Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (67): KH. Djamaluddin

Kh. Djamaluddin

(L. 1919)

KH. Djamaluddin biasa dipanggil Tuan Guru H. Djamal dikenal sebagai pendiri dan sekaligus pimpinan Madrasah Diniyah Islamiah Barabai (1952-1966). Sebelumnya pada usia 23 tahun, ia sudah bekerja sebagai guru agama. Beberapa waktu kemudian diangkat menjadi anggota Kerapatan Qadhi Barabai (1947-1958) dan selanjutnya dipercaya menjadi Wakil Ketua Kerapatan Qadhi Barabai (1958-1966). Selain itu, beliau sempat menjadi Ketua Kerapatan Qadhi barabai (1966) dan dalam tahun itu juga kariernya terus melejit hingga diangkat menjadi Ketua Kerapatan Qadhi Besar (meliputi Kalimantan Selatan, Tengah, dan Timur) berkedudukan di Banjarmasin (1966-1976). Untuk menunjang kariernya, ia mengikuti Upgrading Hakim dan Panitera Peradilan Agama Tinggi Angkatan 1 Tahun 1971 di Bogor.

Di era 60-an, ulama kelahiran Negara tahun 1919 ini diangkat menjadi Pembantu Menteri Agama sebagai penghubung dengan para Alim-Ulama. Tuan Guru H. Djamaluddin dikenal sebagai tokoh Nahdatul Ulama yang dekat dengan kalangan Muhammadiyah. Dalam dunia pendidikan beliau aktif sebagai Dosen IAIN Antasari Banjarmasin dan fakultas Tarbiyah di Barabai.

Latar belakang pandidikan Tuan Guru H. Djamal adalah Sekolah Rakyat, kemudian melanjutkan menuntut ilmu kepada beberapa tuan guru yang ada di Kalimantan Selatan antara lain berguru kepada Tuan Guru H. Alwie dan Tuan Guru H. Djamhari di Negara. Ia juga sempat menuntut ilmu di Masjidil Haram Makkah selama 5 tahun dan berguru kepada Syech Hasan Al Masyaith, dan Stech Alwie Maliki. Adapun teman-teman se angkatan dengan beliau antara lain KH. Djuhri Sulaiman dan KH. M. Djanawi Amuntai.

Baca juga:  Ulama Banjar (100): KH. Matran Salman, Lc

Pada tahun 1950-an dipercaya menjadi Ketua Cabang Partai Nahdatul Ulama Barabai, dan setelah itu beliau menjadi Ketua Syuriah Nahdatul Ulama Wilayah Kalimantan Selatan antara tahun 60-an hingga 70-an. Sempat menjadi Presidium Majelis Ulama Indonesia Kalimantan Selatan, serta Anggota Pengurus badan Kerjasama Ulama Militer.

Pada masa Revolusi, Tuan Guru H. Djamal ikut berjuang di bawah tanah. Gerakan yang dilakukannya menyampaikan informasi dan dukungan kepada para pejuang, menyuplai bahan makan berupa garam yang harus diangkut dengan menaiki sepeda roda dua hingga jauh ke pedalaman. Perintis kemerdekaan ini yang sempat berpangkat Kapten ini memiliki prinsip hidup sederhana dan hidup untuk ibadah.

Dari perkawinannya dengan Hj. Siti Amnah binti H. Siraj urang Barabai, beliau dikaruniai enam orang anak yakni H. Sayuti, H. Abdurrahim, Hj. Masfah, Drs. H. Nasrullah, Lc., H. Abdurrasyid, Hj. Makiah.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top