Seusai perang Hunayn, Kanjeng Nabi Muhammad memprioritaskan beberapa orang dalam perolehan harta rampasan perang. Al-Aqra’ bin Habis dan Uyaynah mendapatkan bagian 100 ekor unta. Beberapa tokoh pembesar Arab pun mendapatkan bagian lebih.
Karena pembagian harta rampasan tersebut, ada sahabat yang tidak terima. Dia mengira bahwa Kanjeng Nabi tidak adil dalam pembagian tersebut.
Di dalam kitab Shahih Muslim Kitab Zakat Bab Dzikr al-Khawarij wa shifatihim disebutkan lelaki itu memiliki ciri-ciri berjenggot lebat, berjidat lebar, bermata cekung dan berkepala gundul. Namanya Dzul Khuwaisirah salah satu orang Bani Tamim.
“Wahai Rasulullah, pembagian harta rampasan perang olehmu ini tidak adil. Janganlah seperti itu! Antum telah membaginya tidak berdasarkan niat karena Allah!” ucap Dzul Khuwaisirah.
Mendengar perkataan itu, Kanjeng Nabi tersinggung lalu mengatakan, “Maksudmu bagaimana? Kalau aku ndak bisa berbuat adil, lantas siapa yang akan berbuat adil jika bukan diriku? Aku ini utusan Allah!”
Mendengar jawaban Rasulullah, Dzul Khuwaisirah melengos pergi.
Umar bin Khattab (dalam riwayat lain Khalid bin Walid) yang sedang bersama Kanjeng Nabi tersebut tidak terima dengan perkataan Dzul Khuwaisirah. “Ya Rasul, izinkan aku membunuhnya. Akan kupotong lehernya!”
“Jangan! Biarkan saja,” kata Kanjeng Nabi, “Ingat ya Umar, kelak di antara umatku akan ada orang-orang seperti itu. Biasanya, di saat banyak orang bermalas-malasan dalam menjalankan salat, mereka sangat rajin salat.
Mereka juga sangat rajin puasa. Mereka juga rajin membaca Alquran namun tak pernah memahami isinya. Mereka akan muncul pada saat umat Islam menjadi berkelompok-kelompok.”
Meskipun pada zaman Nabi belum ada kelompok Khawarij, orang seperti Dzul Khuwaisirah oleh para ulama dianggap sebagai ciri orang Khawarij.
Imam Muslim bahkan memasukkan kisah ini ke dalam bab tentang Khawarij. Jika Kanjeng Nabi Muhammad dulu telah memprediksi keberadaan Dzul Khuwaisirah, maka sungguh benar adanya ucapannya.
Kini orang-orang seperti itu muncul di mana-mana. Termasuk di Indonesia. Orang yang sangat rajin dalam beribadah dan mudah menyalahkan orang lain. Bahkan dalam kisah ini, Rasulullah pun disalahkan.
Perlakukan takfiri seperti orang bodoh karena perilaku mereka seperti orang bodoh, taklid buta, tidak bisa diajak bicara dan berargumentasi, diqiyaskan kepada dalil dalil tentang orang bodoh.