Sedang Membaca
Ulama Banjar (117): KH. M. Yusran Seman
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (117): KH. M. Yusran Seman

Kh. M. Yusran Seman

(L. 17 Nopember 1935)

Beliau lahir di desa Handil Babirik, Kurau tanggal 17 Nopember 1935 dari pasangan suami isteri M. Saman dan Rumaisyah, beliau anak pertama dari tujuh bersaudara. Pada usia sekolah dimasukkan ke Sekolah Rakyat desa Handil Babirik. Di masa sekolah ia rajin mengikuti orang tuanya ke sawah atau memancing, namun mulutnya selalu menyanyi lagu Jepang: Miyoto kaino surakiti, sudadaku ka kayangkiba: padamlah laut di pajar timur, matahari tinggi bersinar-sinar. Cancima saiki hasurasoto, semangat bergembira di dada kita. Karena hampir semua orang yang ditanyai termasuk ayah dan ibunya tidak ada jawaban yang memuaskannya, maka disuatu pagi menjelang sekolah, orang tuanya sangat terkejut, ia mau sekolah ke Darussalam Martapura.

Sekitar pada tahun 1946 orang tuanya mengantarkan ke Pondok Pesantren Darussalam, ia diterima kelas empat Ibtidaiyah karena sudah bisa ber-i’irob dan ber-tasrip, berkat sambil mengaji duduk dan lancar membaca Alquran. Dulu orang tuanya memberi nama Basran, namun ketika diterima di Ponpes Darussalam, dalam nota namanya disebut Muhammad Yusran bin Muhammad Seman, dan nama itu pula yang ditulis di absen kehadiran. Akhirnya sejak itulah nama Basran resmi diganti dengan Muhammad Yusran.

KH. M Yusran Seman memang senang lagu dan syair, apapun pelajarannya yang diterimanya dalam bentuk syair pasti ditekuninya seperti syair-syair “Aqidatul Awam”. Setelah duduk di bangku Aliyah Muhammad Yusran mulai menekuni Ulumul Qur’an. Setelah itu beliau sempat meneruskan Kuliyatul Qada Solo, kemudian pindah ke Yogyakarta menjadi Universitas Islam Indonesia.

Baca juga:  Mengenang Kepergian Abdul Hadi WM Sosok Penyair Religius dan Sufistik

Kegiatan yang dilakoni KH. M. Yusran di bidang pendidikan antara lain seperti: membuka pengajian di desa Kurau, dan di desa kelahirannya mendirikan Madrasah Diniyah. Mengadakan pengajian diberbagai masjid hampir seluruh kecamatan, membuka kursus berpidato, dan membuka pengajian khusus Iqazul Himam Fi Syarhil Hikam Ibnu Athaillah Abdul Karim Iskandari.

Pada tahun 1966 diangkat menjadi guru agama pada SDN setelah lulus PGA, lulus ujian negeri Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (1968). Bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama membuka PGA 4 tahun swasta namanya “dwi bakti” di Desa Padang Luas Kecamatan Kurau. Pada tahun 1976 mengusulkan ke Departemen Agama Jakarta untuk menegerikan PGA 4 tahun Padang Luas Kurau menjadi PGAN 4 tahun yang sampai kini menjadi MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri). Setelah kurang lebih dua tahun sejak 1968-1970 barulah menyebar ke setiap kecamatan di kabupaten Tanah Laut MTsN dan MAN/MAS.

Kiprah beliau di organisasi antara lain pernah dipilih menjadi Ketua Ikatan Guru Departemen Agama. Tahun 1944-1945 bergabung dalam organisasi Mandau Talabang Kalimantan Indonesia dibawah pimpinan Tjilik Riwut bersama A. Mukran di rumah beliau Desa Handil Babirik. Kini K. H. M. Yuseran Seman sudah sepuh, beliau banyak menekuni Thariqat Naqsabandi ajaran Syaikhul Akbar Baha’uddin Naqsabandi.

Baca juga:  122 Tahun Tebuireng dan Gus Dur (1): Mengajar, Mengaji, Bernalar

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top