Sedang Membaca
Ulama Banjar (17): KH. Muhammad Ramli (H. Walad)
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (17): KH. Muhammad Ramli (H. Walad)

Haji Walad

(L. diperkirakan 1901)

Beliau dilahirkan di kampung Syamiah Mekkah, dari pasangan Tuan Guru Ahmad Sungai Banar Amuntai dengan wanita keturunan Turki. Di Mekkah beliau sempat jadi sopir.

Pada suatu hari ia mendapat penumpang yang dipanggil dengan Walad oleh sang ayah. Mereka singgah di suatu tempat yang kemudian diketahui sebagai makam sembilan orang syuhada. Di sanalah dia mendapat petunjuk untuk mengaji dan berhenti menjadi sopir.

Di Mekkah dia sempat menikah dengan seorang perempuan Arab yang kemudian melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Chadijah.

Sekitar tahun 1936, H. Walad kawin dengan seorang janda di Birayang yang kemudian melahirkan tujuh bersaudara, semuanya laki-laki, yaitu Ahmad Makkie, Ahmad Madani, Ahmad Hijazi, Ahmad Yamani, Ahmad Kan’ani, Ahmad Masri (meninggal sewaktu bayi) dan Ahmad Bugdadi.

Pada tahun 1946 H. M. Ramli alias H. Walad ikut berjuang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Dia berpangkat Letnan Satu dengan jabatan Kepala Departemen Kehakiman di Markas Besar ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Pada tahun 1950 dia berhenti jadi tentara dan kembali mengajar agama dari kampung ke kampung.

Pada tahun 1966 dia berangkat ke Mekkah dan berhasil berjumpa dengan anaknya Chadijah, yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Maram, kini sebagai guru di Madinah. Suami Chadijah yang berkebangsaan Sudan bernama Ihsan Radadi bekerja di perusahaan penerbangan Saudia. H. Walad ayah dari H. Ahmad Makkie ini, sempat dipertemukan oleh anaknya Chadijah dengan mantan isterinya (ibu Chadijah) tapi hanya berbicara di balik tabir.

Baca juga:  Ulama Banjar (94): KH. Ahmad Nabhan Rasyid

Beliau meninggal dunia di Surabaya dalam perjalanan kembali ke tanah suci dalam usia 80 tahun. Jenazahnya dimakamkan di samping makam ayahnya H. Ahmad di Sungai Banar, Amuntai Selatan.

Sebelum meninggal ia sempat menulis risalah sifat dua puluh “Aqidatul Iman”. Risalah itu ia sebarkan melalui aktifitas dakwah yang dilakoninya sampai akhir hayatnya.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top