Sedang Membaca
Ngaji kepada Gus Baha: Tafsir kata Gaib
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Ngaji kepada Gus Baha: Tafsir kata Gaib

Ketika membahas tentang ayat Alladziina yukminuuna bil ghaibi yang artinya adalah orang-orang yang beriman dengan yang gaib, Gus Baha menjelaskan panjang lebar kata gaib.

Menurut Gus Baha, kata gaib dalam Alquran berbeda dengan yang sudah masyhur di Indonesia. “Kata gaib bukan seperti dalam bahasa Indonesia. Misalnya setan atau hantu yang selalu diidentikkan dengan gaib. Kalau di dalam bahasa Arab, ghaib itu lawan kata dari sesuatu yang bisa disaksikan dengan indra manusia. Kita orang mukmin beriman kalau surga itu ada tapi kita tak pernah melihat surga. Kita mukmin tak pernah melihat neraka tapi kita percaya bahwa neraka itu ada. Ini sesuatu yang tidak bisa dilihat mata dan tak pernah disentuh oleh tangan kita,” jelas Gus Baha.

Sesuatu yang gaib ini dipecaya eksistensinya dengan syarat sesuatu itu manshus, maksudnya secara eksplisit hal-hal gaib itu disebutkan di dalam Alquran atau hadis. Misalnya surga dan neraka.

Mengenai Allah, Gus Baha menjelaskan bahwa Allah bukanlah zat yang gaib sebagaimana penjelasan para sufi. Walaupun para ulama berbeda pendapat.

“Bagi sufi, Allah tidak bisa dikatakan sebagai gaib karena Allah itu jelas adanya. Dalam asmaul husna Allah disebut juga dengan ad-dhahir. Contohnya begini, orang yang melihat mobil mewah dan pesawat yang canggih pasti berpikir dan yakin bahwa pembuatnya orang yang hebat. Kita tidak perlu ketemu atau melihat pembuat pesawa tersebut tapi kita sudah percaya langsung bahwa yang membuat pesawat itu pasti orang hebat. Tanpa ada keraguan. Akal kita pasti meyakini itu,” tutur Gus Baha.

Baca juga:  Generasi Z dan AI, Ancaman atau Peluang?

Mengenai pencipta pesawat canggih ini bisa dijadikan cara berpikir untuk mengetahui Tuhan.

“Nah, kita melihat langit, bumi, matahari, semuanya tertata rapi. Air dengan segala fungsinya, tanaman, oksigen dan lain-lain. Meskipun kita tidak pernah melihat Tuhan, pasti akal kita dan nulari kita pasti mengatakan bahwa yang membuatnya adalah zat yang super bijak dan super bijaksana. Sehingga di dalam asmaul husna Allah disebut dengan ad-Dhahir. Zat yang sangat jelas.”

Nah, alam raya ini, kata Gus Baha, disebut sebagai bukti eksistensi Tuhan. Sehingga kata ghaib yang contoh yang bisa dijadikan contoh adalah neraka dan surga.

Gus Baha menyebutkan, Imam Sibawayh pakar ilmu nahwu mengatakan a’raful ma’aarif, Allah. Artinya di alam raya ini yang paling mudah dikenali adalah Allah. Karena misalnya kalau kita hidup sendirian di hutan. Kemudian kita mulai punya akal, kita mungkin tidak tahu diri kita ini siapa. Tapi kita akan menyimpulkan bahwa kita tidak bisa menciptakan diri kita sendiri, sehingga ada yang menciptakan.

Maka, sifat pencipta ini dikenalkan pertama kali kepada Rasululla, Iqra’ bismi rabbikalladzii khalaq. Muhammad, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu!

Sifat sebagai Pencipta ini agar dikenalkan kepada umatnya. Sifat Tuhan yang paling mudah dikenali adalah sifat Pencipta. Sebab manusia pada satu waktu pasti akan berpikir siapa yang menciptakan bumi, langit, matahari dan semuanya kalau bukan zat yang Maha Pencipta.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top