantara saat ini, dan sebenarnya hal tersebut sudah dipraktekan oleh para ulam periode awal di Nusantara (Wali Sanga), maka tidak mengherankan jika mereka berhasil mengislamkan bumi nusantara dengan gemilang. Setelah generasi wali sanga-pun masih banyak ulama-ulama yang mengunakan metode yang sama, yaitu dakwah dengan ramah bukan amarah serta dakwah merangkul bukan memukul, demi tegaknya Islam di bumi ini.
Salah satunya Gus Miek, beliau sang pemilik awrad Dzikur Ghafilin yang setelah wafatnya tetap ramai diziarahi makamnya dan awrad-nya banyak dilantunkan jamaahnya. Beliau masyhur dengan laqab ‘kiai nyentrik’, dikenal masyarakat luas kerap berdakwah di dunia hitam dengan tetap mengedepankan teladan kanjeng Nabi welas asih kepada siapa pun.
Gus Miek keluar masuk lokalisasi, klub malam, tempat perjudian hingga sarang penjahat, dengan sebuah prinsip semua orang yang melakukan maksiat juga menginginkan surga bukan hanya para ahli ibadah saja.
Menurut sebuah riwayat, beliau mempunyai keramat hanya dengan asap rokok saja beliau sudah bisa membuat para PSK tobat. Para pemabuk dibuat taubat setelah kalah tanding adu banyak minum dengan Gus Miek. Usut punya usut ternyata semua minuman keras yang masuk mulut Gus Miek semua menjadi air tawar.
Bandar judi yang memiliki backing kuat, bangkrut karena kalah judi dengan Gus Miek dan yang pasti uangnya bukan beliau yang menikmati, uang itu disebar di sepanjang jalan untuk para tukang becak dan penjual kopi di pinggir jalan
Dengan peringatan hari lahir kanjeng Nabi Muhammad Saw menjadi renungan untuk meneladani kembali metode dakwah beliau di bumi nusantara ini yang juga dipraktekan oleh para pewarisnya (ulama) sejak dulu.
Wallahu A’lam!